Share

4.

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 11:04:15

Aku menatap lesu Lista yang datang bertamu disaat yang tak tepat. Aku sedikit kehilangan semangat setelah membaca isi singkat tulisan tangan mas Tala di secarik kertas tadi. 

Aku tidak ingin Lista mengetahui raut wajah sedihku. Mencoba berusaha tegar aku memaksakan senyum untuk sahabatku ini. 

"Jangan membohongiku, Lana." kata Lista menatapku kesal. 

"Ah, aku ketahuan," sahutku masih dengan senyuman yang menghiasi wajahku. 

"Kau tidak bisa membohongiku, Lan. Kita sudah bersahabat sejak lama, jelas diantara kita berdua tak ada yang bisa berbohong satu sama lain." aku mengangguk seraya mengigit bibir bawahku pelan.

"Jadi, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Lista terlihat sedikit menuntut jawaban. 

Aku menarik nafas sesaat seraya menggelengkan kepala, "tidak ada yang terjadi, Lis. Semuanya baik-baik saja."

"Lana!" tegur Lista memanggil namaku, "sudah ku katakan bahwa kau tidak bisa membohongiku."

"Lalu apa yang harus aku katakan padamu jika ternyata—" pernikahan ini tidak baik-baik saja, Lis. sambungku dalam hati. 

"Jika ternyata apa?" Lista tampak tak sabar menunggu kelanjutan ucapanku yang menggantung.

Aku tersenyum masam dan menggelengkan kepala lagi. "Menurutmu bagaimana?"

"Kau tidak bahagia," tebak Lista begitu tepat. "Pernikahan ini menyakitimu, kau merasa sangat tersiksa hidup menjalani bahtera rumah tangga yang tak sehat. Katakan, apakah ucapanku salah?"

"Ya, kau salah. Semua yang kau katakan tidaklah benar."

"Berhentilah berbohong dan ceritakan semuanya padaku, Lana!" Lista terlihat sangat emosi setelah mendengar ucapanku tadi. 

"Berhentilah menyakiti perasaanmu sendiri Lana, sudahi semuanya ini jika kau merasa tak sanggup lagi."

"Tidak!" jeritku menolak, aku tidak akan menyerah dan tetap akan terus bertahan. 

Tatapan kesal Lista perlahan berangsur berkurang dan kini terganti dengan tatapan mengibah untukku. "Kau tau, yang kau lakukan ini adalah suatu kebodohan." 

"Kau terlalu bodoh untuk tetap ingin mempertahankan pernikahan ini. Sebenarnya, apa sih yang kau harapkan dari pernikahan yang dilandasi perjodohan?"

"Kebahagiaan," sahutku singkat. 

"Dan kau merasa bahagia?"

Aku menggeleng, "suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti aku pasti akan bahagia bersama masa Tala."

"Astaga, Lana! Kenapa kau sangat mengharapkan kebahagiaan dari pria itu sih?"

"Lista, cukup! Mas Tala itu suamiku, tentu saja aku berharap penuh padanya. Menginginkan pernikahan yang langgeng dan bahagia bersamanya, apa salahnya aku selalu mengharapkan itu, hmm?" 

Kedua mata Lista tampak berkaca-kaca sampai seperti kedua mataku. "Kau tidak salah, Lana. Hanya saja aku merasa bahwa kau ini terlalu bodoh. Kau tidak tau kan bahwa Tala bahkan selingkuh darimu."

"Ya, aku bodoh, Lis. Sangat bodoh!" kataku terisak. 

"Astaga, Lana!" Lista pindah tempat duduk dan melangkah mendekatiku. Aku merasakan nyaman dalam dekapannya kini yang merengkuh tubuhku erat. Pelukan hangat antara persahabatan, ah, Lista memang yang paling mengerti diriku. 

"Maafkan aku, Lana." bisik Lista di telingaku, "aku mengatakan ini mungkin karena aku melihatmu bahagia. Sungguh, aku ikut bersedih melihatmu seperti ini."

Aku mengangguk, "ku harap kau tidak mengatakan apa-apa pada kedua orang tuaku." pintaku pada Lista yang hanya diam tak menjawab. Namun ku artikan itu sebagai persetujuan darinya, karena aku yakin tak mungkin Lista berani mengadukan tentang pernikahan burukku ini pada ayah dan ibu.

****

Sore hari setelah Lista pulang aku langsung beres-beres, kebetulan tadi rumah sangat berantakan karena banyak hal yang aku dan Lista lakukan selain mengobrol. Kami memasak bersama di dapur ketika lapar mendera, aku menghabiskan semua bahan makanan yang ada di lemari pendingin ketika aku teringat akan pesan mas Tala di secarik kertas tadi. Bukannya dia menyuruhku untuk tidak memasak lagi? Jadi baiklah, mulai sekarang aku tidak akan memasak lagi. 

Lista sempat tercengang saat melihatku menghabiskan seluruh bahan makanan hingga membuat kulkas ku kosong melompong. Lista bahkan sempat bertanya apakah semua makanannya akan habis? Dengan enteng aku menjawab pasti habis. 

Saking asyiknya menikmati kebersamaan kami sampai lupa waktu. Lista teringat bahwa ia ada janji pertemuan nanti malam dengan seseorang. Saat aku tanya siapa sambil bersiul menggodanya, Lista hanya menjawab rahasia sambil tersenyum malu-malu. 

Sebelum pamit pergi Lista sempat mengajakku untuk sekali-sekali keluar jalan-jalan bersamanya seperti waktu masih gadis dulu. Aku tersenyum sumringah kala mengingat kembali momen-momen kebersamaan kami berdua dulu. 

Dua gadis yang selalu heboh dimanapun, bercerita sepanjang hari tanpa kenal lelah. Bercanda dan tertawa riang seakan dunia milik persahabatan kami berdua.

Ah, rasanya aku sangat rindu sekali masa-masa itu. batinku membuncah gembira setelah bertemu dengan Lista. 

Ku lirik jam dinding yang tanpa terasa kini sudah menunjukkan pukul tujuh malam, yang itu artinya sebentar lagi mas Tala akan pulang. 

Setelah selesai membersihkan semua yang kotor dan rumah menjadi bersih. Aku memutuskan untuk langsung masuk ke kamar, lalu mandi membersihkan tubuhku yang terasa lengket karena keringat dan juga sudah mengeluarkan bau asam yang menyengat. 

Selesai mandi aku langsung mengambil daster rumahan bermotif bunga-bunga yang memang sering kj gunakan saat di dalam rumah. Aku merasa nyaman memakai pakaian seperti ini saat di rumah, lain hal saat akan berpergian keluar rumah. 

Di dalam kamarku yang cukup luas ini aku banyak menyimpan berbagai macam benda. Mulai dari buku-buku novel, komik, resep masakan dan lainnya. Kebetulan aku memang sangat suka membaca, bahkan saking asyiknya baca sampai lupa waktu. Saat fokus membaca aku bahkan bisa menghabiskan waktu sampai berjam-jam.

Aku mengambil satu buku novel yang baru aku beli kemarin lewat salah satu situs belanja online terlaris yang banyak di gemari oleh khalayak ramai. Alasannya selain hemat ongkir aku juga tak perlu repot untuk keluar rumah membeli barang apapun yang aku inginkan. 

Buku novel yang saat ini ku baca bergenre dewasa romantis, karya salah satu penulis favoritku. Sudah banyak aku mengoleksi semua buku novel hasil karyanya. 

Sedikit panas dingin ku rasakan ketika membaca di halaman sekian yang berisi adegan sedikit errr. Pipiku memanas saat membaca kata tiap katanya, sambil membaca pikiranku sedikit berkelana membayangkan seandainya saja adegan itu dapat ku rasakan nyata. 

Oh, ya ampun, pikiranku melanglang jauh sampai menjurus mesum begini. Sejenak aku menghentikan aktivitas membacaku, beranjak turun dari ranjang dan melangkah ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba saja perutku mendadak mulas, tanda panggilan alam yang meminta untuk segera di tuntaskan.

Setelah selesai buang air besar aku kembali berbaring di ranjang, ku putuskan untuk langsung tidur saja dan kembali menyambung baca buku novel besok lagi. 

Ku harap mimpi indah segera menyambutku dan membawaku berlayar jauh. Dan ku harap juga esok aku tak merasakan lagi kesedihan seperti yang sudah-sudah. 

Baiklah, mulai besok aku akan menjalani hari-hari baru sesuai permintaan mas Tala. Ya, harus! 


Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penantian seorang istri   42.

    Part Bonus.Beberapa bulan kemudian...."Kok bisa samaan gini?!" pekik Lista merasa takjub dan bersyukur atas kehamilannya dan kehamilan Lana yang bersamaan."Iya nih, kita hamilnya samaan. Kamu lima bulan juga kan?"Lista mengangguk, "wih, keren!""Kira-kira kita hamilnya samaan juga gak ya?""Hehe, semoga aja sama. Biar anak kita jadi kayak anak kembar gitu." ucap Lista penuh harap."Iya, biar seperti Davira dan Cavia. Asyikk!""Davira anaknya Airaa, dan Cavia anaknya Kia kan?" tebak Lista mengingat keluarga Wicaksana dan Atmadja yang merupakan salah satu rekan bisnis Tala dan juga Javis."Ya, benar!" sahut Lana menganggukkan kepala."Wah, semoga saja bisa sama seperti mereka ya." kata Lista sembari mengelus perutnya yang sudah terlihat mulai membuncit."Aminn," timpal Lana ikut mengusap dan mengelus perutnya yang terlihat lebih besar buncitnya ketimbang p

  • Penantian seorang istri   41.

    "Apa?!" kaget Tala dan Lana bersamaan saat mendengar satu pengakuan mengejutkan dari Lista dan juga Javis.Bagaimana tidak terkejut?Jika tiba-tiba secara mendadak keduanya mengatakan akan segera menikah. Sontak saja sepasang suami tersebut kaget luar biasa. Pasalnya selama ini Lista selalu menunjukkan sikap tidak suka pada Javis, jadi kaget saja jika sekarang justru wanita ini terlihat antusias mengatakannya."Kalian bercanda ya?" tanya Lana meragu.Lista menggeleng, "tidak, kami serius.""Ya, kami berdua serius mau menikah." kata Javis menimpali."Wow!" takjub Tala bertepuk tangan pelan, "ini kejutan yang sangat luar biasa. Selamat ya untuk kalian berdua.""Thanks, bro!" Javis menepuk pelan bahu Tala."Oke, jadi kapan hari baiknya akan tiba?""Secepatnya!" sahut Javis mantap menjawab pertanyaan Tala."Baikla

  • Penantian seorang istri   40.

    "Javis, kenapa kamu bawa dia kesini?" tanya Lana histeris."Lana, aku-""Enggak, pergi kamu!" sergah Lana memotong ucapan Tala yang melangkah mendekatinya."Sayang, tolong dengerin aku dulu.""Enggak! Aku gak mau, jadi tolong kamu pergi Mas!""Gak bisa. Aku gak akan pergi, karena aku gak bisa hidup tanpa kamu. Sebab tujuanku kemari ya karena aku mau jemput kamu.""Mimpi aja kamu! Sampai kapanpun aku gak akan mau ikut kamu. Dasar berengsek! Pembohong ulung, aku benci sama kamu!" tukas Lana membuat Tala sedih dan merana mendengarnya. Apalagi kalimat terakhir yang Lana katakan, sungguh membuat tubuh Tala seakan mati rasa."Lana, tolong jangan egois. Izinkan kami masuk lebih dulu, karena ada sesuatu hal penting yang ingin kami katakan padamu." kata Javis merasa iba melihat Tala."Sesuatu hal penting apa?" tanya Lana terlihat penasaran.

  • Penantian seorang istri   39.

    Setelah berjuang susah payah meyakinkan Lista untuk menyetujui kesepakatan mereka. Akhirnya disinilah Javis, mengadakan janjian pertemuan dengan Tala di tempat ini.Cafe yang terletak di pusat kota sepertinya cocok untuk pertemuan kali ini. Sekitar lima belas menitan sudah Javis berada di sana menunggu kehadiran Tala sembari menikmati minumannya.Icecappucinomasih tetap yang menjadi favoritnya.Dan ternyata menunggu masihlah tetap menjadi sesuatu yang membuat jenuh sekaligus bosan. Untuk menghilangkan kebosanannya Javis memilih sibuk dengan ponselnya.Javis melakukan panggilan suara ke nomor Lista yang sudah lama ia beri namamy wife. Mungkin terlihat gila, karena belum menikah tapi sudah berani memberi nama itu.Tapi bagi Javis gak masalah. Lagian apalah arti sebuah nama yang ia berikan untuk sebuah nomor ponsel. Javis bahkan tak menghiraukan protesan Lista yan

  • Penantian seorang istri   38.

    Dengan lembut dan penuh kehati-hatian Lista menyelimuti tubuh Lana yang baru tertidur setelah tadi tergugu menangisi Tala. Ia sentuh dan belai kepala serta rambut Lana dengan sangat lembut, seperti sentuhan seorang ibu kepada anaknya.Jujur, Lista sangat sedih dan menyayangkan nasib Lana. Dalam hati Lista berdoa semoga saja hal baik datang dalam hidup sahabatnya. Dan semoga apapun masalah yang saat ini tengah Lana hadapi cepat selesai."Apa?!" tanya Lista ketus saat ia melirik Javis yang ternyata tengah menatapnya intens.Javis menggeleng, "gak ada apa-apa.""Beneran gak ada apa-apa?" Javis mengangguk."Tapi kok wajah kamu terlihat kayak lagi banyak pikiran gitu?" goda Lista terkikik geli melihat wajah frustasi Javis.Javis menelan ludah dan menggigit bibirnya pelan. Merasa takut ingin mengungkapkan sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Lista."Kenapa, sih?!" tan

  • Penantian seorang istri   37.

    Javis bergegas membuka pintu ketika terdengar berulang kali suara bel rumah yang terus berbunyi.Klek!Javis terkejut menatap seseorang yang datang ke rumahnya malam-malam begini. Begitupun orang tersebut yang juga sama terkejutnya saat melihat sosok Javis.Tala? batin Javis syok.Pastilah pria ini datang mencari Lana. Huh, sungguh dugaan yang tepat dan akurat."Kamu... bukannya pria yang waktu itu ada di club kan?" tebak Tala yang masih mengingat kejadian di club dulu. "Yang bermesraan dengan istri saya. Kamu kekasihnya Lana, bukan?"Buru-buru Javis menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan! Tala—""Loh, kamu tau nama saya?" sela Tala kaget ketika namanya disebut.Javis merasa pusing dan bingung ingin mulai bicara dan menjelaskannya dari mana."Siapa yang datang Jav?!" jerit Lista disusul suara langkah kaki mendekat.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status