Home / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 2: Padepokan Golongan Hitam

Share

Bab 2: Padepokan Golongan Hitam

Author: mrd_bb
last update Last Updated: 2024-06-24 10:58:44

Dengan kaki gemetaran menahan takut, Japra mendekati jasad Ki Palung. Nekat, dia pun memegang tubuh yang sudah taak bernyawa ini.

“Astaga, benaran sudah mati, tubuhnya tak gerak lagi?” batin Japra dan kembali ketakutan melanda hatinya.

Tiba-tiba Japra mendengar suara dari kejauhan, tanpa buang waktu, Japra berlari bersembunyi menjauhi jasad Ki Palung, dengan langkah ngos-ngosan saking gugupnya, sambil melihat-lihat situasi.

Dia pikir pasti orang jahat yang sudah membuat Ki Palung tewas ini yang datang kembali. 

Apa yang dia khawatirkan benar adanya!

“Ha-ha-ha…si pentolan perampok ini sudah mati!” tiba-tiba terdengar suara orang terbahak.

Japra langsung gemetaran tubuhnya. Ternyata yang datang salah satu dari 3 pendekar golok putih, musuh Ki Palung.

“Ya Tuhan, itu musuh Ki Palung moga dia tak lihat aku,” batin Japra makin merunduk tubuhnya ke tanah dan terhalang semak belukar yang lebat.

Hatinya tentu saja ketakutan, di pikirannya orang itu pasti jahat..! 

Dari tempat persembunyiannya, Japra melihat datang lagi 2 rekannya.

Kini kompletlah tiga orang tersebut mengelilingi jasad gembong perampok yang paling ditakuti di kawasan lereng Bukit Meratus.

Japra masih terpaku di tempatnya sambil nekat ngintip. Salah satu dari 3 pendekar ini menggeledah pakaian Ki Palung.

“Bangsat, benda yang dia curi tak ada di tubuhnya. Jangan-jangan sengaja dia buang atau sembunyikan di sebuah tempat!” sambil berucap begitu, orang yang baru datang ini lalu menendang jasad Ki Palung.

Tubuh tanpa nyawa ini terlempar sangat jauh, lalu masuk jurang yang sangat dalam. Japra yang menyaksikan itu sampai bergidik ngeri.

Kemudian dalam sekejap mata, ketiganya langsung pergi dengan sangat cepat. Japra sampai mengerjap-ngerjapkan mata, melihat kejadian yang baginya sangat mengerikan ini.

Cukup lama Japra mendekam di tempatnya sembunyi, setelah dirasanya aman, dia pun keluar dari tempat persembunyiannya, kemudian cepat-cepat pergi dari sana. 

Dia masih ketakutan melihat kesaktian 3 Pendekar Golok Putih, yang dibenaknya masih dianggap orang jahat dan bisa sewaktu-waktu menyusulnya!

Wajah ke 3 orang itu tak pernah dia lupakan, Japra memiliki daya ingat yang kuat. 

“Jadi itukah 3 Pendekar Golok Putih, yang sudah kalahkan Ki Palung..?!!!” pikirnya sambil melangkah cepat.

Ingat akan sumpahnya pada Ki Palung, kaki Japra melangkah ke arah Barat, di mana padepokan Ki Palung berada.

“Kamu terus berjalan ke arah Barat, nanti kamu akan menemukan sebuah sungai. Kamu susuri sungai itu arah ke Hulu. Di sana kelak, kamu akan menemukan sebuah kampung kecil, kampung itu di bawah kendaliku. Kamu tunjukan saja kalung ini, maka kamu akan di bawa ke padepokanku.” 

Itulah ucapan Ki Palung beri dia petunjuk, sebelum tewas setelah menyuruh Japra bersumpah. 

Tempat yang dituju ternyata bukan tempat yang dekat, Namun, perjalanannya tak sia-sia, setelah hampir 2 bulan, dia pun menemukan sebuah sungai yang dengan sesuai petunjuk Ki Palung.

Dengan kaki kecilnya dan semangat tinggi Japra menuju ke arah hulu menyusuri sungai ini.

“Inikah kampung itu?” batin Japra bersorak kesenangan perjalanan jauhnya tak sia-sia. Dia lalu melangkah cepat, untuk menemui siapapun warga di sini. 

Tanpa sadar dia sudah memasuki sebuah perkampungan perampok, yang sangat ditakuti semua orang dan letaknya pun tersembunyi. 

“Heii berhenti, siapa kamu pengemis cilik yang kesasar ke sini,” bentak seorang pria, dengan wajah bengis dengan brewok memenuhi wajahnya. Goloknya tergantung di pinggang.

Suara bentakan kasar ini otomatis menghentikan langkah Japra dan menatap orang ini. “S-saya Japra t-tuan!” sahut Japra agak takut.

Tak lama datang seorang pria lainnya, yang tak kalah seremnya, goloknya juga berada di pinggang, hingga penampilannya makin serem dan ikut menatap tajam wajah Japra.

“Hmm…aneh, ada pengemis cilik kelaparan nyasar ke kampung kita. Hei sebutkan kamu darimana dan mau apa kesini?” bentak rekannya itu tak kalah kasar, Japra hampir terkencing-kencing saking takutnya.

“S-saya d-dari Kampung Haliling, ke sini di-di suruh Ki Palung,” dengan suara gugup Japra menjawab. 

Lalu tangan mungil Japra mengeluarkan kalung yang dulu diserahkan pria yang sudah tewas itu.

“Apaaaa….!” Bak tersambar petir, orang pertama yang menegur Japra langsung merampas kalung itu.

“Anak kecil, kamu tak tahu siapa Ki Palung itu hah! Dia itu ketua kami yang paling kami hormati. Kalung ini sama nilainya dengan nyawa ketua kami itu, di mana ketua kami sekarang, awas kalau bohong, lehermu aku tebas!”  ancam orang yang mengambil kalung tadi dari tangan Japra, masih dengan suara mengguntur. 

Japra makin gemetaran dengar bentakan kasar disertai ancaman yang tak main-main.

“Agur, kita bawa anak kecil ini dan pertemukan dengan Ki Boka wakil kepala padepokan, biar beliau yang memutuskan nasib anak ini!” sela rekannya.

Pria yang dipanggil Agur mengangguk, lalu menyambar tubuh Japra dan berlari cepat menuju ke sebuah tempat di sebuah lereng gunung, diikuti teman nya tadi.

Jaraknya lumayan jauh dari kampung kecil ini.

Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi Wakil Kepala Padepokan ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.

Tubuh orang ini tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan rekannya.

Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana. 

“Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3 Pendekar Golok Putih? Dan kamu Japra, tak sengaja bertemu dengannya dan sudah lakukan sumpah…?”

Ki Boka menatap tajam wajah Japra…!

***

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 581: Akhirnya Bersatu Lagi

    Putri Melania yang memang menyamar sebagai nenek-nenek ini tersenyum manis sekali dan dia kaget saat tubuhnya tiba-tiba di raih Bafin dan di lemparnya ke atas, lalu di sambut dengan pelukan dan ciuman bertubi-tubi.“Sayangggkuuu istrikuuuu…ya Tuhan, kenapa kamu sampai nyamar jadi nenek-nenek sih,” seru Bafin dengan wajah berseri-seri.Tak lama kemudian terdengar suara anak kecil memanggil ibu, yang berlari dan di iringi 5 wanita cantik, selir-selir Bafin.“Kalian…syukurlah kalian tak apa-apa, eh itu siapa anak kecil itu?” seru Bafin sambil lepaskan pelukannya dari tubuh harum Putri Melania.Kini ia menatap anak kecil yang usianya antara 2-3 tahunan ini, wajahnya sangat tampan dan mirip anak perempuan, saking tampangnya.“Pangeran Bome, cepat beri hormat pada ayah kandungmu, dialah ayah yang selama ini kamu cari-cari!” tegur Putri Melania ke si anak kecil ini.Si anak kecil yang di panggil Pangeran Bome ini awalnya kaget, lalu dengan cepat bersimpuh dan beri hormat pada Bafin dengan sik

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 580: Ketika Sang Permaisuri Marah

    Pendekar Tanpa Bayangan ini tentu saja kaget bukan kepalang, serangan ini tidak bercanda. Mau tak mau dia pun langsung bergerak dengan gunakan jurus kaki ajaibnya.Sehingga serangan pertama ini luput, si nenek tak di kenal ini kembali lakukan serangan lebih dahsyat dari tadi.“Pantas saja ke 5 selirku tak mampu ladeni si nenek ini, pukulan-pukulannya sangat dahsyat,” batin Bafin, yang sengaja belum membalas, kecuali bergerak lincah dan selalu menghindar.Ia tak ingin menyakiti si nenek ini, apalagi belum tahu apa motifnya menculik ke 5 selirnya tersebut.“Nek, sabar dulu, aku mau tanya kamu apakan selir-selirku itu dan di mana mereka kamu tawan?” sambil menghindar Bafin sengaja bertanya.Tapi si nenek ini tak menggubris pertanyaan Bafin, dia malah makin lama makin beringas menyerang Bafin.Bahkan sudah 50 jurus, jangankan mampu taklukan Bafin, mengenai tubuh pemuda sakti ini saja tidak. Makin murkalah si nenek berbody aduhai ini.Tapi ada yang aneh, dari tubuh si nenek yang terlihat p

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 579: 5 Selir di Culik

    Bafin baru saja pulang dari Kerajaan Hilir Sungai, untuk menemui kakeknya Prabu Harman, sekaligus minta izin menempati Istana Lembah Iblis dan kakeknya ini tak keberatan, bahkan janji kelak akan berkunjung ke sana.“Bagus cucuku, sayang bangunan istana itu dibiarkan terbengkalai, nanti aku akan kirim tukang-tukang bangunan Istana buat percantik istana itu,” janji Prabu Harman dan Bafin banyak bawa pulang hadiah-hadiah waah dari Maharaja ini.Namun, setelah dua seminggu dan tiba kembali ke sini, Bafin merasa aneh sendiri.Istana-nya yang biasanya ramai dengan celotehan ke 5 selirnya hari ini sunyi. Bafin memang tak khawatir tinggalkan selir-selirnya sementara, sebab ke 5 nya sudah miliki kesaktian tinggi, biarpun saat ini ke limanya kompak sedang hamil muda dan kini sudah jalan 3,5 bulanan.Di tambah lagi tempat ini tak lagi seperti dulu, sudah ramai dan menjadi sebuah perkampungan yang mulai padat warganya.Bahkan anak-anak kecil pun sering jadikan halaman istana yang luas ini jadi t

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 578: Barengan Hamil

    “Kalian memang hebat, kini aku lega, semua ilmu silat yang aku ajarkan sudah sempurna kallian kuasai, tinggal di matangkan lagi,” Bafin tanpa ragu menciumi ke 5 nya satu persatu.Kelakuan Bafin sudah tak aneh bagi mereka dan pastinya langsung paham, dan kini mereka pun ‘pesta’ kecil-kecilan di sebuah ruangan istana ini.Dan pastinya di akhiri dengan membuka paha masing-masing, untuk di lumat bibir Bafin dan kemudian dimasuki pelatuk perkasa si pendekar flamboyan ini.Anehnya, energy bercinta Bafin makin lama makin hebat saja. Sehingga ke 5 selirnya kadang berseloroh, Bafin harus nambah selir lagi untuk layani keperkasaan pendekar flamboyan ini.Demikian lah sejak saat itu nama 5 Bidadari Lembah Iblis langsung menggema ke mana-mana, terlebih saat itu juga orang-orang menyebut kalau ke 5 wanita yang memang cantik jelita adalah selir dari Pendekar Tanpa Bayangan. Tak berhenti sampai di sana, sepak terjang 5 Bidadari Lembah Iblis dan sesekali Bafin turun tangan, juga membasmi banyak penja

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 577: Hukuman Buat 10 Pendekar Golok Setan

    Salah satu kawanan 10 Pendekar Setan yang bertubuh agak gemuk tiba-tiba mulai lakukan serangan ke arah Nyai Laras dengan goloknya.Serangan sangat mematikan, karenadi sertai dengan tenaga dalam yang kuat. Namun si cantik ini dengan amat lincahnya mengelak, si gendut tak dapat mengendalikan dirinya lagi dan diapun terdorong oleh tenaganya sendiri, tanpa kakinya dapat mengatur keseimbangan badan lagi, tubuhnya tersungkur ke depan.Pada saat itu, kaki Nyai Laras melayang dan kali ini ‘menciumnya’, tapi bukan mencium mulut, namun dada sebelah kiri yang jadi sasaran.”Ngekk...!" Si gendut terpelanting dan tahu-tahu goloknya telah terampas oleh Nyai Laras.Sambil tersenyum, Nyai Laras menggerakkan golok rampasan ke arah si gendut yang memandang terbelalak dan wajahnya pucat sekali, karena dia tahu bahwa maut telah siap menerkamnya.Tiba-tiba golok itu dilepas oleh si Nyai Laras dan meluncur ke bawah, tapi gagangnya di depan dan menyambar ke arah si gendut.Nyai Laras ternyata tidak langsun

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 576: 5 Bidadari Lembah Iblis

    Kemudian...Bafin kembali gauli mereka bergantian kali ini giliran Nyai Larasyag dapat tumpahanlahar panasnya.Percumbuan ini lanjut di kamar istana dan berturut-turut mereka menerima limpahan lahar si pejantan beruntung ini.Andai Bafin tak memiliki tenaga dalam yang hebat, dia tentu akan kewalahan meladeni selir-selir jelitanya ini, yang makin lama makin candu dengan cumbuan yang ia berikan.Uniknya mereka tak pernah berebutan di layani Bafin, semuanya dengan sabar menunggu giiliran, dan semuanya juga selalu puas tak terkira.Bafin kini benar-benar menikmati menjadi seorang pangeran, siang malam ke 5 nya menerima lahar panas dari si pendekar tampan ini.Namun mereka tak melulu bercinta saja, Bafin pun tetap latih mereka ilmu silat sangat serius dan kadang keras, sehingga makin lama ke 5 selirnya ini makin sakti saja.Lama-lama mereka pun sepakat mengatur waktu, kapan bercinta dan kapan giat berlatih silat. Bafin juga lega, ke limanya ternyata berbakat sekali dengan jurus-jurus yang ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status