Share

Bab 3

" Nomer dua Pangeran Armand seorang pangeran yang tenang, lembut namun supel dan suka membaca, wawasannya luas, sangat menyukai ilmu pengetahuan. Nomer tiga adalah Pangeran Owen, sifatnya ceria, sedikit kekanak-kanakan dan mudah bergaul, tidak sombong," lanjutnya.

" Lady Sonia sangat disayang oleh ketiga kakaknya. Memang sedikit manja dan suka menyulitkan kakak kakaknya," Dorothy menjelaskan secara detail.

" Dari ketiga Pangeran itu, yang menjadi masalah adalah Pangeran Hector. Dia membencimu," kata Dorothy meneruskan ceritanya.

" Apa...??!! " Seru Katy

" Kenapa dia membenciku, apa yang sudah aku lakukan, apakah aku pernah menyinggungnya, " Katy benar benar tidak menduga kalau Pangeran Hector membencinya.

Dorothy tidak berani melanjutkan ceritanya, takut ada yang mata mata pangeran Hector yang mendengar, bisa hilang kepalanya.

" Kita pulang, nanti malam aku harus menari, giliran pertama jadi aku harus menyiapkan diriku, jangan sampai mengecewakan tamu," Dorothy menyeret Katy pulang.

Sesampai digedung, hari sudah sore. Gedung ini mirip gedung opera tapi lebih kecil dan muat hanya 100 penonton. Dorothy bersiap siap untuk tampil malam ini, menghibur tamu dengan tariannya dipanggung.

Sejujurnya Katy tidak mengerti tarian apa yang disuguhkan disana.

Katy masih belum diperbolehkan menari dipanggung mungkin dua tiga hari lagi baru boleh tampil. Waktu dua hari cukup bagi Katy untuk melihat dan menjajaki dunia baru yang akan dijalaninya.

Tamu tamu mulai berdatangan, mereka semua laki laki tidak ada yang perempuan, dilihat dari penampilannya mereka adalah bangsawan, saudagar kaya raya dan anggota kerajaan.

Tempat duduknyapun diatur sesuai dengan strata sosial masyarakat, keluarga atau anggota kerajaan seperti Pangeran, Perdana menteri, Panglima dan lainnya mendapat tempat duduk baris depan sedangkan bangsawan dibarisan tengah dan yang terakhir untuk saudagar kaya.

Katy melihat mereka dari depan kamarnya yang berada dilantai dua. Dari atas dia bisa mengetahui seperti apa pengunjung yang datang, hanya sayang dia tidak mengenal satupun tamu disana mungkin pemilik tubuh asli yang bisa.

Hanya satu yang dia kenal pria yang diikuti oleh pengawal sekaligus orang kepercayaannya yang masuk dari pintu depan dan orang disana membungkuk memberi hormat.

Prince Hector, pria berperawakan tinggi dengan tampang maskulin, rambut hitam kecoklatan dan mata hitam gelap namun tatapannya seperti mata pemburu, tajam dan menggetarkan lawan. Pria ini jarang tersenyum, lebih banyak menarik salah satu sudut bibirnya saja. Setiap melangkah menunjukkan kearoganan dirinya.

Dia menuju kursi yang sudah disediakan diarea depan. Jarak antara kursi penonton dengan panggung kurang lebih 1 meter. Lampu disekitar sudah mulai dipadamkan, hanya sebuah lampu yang menyorot ketengah panggung.

Musik sudah mulai diputar. Dorothy naik keatas panggung dengan memakai kostum merah menjuntai namun mempunyai belahan panjang sampai pangkal paha. Dia memulai tarian dengan gerakan yang gemulai menyesuaikan dengan musik.

Saat dia mengangkat kakinya keatas, terlihat bagian pahanya yang jenjang putih mulus, membuat mata lelaki yang memandang menahan nafas. Katy yang melihat Dorothy menari dibuat kagum olehnya.

Tangan dan kakinya begitu lincah membuat gerakan tarian terlihat indah dan berakhir dengan tepuk tangan meriah dari penonton.

Pria yang dipanggil Prince Hector tetap diam tanpa memberi reaksi apapun. Dia hanya mereguk minuman yang disuguhkan oleh pelayan. Katy merasakan ada sesuatu yang ganjil dengan pria ini. Penonton yang lain begitu antusias melihat Dorothy menari tetapi pria ini hanya diam, sekali kali dia menyipitkan matanya kepanggung.

Penari kedua mulai tampil, bukan menari solo namun berpasangan sesama penari wanita. Lagi lagi tepuk tangan bergema. Katy masih tetap menikmati tarian yang disuguhkan dari atas.

Tak disangka matanya bertabrakan dengan mata Prince Hector yang sedang melihat keatas. Sejenak mereka bertatapan. Katy langsung membuang pandangan kearah lain. Sekilas senyum sinis menghias dibibir pria itu.

Katy tidak lagi menonton tarian selanjutnya, dia memilih masuk kedalam kamar. Lebih baik dia beristirahat, tubuhnya agak letih setelah seharian berjalan jalan dengan Dorothy tadi siang. Matanya mulai terasa berat dan dia tertidur tanpa berganti pakaian.

Tepat tengah malam Katy terbangun, sayup-sayup terdengar suara wanita merintih seperti kesakitan. Instingnya sebagai mata-mata mulai bekerja. Dia memiliki pendengaran yang tajam, sepertinya suara itu berasal dari lantai 3. Pelan dia membuka pintu kamar dan berjalan keluar.

Dia melongok kebawah, sudah sepi tapi masih ada beberapa pengunjung yang meneruskan obrolan sambil minum.

Kathy berjalan mengikuti asal suara. Dia melangkahkan kakinya kelantai 3. Disana berjejer kamar kamar yang lampunya masih menyala. Terdengar suara manja wanita dan pria dari deretan kamar-kamar dilantai 3.

Ada suara desahan yang makin lama makin jelas. Arah suara berasal dari kamar yang agak masuk kedalam. Katy berjalan mengendap endap supaya tidak ada yang tahu.

Ada satu kamar dipojok bangunan yang berbeda dari kamar lainnya. Tampak lebih besar dan bernuansa agak suram. Penerangan didalam dibuat redup. Perlahan Katy mendekat dan dengan berjinjit dia merapatkan telinganya dipintu kamar.

Terdengar rintihan dari wanita didalam kamar. Dengan penasaran Katy mencoba mengintip melalui lubang pintu. Kamar ini tidak terkunci. Katy bisa melihat kedalam kamar meskipun dengan luas pandangan terbatas.

Didalam kamar terlihat seorang wanita yang mengenakan baju tipis pendek menerawang hingga bisa dilihat dengan jelas lekuk tubuhnya. Tangannya terikat keatas dan seorang pria yang memegang cambuk kain melecut punggungnya. Cambuk seperti itu sebenarnya hanya mainan saja, tidak menyebabkan luka hanya sedikit rasa sakit.

Katy menutup mulut rapat-rapat melihat adegan tersebut lalu pria yang memegang cambuk ini mengelus tubuh wanita dengan tangannya, memberi rangsangan pada titik-titik dimana membuat tubuhnya menggelinjang dan menginginkan lebih jauh dari sekedar sentuhan.

Tiba-tiba mata pria itu melirik kearah pintu seolah dia tahu ada orang yang mengintip.

Rintihan kembali keluar dari bibir siwanita. Bibir pria itu menggigit daun telinga wanita sambil tangan pria naik keatas membebaskan tali yang mengikat tangannya.

Katy yang masih mengintip dari lubang pintu berpikir, siapa wanita dan pria yang ada didalam kamar tersebut. Saat dia penasaran ingin mengetahui sepasang manusia yang asyik bercinta, tiba-tiba sebuah bayangan hitam melesat seperti angin, berlari melompati anak tangga dengan kecepatan yang mengagumkan dan menghilang dibalik ceruk pilar panggung.

Kejadian yang cepat membuatnya kaget, hingga tubuhnya terdorong kepintu dan pintu itu terbuka. Katy jatuh dengan wajah tersuruk kelantai.

Tentu saja aksinya menghentikan adegan dua makhluk sedang bercinta dan wanita itu terpekik sambil tangannya menutupi dada sedangkan sang pria hanya melotot marah tanpa berusaha menutupi tubuhnya yang setengah telanjang.

Katy mendongak dengan mata membelalak ngeri kearah kedua pasangan tersebut dan pria itu adalah Hector yang memandang tajam kedirinya dengan kebencian terpancar dari matanya. Secepat kilat Katy bangun sambil minta maaf, lari terbirit birit kembali kekamar. Hampir saja kakinya tergelincir saat turun dari tangga kelantai 2.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status