Baru saja dihadapakan dengan rasa takut yang amat mengerikan, dia melihat situasi yang sedikit membingungkan.
Dibelakang monster itu berjalan sosok peria berambut oranye, dia memiliki tengkorak kucing dibahunya. Hewan tengkorak itu seperti hidup selayaknya hewan normal.Peria itu mengelus ngelus kepala harimau yang besar. "Kerja bagus kau memang hewan yang patut dipelihara," ucap peria itu."Berhentilah disitu orang aneh. Aku tidak akan memaafkan mu jika kau bergerak sejengkal saja."Lixuan memberanikan mulutnya mengeluarkan sepatah kalimat itu. Namun ancaman itu tak membuat pria itu bergeming sedikitpun. Dia tetap berjalan perlahan."Bagaimana mungkin seorang mangsa mengancam pemburunya."Peria itu mengangkat tangannya, harimau raksasa itu langsung melesat menerkam anak kecil itu. Ukuran tubuh monster yang amat besar itu membuat Lixuan tak bisa berkutik. Tubuhnya terkunci.Namun yang heran adalah harimau itu tak langsung membunuhnya. Dia menjilat jilat pipi Lixuan. Semakin ketakutanlah anak itu.Selesainya menjilati pipinya, hariamu itu menghendus hendus tangan anak itu. Taring menusuk daging lebut, cairan merah mengucur tak terkira."Arghh.. sakit." Teriaknya. Namun hewan itu tak menunjukkan belas kasih sedikitpun, dia memakan tangan yang telah terputus itu seperti keripik kentang didepan mata kepala pemiliknya.Lixuan berusaha menggerkan kepalanya, matanya melihat kearah ibunya. "Aku mohon jangan lukai ibuku."Peria itu bersiap menusukan pedang perak yang menyilaukan kepada wanita tua tak berdaya. Pedang menusuk tubuh tepat di bagian jantung. Ibunya mengeluarkan darah di mulutnya. "Lepaskan... Anakku.." Suara pelan itu tak akan ada orang yang dapat mendengarnya. Tangan wanita itu berusaha menggapai tubuh Lixuan yang tak berdaya.Satu mangsa telah mati, sekarang giliran mangsa berikutnya lah yang akan mengalami nasib serupa.Selesainya harimau itu mengunyah tangan anak itu, dia mencoba menghendus tangan yang satunya."Tidak aku tak ingin mati, aku tak ingin hidup sebatang kara lagi? Ha sebatang kara lagi?" Tiba tiba saja kepalanya terasa seperti tersambar petir.Ingatan ingtan aneh muncul didalam kepalanya. Bumi berguncang memuntahkan larva merah, darah darah menghiasi penjuru kota. Pepohonan tumbang diterpa oleh angin tornado yang amat besar. Manusia sujud tak berkutik akan bumi yang marah pada mereka."Ah tidak ingatan apa itu," teriaknya histeris.Bum... Tiba tiba saja ledakan tercipta dari tempatnya berada. Tangan yang digigit oleh harimau putih itu kembali lagi seperti semula.Harimau putih yang menerkam seperti pemburu tak berperasaan terpental menjauhi tubuh anak berusia 14 tahun itu. Kini hanya ada darah saja yang terlihat.Peria berambut oranye itu berdiri kaku. Mungkinkah balasan atas perbuatan peria itu telah tiba?"Wauh anak ini sungguh menarik."Dia mundur menjauhi Lixuan. Perlahan perlahan dia melangkahkan kakinya kebelakang. Akan tetapi mata Lixuan dengan penuh air kesedihan menatap peria itu dengan tajam.Lengannya yang baru saja muncul itu menggenggam cincin giok. Cicin itu bernama sankald artifak milik Sindra sang dewa bumi.Benda itu mengeluarkan cahaya kuning yang amat menyilaukan lalu sesaat kemudian cahaya seperti kunang kunang itu masuk kedalam tubuh Lixuan."Ahrg....sial rasa sakit apa ini!" Tubuhnya menggeliat dibawah tanah.Setelah rasa sakit itu mereda Lixuan berkata. "Seperti janjiku sebelumnya. Para dewa sialan aku akan membunuh kalian semua."'ha kenapa aku membenci dewa' kepalanya mulai terasa sakit seperti sebelumnya. Dia menggenggam kepala itu dengan tekanan yang cukup kuat.Tak mau melewatkan kesempatan yang bagus, peria berambut oranye itu lenyap menghilang dari pandangan Lixuan. Sebelum dia pergi peria itu berkata. "Jadilah kuat dan hiburlah aku sampai aku bahagia. Selemat tinggal pecundang.""Hey pengecut kembalilah sialan." Teriakan keputus asaan bergema dirumah penuh darah itu. Lixuan memukul mukul tanah tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Darah keluar dari jari jemarinya lalu terjatuh dilantai berwarna coklat.Rasa sakit didalam kepalanya juga terus menghujani tiada henti, begitu pun rasa sakit dihatinya. Mata merah menunjukan amarahnya. Air mata menunjukan kesedihannya. Tangan yang mengepal menunjukkan seberapa dendam dia dengan peria itu. Sedangkan tubuh yang kaku sambil melihat darah itu menunjukkan seberapa besar kekecewaannya terhadap dunia.Dia ingin menjadi kuat, dia tak ingin kehilangan orang yang ada disekitarnya. Dia ingin menebus kesalahan yang diperbuat untuk menemui ibunya dengan penuh senyuman."apakah ini benar benar nyata? hey seorang tolong beritahu aku bahwa semua ini hanyalah mimpi."Lixuan berjalan menuju kearaah ibunya. Tubuhnya terombang ambing, tapi walaupun begitu dia tetap memaksakan dirinya. Semakin dekat tubuhnya dengan mayat wanita itu, semakin sakit dadanya. Pisau tajam seolah olah menghancurkan jantung kecil itu. Hatinya telah menjadi gelap.Namun dia tetap bertahan untuk tidak terjun dijurang kegelapan. Dia mencoba menerima kenyataan ini, tapi apa yang bisa dilakukan oleh anak seusianya?Tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya bisa memeluk tubuh ibunya yang telah kaku dengan penyesalan yang amat besar."ibu bangunlah, kau sedang bercanda kan ayolah ini bukan lelucon yang bagus. ibu..."Dia menangis sejadi jadinya, malam penuh darah itu akan diingat olehnya selama yang dia bisa. Mungkin sampai dia mati.Tidak berlangsung lama kemudian, jeritan jeritan terdengar dimana mana. Desa Uruk kacau balau oleh monster monster yang terus berdatangan tiada hentinya.Para pendekar elit desa Uruk berjuang dengan keras untuk menyelamatkan nyawa sebanyak yang mereka bisa. Rumah rumah mulai memunculkan bercak bercak darah. Bara api mulai merambat dari satu bangunan kebangunan lain.Lixuan berdiri dia ingin tahu sebenarnya apa yang membuat warga desa mengeluarkan sura bising itu. Dia mendekati cendela kayu, lalu membukanya. Lagi lagi Lixuan tak bisa mengeluarkan sepatah kalimat pun."Sebenarnya ada apa ini? Kenapa semua ini terjadi?"Walaupun warga desa Uruk selalu memperlakukan dia seperti serangga. Lixuan tetap tak ingin melihat mereka kesusahan sedikit saja apalagi mati mengenaskan didepan matanya."Pisau." Satu kata itu membuat cicin giok yang berada ditangannya mengeluarkan cahaya.'Ha kenapa ada pisau ditanganku? dimana cicin giok tadi?'"Ah tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang tidak perlu," ucap Lixuan.Lixuan mengambil jubah hitam pekat, tundung itu membuat dirinya terlihat misterius. Lixuan keluar dari cendela, lubang itu cukup untuk membuat tubuhnya lolos. Dia mendarat tepat disemak belukar yang tertanam disekitar rumahnya. Pendaratannya sempurna tak memiliki celah sedikitpun.Monster harimau lewat didepan mata kepalanya. Seandainya saja kejadian barusan tidak terjadi, mungkin anak kecil itu akan terkencing sambil berlari ketakutan.Akan tetapi sekarang tidak, dia sudah dipenuhi dengan kebencian yang amat besar. Tanpa ragu Lixuan melompat menusuk kepala monster harimau itu. Sekali tusukan kepalanya hancur tak bersisa.Tentunya dia yang melihat kejadian barusan terkejut. "Ha kenapa aku sekuat ini? Baguslah kalau begitu, dengan kekuatan ini aku bisa membunuh kalian semua dengan cepat dasar monster menjijikkan."Sembari menuju ketempat tertentu, dia membunuh satu persatu monster yang berjalan kesana kemari. Dia tak kesulitan ketika melawan monster yang pernah membuat dirinya ketakutan.Mayat demi mayat tercipta, pisau emasnya telah penuh dengan noda merah. Begitupun wajah tampan miliknya.Setelah melakukan langkah kaki yang melelahkan, dia akhirnya tiba ditempat yang dia tuju. Rumah besar itu sudah dipenuhi oleh monster. Dibangunan itu, sosok wanita berambut perak seusianya sedang berusaha untuk mengalahkan monster yang terus berdatangan."tuan Vans asal tahu saja ini bukan tentang harga diri dan ego, akan tetapi ini tentang keyakinan dan tekad," ucap Vincaus dengan tegas. "ah jadi yang kau maksud tentang keyakinan itu adalah membunuh para bawahan mu," ucap Vans. Setelah mengucapkan kalimat itu sepuluh musuh tumbang ditempat itu. "ah apa apa ini, apakah ini akhir dari kita," ucap prajurit. "aku tidak ingin ini terjadi, aku ingin pulang bertemu keluarga ku," ucap perajurit lainnya. "bagaimana ini, apakah kita menyerah saja, dan menangkap tuan Vincaus." "mungkin itu bisa kita lakukan apabila tuan tak segera melakukan pergerakan." semua suara itu tumpang tindih sehingga itu hanya terdengar seperti suara tawon. Vans yang melihat itu merasa senang, dia akhirnya bisa mendapatkan kemenangan atas mental mereka. Hanya butuh sentuhan terkahir, musuhnya akan segera runtuh. namun disaat yang sama Vincaus tertawa terbahak bahak. "aku tahu, aku tahu, kau hanya bisa membunuh sepuluh orang bukan? jika kami melakukan gerakan
Armada yang cukup banyak itu berhenti dipulau yang tak berpenghuni, pada saat ini mereka sedang menunggu mangsa yang ingin dikejar oleh mereka. Namun sebelum itu mereka ingin melakukan sesuatu terhadap kerajaan Englandia.Sudah dua hari mereka menetap disana, setiap satu harinya mereka menyeludupkan barang barang kedalam kerajaan Englandia.Selain itu juga mereka meninggalkan beberapa orang disana untuk melakukan sesuatu yang amat penting.Saat ini kapal yang dinaiki oleh Lixuan dan para anggota baru sedang menuju keaarah kerajaan Englandia sebagai saudagar yang menjual barang barang. Sebelumnya semua awak keru yang ada disana memang adalah saudagar yang dimiliki oleh serikat bajak laut, namun kali ini beberapa orang yang ada didalam sana adalah pasukan militer."Dimana Lisa Lixuan?" Ucap Sasa.Karena ahli bertarung dan dia ingin selalu berdekatan dengan Lixuan, Sasa ikut serta melakukan misi yang akan dijalankan oleh Lixuan itu. Saat ini ada sasa dan Long cai disampingnya.Sasa yang
Hari hari yang dilalui oleh Lixuan kembali seperti sebelumnya, meskipun saat ini ada Sasa dan Long cai disana dia tetap melakukan rutinitas seperti biasanya. Terkadang dia membantu memasak, atau pun membantu para awak keru yang sedang memperbaiki kapal. Sebelumnya terjadi badai yang amat besar, itu menyebabkan kapal kapal yang dinaiki mereka mengalami kerusakan yang cukup fatal.Sedangkan untuk Sasa dia saat ini masih belum bisa menerima Lixuan yang saat ini, sebelumnya dia mengenal Lixuan yang hangat dan pengertian sedangkan untuk sekarang dia tak mendapatkan hal tersebut dari Lixuan. Meskipun pada saat ini hubungan mereka sudah membaik namun masih ada jarak diantara mereka berdua. Berbeda sekali dengan sebelumnya."Lisa apakah ada yang bisa aku bantu, sepertinya kau sedang kerepotan sekarang," ucap Sasa.Entah bagaimana hubungan diantara kedua gadis itu kian semakin dekat, Sasa sudah tak memiliki kebencian terdapat Lisa. Bisa dibilang kedua wanita itu sudah menjadi sahabat.Pada s
Setelah semuanya mereda Sasa kembali ke dirinya yang asli, tenang dan dingin. Bukannya dia tak ingin menghajar Lixuan lagi, namun dia tak memiliki tenaga untuk melakukan itu.Lixuan yang sadar bahwa semua ini adalah ulahnya menjauhi Sasa dan lainnya, dia menuju keaarah kamar Long cai untuk merawat peria itu."Siapa namamu," ucap Lisa yang duduk disamping Sasa. Dia baru saja kembali dari dapur untuk mengambilkan air minum. Sasa yang masih makan itu tak menjawab pertanyaan Lisa, dimatanya wanita itu hanyalah musuh yang harus disingkirkan.Lisa yang tak mendapatkan jawaban dari Sasa itu mewajirnya. Dalam masalah ini Sasa belumlah bisa berpikir rasional, seandainya dia berada diposisi yang sama mungkin perilakunya akan mirip dengan Sasa."Maaf karena menganggu hubungan kalian, tapi asal tahu saja aku tak memiliki maksud untuk melakukan itu. Kau tahu, aku menemukan Lixuan pingsan ditepi pantai sebelumnya, kami juga belum cukup kenal," ucap Lisa.Sasa belum ingin menjawab pertanyaan dari L
Mendengar suara gelas yang pecah itu, segera kedua orang tersebut berlari menuju keaarah kamar sebelah. Lixuan wajahnya cukup cemas, entah Lisa yang dia cemaskan atau Sasa.Lixuan memasuki kamar yang dimiliki oleh sosok wanita, ruangan itu dipenuhi oleh perabotan elektronik yang cukup memenuhi semuanya. Ada kabel berserakan dimana mana, begitu pun kaleng kaleng yang cukup banyak."Ada apa ini kenapa ada pecahan gelas disini," ucap York.Entah dia pura pura bodoh, atau memang tak tahu. York pun segera mambantu Lisa yang sedang memunguti pecahan gelas gelas itu.Lixuan hanya melihat kedua orang itu yang sedang memunguti gelas, setelah beberapa saat kemudian padangannya teralihkan ke arah Sasa."Lixuan kau kah itu, aku tak percaya kau ada disini," dia dengan sisa sisa tenaganya melompat keaarah pelukan Lixuan, Lixuan yang mendapatkan serangan yang secara tiba tiba itu menghindar. Alhasil tubuh Sasa tersungkur dilantai yang ada disan, ya meskipun Sasa bukankah siapa siapa bagi Lixuan, na
York dan lainnya sudah sampai ditempat Long cai berada, Lixuan yang membawa satu piring berisikan nasi itu meletakkannya keatas meja yang ada disana, begitu pun cangkir berisikan air."Wau sepertinya anak ini benar benar dalam keadaan gawat," ucap York.Dia sudah selesai mengecek seluruh bagian tubuh milik Long cai, saat ini York merasa perihatin dengan keadaan anak itu. Dia dahulu pernah mengalami hal yang serupa, saat itu dia sedang berperang untuk menaklukkan sebuah negara, namun naasnya pertempuran yang dianggap hanya sebentar itu berlangsung sangat lama. York dan pasukannya yang kekurangan makanan itu pun mengalami penyakit yang mengerikan, hampir separuhnya meninggal. Itu adalah satu satunya pertempuran yang amat sulit bagi York. Namun dengan keberuntungan yang besar, York berhasil bertahan dari kematian. Padahal sebelumnya dia nyaris mengalami hal yang serupa seperti apa yang di alami oleh teman temannya."Kau benar paman, jika dia dibiarkan saja seperti ini mungkin nyawanya t