Tuan Murong Wei hanya terdiam. Sorot matanya dingin menatap tajam ke arah Selir Ying. Tidak ada sedikit pun emosi yang tergambar di wajahnya. Seruan penuh amarah sang selir seakan hanya angin lalu, bahkan ketika tangannya mengguncang-guncang lengan Tuan Murong dengan putus asa.
Namun, tiba-tiba, tangan Tuan Murong bergerak cepat seperti kilat. Ia menepis genggaman Selir Ying dengan kasar, membuat wanita itu terhuyung mundur. Sebelum Selir Ying sempat menarik napas, tangan Tuan Murong menyambar lehernya, mencekiknya dengan kekuatan luar biasa. Wajah Selir Ying memucat, napasnya terhenti, sementara kedua tangannya meronta mencoba melepaskan diri."Tie!" Murong Hu berteriak ketakutan. Tubuhnya menggigil saat melihat ibunya yang tergantung lemah di tangan Tuan Murong Wei, ayah kandungnya.Suasana seketika menjadi kacau. Para murid Sekte Aliran Roh Suci berlarian, beberapa berteriak panik, "Dia dirasuki roh itu!"Ling Qingyu, yang berdiri di dekat alta"Yang Mulia memerintahkanmu untuk pergi ke Istana Langit Biru bersama Héxié Zhìzūn," ujar Jìng Jūnlán Wángyé, suaranya tegas meski rendah. Lalu, setelah jeda yang terasa berat, ia melanjutkan, "Dan mulai saat ini, seluruh kultivator dari Sekte Pedang Iblis dilarang memasuki ibu kota."Kata-kata itu bagaikan petir di siang bolong. Jian Léi langsung melangkah maju, amarahnya meluap seketika."Jìng Jūnlán Wángyé! Apa maksud Kaisar?" suaranya meninggi, gengamannya pada gagang pedang mengerat. "Sekte Pedang Iblis tidak pernah melanggar hukum kekaisaran! Atas dasar apa larangan ini diberlakukan?""Léi!" Jian Wei dengan sigap menahan lengan adiknya, mencegahnya berbuat sesuatu yang bisa dianggap penghinaan terhadap keluarga kerajaan. "Tahan dirimu."Mo Chén, berbeda dengan Jian Léi, hanya terkekeh pelan—suara yang kontras dengan situasi tegang saat itu. "Jika itu yang dikehendaki Yang Mulia, aku tidak bisa menolak, bukan?" ujarnya santai, meski pancaran
Langit Dermaga Lānyín tampak kelabu meski matahari senja masih menyisakan sedikit cahaya. Perahu-perahu kecil bergoyang pelan dihempas ombak, seolah ikut merasakan ketegangan yang mengambang di udara. Di tepian dermaga yang ramai, tiga sosok kultivator muda tengah bersiap menaiki sebuah perahu panjang dengan lambang naga perak di kedua sisinya.Mo Chén menyerahkan kantong berisi koin emas pada pemilik perahu, sementara Jian Wei dan Jian Léi mengawasi sekitar dengan waspada. Ketiganya baru saja meninggalkan Kediaman Aroma Wisteria sesuai instruksi Yīnlǜ Shengzhe yang meminta mereka untuk segera pergi demi keamanan mereka sendiri.Tatapan Mo Chén tiba-tiba tertuju pada kilau perak di kejauhan. Meski mereka sudah mengetahui tentang kedatangan pasukan Bìxiāo Tiěwēi ke Sekte Musik Abadi, tetapi melihat langsung rombongan tersebut di dermaga adalah hal yang tak mereka duga."A Wei," panggil Mo Chén pelan, kepalanya sedikit menoleh ke arah Jian Wei yang berdiri d
"Yuè Lǜ Shén Jūn, Tiānyin," sapa Héxié Zhìzūn dengan ketenangan khasnya. Meski situasinya tegang, tidak ada sedikitpun kegelisahan terpancar dari sikap tubuhnya.Jìng Jūnlán Wángyé memberi anggukan hormat pada keduanya, sementara He Yun Dàshī hanya diam dengan ekspresi muram."Yang Mulia Kaisar memintaku untuk menghadap," Héxié Zhìzūn berbicara langsung tanpa basa-basi. "Ada beberapa... pertanyaan yang ingin beliau tanyakan langsung padaku mengenai kejadian di Hēi Hu."Tiānyin dan Yuè Lǜ Shén Jūn bertukar pandang singkat. Keduanya tahu betul bahwa "menghadap" dalam situasi seperti ini bisa berarti banyak hal—dan tidak semua kemungkinannya baik."Tiānyin, Yuè Lǜ Shén Jūn," lanjut Héxié Zhìzūn, suaranya tetap tenang meski membicarakan hal serius, "aku meminta kalian untuk membantu He Yun Dàshī menjaga Sekte Musik Abadi selama aku pergi."Tiānyin mengangkat alisnya, tatapannya penuh tanya."Xiōngzhǎng, berapa lama kau akan pergi?" t
Tiānyin melangkah mantap menuju gerbang utama Kediaman Aroma Wisteria. Sosoknya yang dibalut jubah putih bersih berjalan menyusuri anak tangga yang dinaungi bunga wisteria ungu yang tengah mekar sempurna. Kelopak-kelopak yang jatuh tertiup angin seolah menari di sekitarnya, menciptakan pemandangan yang begitu memukau, seolah seorang dewa yang turun dari langit.Di kejauhan, pasukan Bìxiāo Tiěwēi masih berbaris dalam formasi disiplin, pedang-pedang berkilat tertimpa cahaya matahari senja. Para prajurit itu berdiri tegak, tidak bergerak sedikitpun meski telah berjam-jam menunggu.Líng An, Kepala Pasukan Bìxiāo Tiěwēi, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya saat melihat Tiānyin berdiri di anak tangga batu terakhir. Tatapan dingin dan angkuh khas Yuè Èr Gōngzǐ yang biasanya membuat banyak kultivator merasa tidak nyaman justru terlihat begitu memikat di mata Líng An."Yuè Èr Gōngzǐ," sapanya dengan hormat, membungkuk dalam-dalam. "Sebuah kehormatan bisa bertemu
Ketika mereka tiba di Aula Harmoni, pemandangan yang menyambut sungguh mencengangkan. Jìng Jūnlán Wángyé, dengan jubah kebesaran berhias naga emas, berdiri dengan angkuh di tengah ruangan. Di belakangnya, dua belas prajurit elite Bìxiāo Tiěwēi berbaris rapi, sementara ratusan lainnya menunggu di luar gerbang Kediaman Aroma Wisteria.Héxié Zhìzūn sudah berada di sana, berdiri dengan sikap tenang. Shènglài Xiǎo tergenggam di tangannya, belum diaktifkan, tetapi siap digunakan kapan saja."Ah, akhirnya kalian datang juga," ucap Jìng Jūnlán Wángyé begitu melihat kedatangan mereka. Tatapannya langsung tertuju pada Huànyǐng, seolah hanya dia yang penting di ruangan ini.He Yun Dàshī memberi hormat singkat. "Jìng Jūnlán Wángyé, suatu kehormatan bagi kami menerima kunjungan Anda. Namun, bolehkah saya bertanya, ada keperluan apa Yang Mulia datang dengan pasukan sebanyak ini?"Jìng Jūnlán Wángyé tersenyum tipis. "Aku ingin berbicara dengan Héxié Zhìzūn dan H
Kabut tipis menyelimuti permukaan Sungai Ungu Gelap, menciptakan pemandangan mistis yang memukau. Air sungai yang biasanya jernih kini berpendar dengan semburat ungu samar, seolah ada ribuan kunang-kunang tersembunyi di dalamnya. Di tengah ketegangan yang terjadi di gerbang utama Kediaman Aroma Wisteria, di tempat inilah Huànyǐng dan Tiānyin sedang berlatih di bawah pengawasan ketat He Yun Dàshī."Pusatkan energimu!" suara He Yun Dàshī bergema tegas. "Jian Wu Gōngzǐ, jangan biarkan pikiranmu berkelana!"Huànyǐng berdecak kesal, keringat membasahi keningnya yang berkerut. Ia duduk bersila di atas batu datar di tengah sungai, berhadapan dengan Tiānyin yang tetap tenang dengan mata terpejam. Di antara mereka, lingkaran formasi segel berpendar kebiruan, tanda Tiān Jí Tiáo Hé Shu sedang diaktifkan."Sulit sekali!" protes Huànyǐng, energi di sekitar tubuhnya berfluktuasi tidak stabil. "Energi dalam tubuhku seperti tidak mau diatur!"Tiānyin membuka mata
Sinar pagi merambat perlahan menembus jendela-jendela kertas di Jìng Jū. Meskipun matahari baru saja naik, suasana di kediaman pribadi Yīnlǜ Shengzhe terasa jauh dari kata damai. Héxié Zhìzūn duduk dengan sikap anggun di sebelah kanan ayahnya, sementara Jian Wei dan Mo Chén duduk berhadapan di sisi lain meja. Wajah mereka menampakkan keseriusan yang jarang terlihat.Ruangan itu dipenuhi aroma dupa yang menenangkan. Namun, tak cukup untuk menghalau ketegangan yang mengambang di udara. Di hadapan mereka, secangkir teh hijau mengepulkan uap tipis, belum tersentuh."Menurut pengamatan kami, situasi di wilayah kekaisaran Bìxiāo dalam kondisi stabil," Mo Chén membuka percakapan, suaranya terdengar tenang. "Setidaknya, di permukaan."Jian Wei mengangguk membenarkan. "Meski begitu, ada banyak bisikan dan gerakan tersembunyi yang patut diwaspadai."Yīnlǜ Shengzhe menuangkan teh untuk keempat orang di ruangan itu, gerakan tangannya seanggun melodi yang meng
"Chénxī! Kau curang!" teriak Huànyǐng sambil menghentakkan kakinya ke lantai teras. "Lepaskan segelnya!"Tak ada jawaban. Huànyǐng merajuk kesal. Dia berdiri berkacak pinggang dan menggaruk kepalanya. Belum sempat ia merencanakan kenakalan berikutnya, sesosok berjubah putih melangkah masuk ke pekarangan Shuǐyùn Tíng.Héxié Zhìzūn dengan keanggunan khas anggota sekte Musik Abadi berhenti di depan Huànyǐng."Jian Wu Gōngzǐ, kenapa belum tidur?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh wibawa.Huànyǐng segera berdiri tegak dan memberi hormat sekenanya. "Héxié Zhìzūn! Chénxī mengurungku di sini! Dia tidak mengizinkanku tidur bersama Léi!"Héxié Zhìzūn mendengarkan keluhan panjang Huànyǐng dengan sabar. Setelah Huànyǐng kehabisan napas, ia tersenyum tenang."Jian Dà Gōngzǐ dan Jian Sì Gōngzǐ pasti sangat lelah setelah perjalanan jauh. Jika Jian Wu Gōngzǐ tidur bersama mereka, mereka tidak akan bisa beristirahat dengan tenang."
Langit malam Lanyin dipenuhi taburan bintang yang berkilau. Setelah menikmati hidangan yang lezat di Restoran Baili, rombongan itu pamit kepada Baili Yunhua dan bergegas kembali ke Kediaman Aroma Wisteria. Murong Yi, yang sudah terlelap kembali, diusap lembut kepalanya oleh Tiānyin sebelum mereka pergi. Sebuah gestur yang membuat Huànyǐng menatap penuh kecemburuan."Selamat malam, Yunhua jiějie! Sampaikan salamku untuk A Yi kalau dia bangun nanti!" seru Huànyǐng seraya melambai penuh semangat.Di sepanjang jalan menuju Kediaman Aroma Wisteria, Huànyǐng berjalan dengan riang di antara Jian Léi dan Tiānyin. Pengaruh arak yang diminumnya membuat pipinya bersemu merah, dan langkahnya sedikit tidak stabil."Léi! Aku mau tidur bersamamu malam ini!" tiba-tiba Huànyǐng berseru, memeluk lengan kakaknya.Jian Léi, yang sudah hafal betul dengan tingkah adiknya, langsung mendorong Huànyǐng menjauh dengan kesal. "Kau ini sudah besar! Untuk apa tidur bersamaku!