Pada malam ini, banyak sekali kejadian tak terduga. Termasuk kebenaran mengenai pria bertopeng itu ternyata adalah musuh di balik selimut. Dalam beberapa waktu, tekanan aura muncul, pergolakan chi terus membumbung kuat dan kemudian menghilang begitu saja. Sesaat Wu Shi terdiam kaget, jantungnya masih berdegup kencang, keringat dingin bercucuran. Kakinya pun masih gemetar karena merasakan aura tersebut. "Tidak, guru Ming Hao!" Ketika dedaunan bergemerisik, jauh di sana terdapat seorang pria yang tergelatak bersimbah darah. Wu Shi sangat mengenalnya dan ia pun bergegas menuju ke sana. "Itu kau ...Wu Shi?" panggilnya lemah."Guru, guru apa yang terjadi?" "Hei, kita belum resmi menjadi guru dan murid tapi kau sudah memanggilku guru?""Itu tidak penting. Sekarang katakan di mana dia? Apa kau sudah mengalahkannya? Atau justru sebaliknya?" tanya Wu Shi. Ming Hao diam sejenak sebelum mengatakan sesuatu. Ia melirik ke arah samping kanannya lalu kembali bertatapan dengan Wu Shi. "Dia me
Hilangnya Ming Hao berubah menjadi kematiannya. Situasi yang tak terduga kerap terjadi pada beberapa titik dalam pengulangan waktu ini. Sejujurnya Wu Shi hampir tak sanggup, ia ingin menyerah namun saat melihat jasad Ming Hao, Wu Shi menutup mata. "Aku sungguh bodoh," katanya yang menghina dirinya sendiri. "Jangan berkata seperti itu, Wu Shi. Kematiannya itu tidak terduga bukan? Kita mana tahu kalau musuhnya ternyata ada di dalam tingkat menara selama ini," ucap Hao Yun menenangkan."Ada satu hal yang perlu aku katakan padamu, Hao Yun.""Oh, ya? Apa itu?" "Musuhmu, adalah orang yang berada di peringkat pertama dalam tingkat menara 'kan?""Iya. Dia memakai topeng itu. Gaya berpedang dan cara dia berjalan, semua sama. Jadi aku tidak salah mengira," tuturnya.Wu Shi menjelaskan, "Dia hanya peringkat pertama bayangan, karena sejak awal peringkat pertama itu tidak ada dan dia yang sebenarnya berada di peringkat terakhir."Sontak saja Hao Yun sangat terkejut. Ia sampai bingung harus berk
Penyebab semua ini terjadi karena konflik dari dalam kultus putih. Wu Shi di tahan, ia kini diduga sebagai pelaku di balik semua kejadian pada malam itu tapi seorang pendekar tingkat menara menyangkal dan mengatakan bahwa Wu Shi takkan mampu melakukan itu semua. Setelah berupaya membela Wu Shi, kini akhirnya pemimpin kultus mulai melunak. Pemimpin kultus tampaknya sedang berpikir tentang apa yang akan dilakukannya pada Wu Shi. "Dengan kekuatannya, dia akan mampu menopangku? Huh," gumamnya sembari menatap tajam. "Kalau kau segitunya membela dia, maka mau bagiamana lagi. Lagi pula orang sepertinya tak mungkin bisa membunuh seorang tingkat superior.""Kalau begitu Anda—""Tapi tetap akan aku beri hukuman padanya. Wu Shi, melihat kau yang ingin melarikan diri dari hukuman pengurungan dalam asrama, maka kau akan diasingkan selama dua tahun."Apa pun kenyataannya, Wu Shi tetap tak terelakkan dari hukumannya sendiri. Wu Shi sendiri sadar, rasanya tak mungkin menghindari semua yang ingin d
Sedikit demi sedikit Wu Shi melakukan perlawanan yang cukup memuaskan. Senjata pedang, tombak, panah racun dan lain sebagainya telah ia hadapi dengan tubuh tanpa pelindung. Di malam yang hanya diterangi cahaya rembulan, Wu Shi bertahan mati-matian dari serangan segala arah yang mendadak ini. Trang! Trang! Wu Shi memutar tongkat di belakang punggung dan beralih ke depan. Perputaran tanpa menggunakan chi itu setidaknya mampu menangkis serangan mereka yang seolah tak terlihat. "Siapa itu!? Tunjukkan dirimu! Kenapa kau mengincarku? Katakan!"Sudah berulang kali Wu Shi mencoba untuk mencari tahu, beberapa kata ia lontarkan namun tak kunjung ada jawaban. Lantas Wu Shi berpikir, "Benar juga. Mereka 'kan ingin membunuhku, apa gunanya menunjukkan diri apalagi kegelapan ini adalah sebuah kesempatan," tukas Wu Shi menyeringai. Menyeret kaki kiri ke depan dan kaki kanan ke belakang. Posisi kuda-kuda yang mantap dan dengan membawa tongkat sebagai senjata, Wu Shi perlahan memejamkan mata berni
Terkadang, reflek seseorang mendahului pemikirannya saat itu. Seperti yang terjadi pada Wu Shi, ia tahu bahwa ayunan pedang yang terarah padanya itu berbahaya namun sebelum pemikiran seperti itu ada, tangannya bergerak untuk membuat posisi bertahan dengan tongkat sebagai senjatanya."Orang seperti dirimu bukanlah tidak punya pengalaman melainkan kau hanya kurang dari teknik senjatamu. Itu saja."Wu Shi tersentak diam, apa yang dikatakannya itu benar namun Wu Shi merasa sedikit aneh saja ketika ada orang yang mengatakan hal itu."Seolah-olah kau tahu segalanya. Siapa kau itu?" Tanpa menurunkan senjata, ia tetap mengacungkan tongkatnya meski pria itu sudah menurunkan senjatanya."Maaf saja aku bukanlah peramal. Aku hanya orang yang kebetulan tinggal di tempat ini.""Apa maksudmu?""Apa kau tahu bagaimana keadaan kultus di masa lalu?"Tiba-tiba pria ini membicarakan soal kultus. Padahal ia tinggal di pedesaan yang berjauhan dengan kultus. Lantas apa maksudnya dengan berkata seperti itu?
Tuan Pemimpin Kultus Putih diduga sedang bersandiwara. Sikap yang buruk hanya pada Wu Shi pun adalah akting. Ketika pria itu mengatakannya, Wu Shi tidak bisa percaya begitu saja. Ia merasa aneh, lantaran untuk apa bersandiwara kalau ujung-ujungnya dia sedang dikendalikan secara tidak langsung. Wu Shi tidak pernah terpikirkan soal ini sebelumnya, tentang alasan Tuan Pemimpin bersandiwara lalu menyiapkan ujian untuk para calon pewaris. Semakin dipikirkan semakin terasa rumit saja.Klak!"Hei, ini aku."Sesaat mendengar suara langkah yang begitu pelan, Wu Shi terbangun dari tidurnya, walau sebenarnya ia tidak benar-benar tertidur. Tongkatnya terhentak di atas papan kayu. Orang yang barusan melintas ialah petani tersebut, ia sedikit merasa was-was lantaran Wu Shi begitu peka dengan keberadaannya."Ternyata kau."Saat ini Wu Shi tidak berada di dalam rumahnya, ia berada di depan dengan posisi duduk dan bersandar pada dinding. Sembari memegang tongkat dengan erat, seakan ia hendak menyera
Hidup bergantung pada apa yang dimiliki. Setiap waktu yang terbuang 'kan mewujudkan suatu kejadian entah itu dapat diperkirakan atau tidak. Kini Wu Shi mengenggam bukti hidup yang akan mengubah nasib ke depannya. Sementara para pembunuh yang setiap waktunya muncul satu persatu entah dari arah mana, terdiam bingung dengan perasaan jengkel terhadap Wu Shi. Bagaimana tidak jengkel jika melihat sosok Wu Shi mencoba untuk menyelamatkan seorang pembunuh. Daripada disebut sebagai orang baik, Wu Shi dianggap menjijikan. "Kenapa dia malah menyelamatkan orang yang ingin membunuhnya? Apa dia sudah tidak waras ataukah dia buta?" Salah satu pembunuh mencibir. "Ha, baru kali pertama aku melihat orang seperti dia. Memang benar dia membutuhkan informasi tapi kalau sampai menyelamatkan nyawanya hanya untuk itu maka akan sulit dipercaya bahwa dia orang baik." "Kau pikir kita semua di sini untuk apa? Fokus saja pada target kita."Pada akhirnya pembunuh tetaplah pembunuh, mereka takkan melepas target
Ancaman demi ancaman terus bermunculan. Wu Shi berniat untuk mengorek informasi lebih lanjut. Namun akan tetapi sedikit informasi saja rasanya sangat sulit didapatkan."Pria bertopeng itu yang mengendalikan kelompok itu.""Baiklah. Aku sangat berterima kasih padamu.""Ah, tidak. Ini bukan apa-apa. Lalu apa yang Anda lakukan mulai sekarang?""Untuk sekarang ...aku tidak tahu. Bodoh jika aku langsung menyerang. Kekuatanku saja tidaklah sebanding dengannya maka aku akan jatuh lebih cepat.""Ya, Anda benar." Bruk!Pria itu tiba-tiba saja menundukkan kepala dan berlutut tepat di hadapan Wu Shi. Ia merasa sangat berterima kasih pada Wu Shi yang telah memberinya kesempatan untuk hidup. "Saya sangat berterima kasih pada Tuan Wu Shi yang telah membebaskan saya dari orang itu.""Jangan dipikirkan. Sebagai ganti dari aku membantumu dan keluargamu di sana, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Bisa?" sahut Wu Shi, acuh dengan penghormatan pria itu."Tentu saja bisa. Says akan membantu Anda