Share

4.

Aku menatap lesu Lista yang datang bertamu disaat yang tak tepat. Aku sedikit kehilangan semangat setelah membaca isi singkat tulisan tangan mas Tala di secarik kertas tadi. 

Aku tidak ingin Lista mengetahui raut wajah sedihku. Mencoba berusaha tegar aku memaksakan senyum untuk sahabatku ini. 

"Jangan membohongiku, Lana." kata Lista menatapku kesal. 

"Ah, aku ketahuan," sahutku masih dengan senyuman yang menghiasi wajahku. 

"Kau tidak bisa membohongiku, Lan. Kita sudah bersahabat sejak lama, jelas diantara kita berdua tak ada yang bisa berbohong satu sama lain." aku mengangguk seraya mengigit bibir bawahku pelan.

"Jadi, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Lista terlihat sedikit menuntut jawaban. 

Aku menarik nafas sesaat seraya menggelengkan kepala, "tidak ada yang terjadi, Lis. Semuanya baik-baik saja."

"Lana!" tegur Lista memanggil namaku, "sudah ku katakan bahwa kau tidak bisa membohongiku."

"Lalu apa yang harus aku katakan padamu jika ternyata—" pernikahan ini tidak baik-baik saja, Lis. sambungku dalam hati. 

"Jika ternyata apa?" Lista tampak tak sabar menunggu kelanjutan ucapanku yang menggantung.

Aku tersenyum masam dan menggelengkan kepala lagi. "Menurutmu bagaimana?"

"Kau tidak bahagia," tebak Lista begitu tepat. "Pernikahan ini menyakitimu, kau merasa sangat tersiksa hidup menjalani bahtera rumah tangga yang tak sehat. Katakan, apakah ucapanku salah?"

"Ya, kau salah. Semua yang kau katakan tidaklah benar."

"Berhentilah berbohong dan ceritakan semuanya padaku, Lana!" Lista terlihat sangat emosi setelah mendengar ucapanku tadi. 

"Berhentilah menyakiti perasaanmu sendiri Lana, sudahi semuanya ini jika kau merasa tak sanggup lagi."

"Tidak!" jeritku menolak, aku tidak akan menyerah dan tetap akan terus bertahan. 

Tatapan kesal Lista perlahan berangsur berkurang dan kini terganti dengan tatapan mengibah untukku. "Kau tau, yang kau lakukan ini adalah suatu kebodohan." 

"Kau terlalu bodoh untuk tetap ingin mempertahankan pernikahan ini. Sebenarnya, apa sih yang kau harapkan dari pernikahan yang dilandasi perjodohan?"

"Kebahagiaan," sahutku singkat. 

"Dan kau merasa bahagia?"

Aku menggeleng, "suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti aku pasti akan bahagia bersama masa Tala."

"Astaga, Lana! Kenapa kau sangat mengharapkan kebahagiaan dari pria itu sih?"

"Lista, cukup! Mas Tala itu suamiku, tentu saja aku berharap penuh padanya. Menginginkan pernikahan yang langgeng dan bahagia bersamanya, apa salahnya aku selalu mengharapkan itu, hmm?" 

Kedua mata Lista tampak berkaca-kaca sampai seperti kedua mataku. "Kau tidak salah, Lana. Hanya saja aku merasa bahwa kau ini terlalu bodoh. Kau tidak tau kan bahwa Tala bahkan selingkuh darimu."

"Ya, aku bodoh, Lis. Sangat bodoh!" kataku terisak. 

"Astaga, Lana!" Lista pindah tempat duduk dan melangkah mendekatiku. Aku merasakan nyaman dalam dekapannya kini yang merengkuh tubuhku erat. Pelukan hangat antara persahabatan, ah, Lista memang yang paling mengerti diriku. 

"Maafkan aku, Lana." bisik Lista di telingaku, "aku mengatakan ini mungkin karena aku melihatmu bahagia. Sungguh, aku ikut bersedih melihatmu seperti ini."

Aku mengangguk, "ku harap kau tidak mengatakan apa-apa pada kedua orang tuaku." pintaku pada Lista yang hanya diam tak menjawab. Namun ku artikan itu sebagai persetujuan darinya, karena aku yakin tak mungkin Lista berani mengadukan tentang pernikahan burukku ini pada ayah dan ibu.

****

Sore hari setelah Lista pulang aku langsung beres-beres, kebetulan tadi rumah sangat berantakan karena banyak hal yang aku dan Lista lakukan selain mengobrol. Kami memasak bersama di dapur ketika lapar mendera, aku menghabiskan semua bahan makanan yang ada di lemari pendingin ketika aku teringat akan pesan mas Tala di secarik kertas tadi. Bukannya dia menyuruhku untuk tidak memasak lagi? Jadi baiklah, mulai sekarang aku tidak akan memasak lagi. 

Lista sempat tercengang saat melihatku menghabiskan seluruh bahan makanan hingga membuat kulkas ku kosong melompong. Lista bahkan sempat bertanya apakah semua makanannya akan habis? Dengan enteng aku menjawab pasti habis. 

Saking asyiknya menikmati kebersamaan kami sampai lupa waktu. Lista teringat bahwa ia ada janji pertemuan nanti malam dengan seseorang. Saat aku tanya siapa sambil bersiul menggodanya, Lista hanya menjawab rahasia sambil tersenyum malu-malu. 

Sebelum pamit pergi Lista sempat mengajakku untuk sekali-sekali keluar jalan-jalan bersamanya seperti waktu masih gadis dulu. Aku tersenyum sumringah kala mengingat kembali momen-momen kebersamaan kami berdua dulu. 

Dua gadis yang selalu heboh dimanapun, bercerita sepanjang hari tanpa kenal lelah. Bercanda dan tertawa riang seakan dunia milik persahabatan kami berdua.

Ah, rasanya aku sangat rindu sekali masa-masa itu. batinku membuncah gembira setelah bertemu dengan Lista. 

Ku lirik jam dinding yang tanpa terasa kini sudah menunjukkan pukul tujuh malam, yang itu artinya sebentar lagi mas Tala akan pulang. 

Setelah selesai membersihkan semua yang kotor dan rumah menjadi bersih. Aku memutuskan untuk langsung masuk ke kamar, lalu mandi membersihkan tubuhku yang terasa lengket karena keringat dan juga sudah mengeluarkan bau asam yang menyengat. 

Selesai mandi aku langsung mengambil daster rumahan bermotif bunga-bunga yang memang sering kj gunakan saat di dalam rumah. Aku merasa nyaman memakai pakaian seperti ini saat di rumah, lain hal saat akan berpergian keluar rumah. 

Di dalam kamarku yang cukup luas ini aku banyak menyimpan berbagai macam benda. Mulai dari buku-buku novel, komik, resep masakan dan lainnya. Kebetulan aku memang sangat suka membaca, bahkan saking asyiknya baca sampai lupa waktu. Saat fokus membaca aku bahkan bisa menghabiskan waktu sampai berjam-jam.

Aku mengambil satu buku novel yang baru aku beli kemarin lewat salah satu situs belanja online terlaris yang banyak di gemari oleh khalayak ramai. Alasannya selain hemat ongkir aku juga tak perlu repot untuk keluar rumah membeli barang apapun yang aku inginkan. 

Buku novel yang saat ini ku baca bergenre dewasa romantis, karya salah satu penulis favoritku. Sudah banyak aku mengoleksi semua buku novel hasil karyanya. 

Sedikit panas dingin ku rasakan ketika membaca di halaman sekian yang berisi adegan sedikit errr. Pipiku memanas saat membaca kata tiap katanya, sambil membaca pikiranku sedikit berkelana membayangkan seandainya saja adegan itu dapat ku rasakan nyata. 

Oh, ya ampun, pikiranku melanglang jauh sampai menjurus mesum begini. Sejenak aku menghentikan aktivitas membacaku, beranjak turun dari ranjang dan melangkah ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba saja perutku mendadak mulas, tanda panggilan alam yang meminta untuk segera di tuntaskan.

Setelah selesai buang air besar aku kembali berbaring di ranjang, ku putuskan untuk langsung tidur saja dan kembali menyambung baca buku novel besok lagi. 

Ku harap mimpi indah segera menyambutku dan membawaku berlayar jauh. Dan ku harap juga esok aku tak merasakan lagi kesedihan seperti yang sudah-sudah. 

Baiklah, mulai besok aku akan menjalani hari-hari baru sesuai permintaan mas Tala. Ya, harus! 


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status