MasukKedua orang pemuda yang umurnya hampir sama itu berdiri dengan tegap. Seolah olah telah siap menyambut orang orang yang saat ini sedang berkelebat diantara pepohonan.Tidak berapa lama puluhan orang mengepung kedua orang itu. Ada yang tetap berdiri diatas pohon ada juga yang duduk di atas batu besar. Mereka tidak melakukan pergerakan seakan menunggu perintah selanjutnya.Bumm! Bumm!Dua orang tinggi besar melayang dari udara mendarat dengan keras dan membuat tanah bergetar."Sudra, tangan kanan Perampok Buta." Batin Dipa masih mengenali salah satu dari kedua orang tinggi besar itu."Sudra hanya dua ekor tikus ini kau sampai harus turun tangan, nampaknya anak buahmu terlalu berlebihan." Salah satu orang tinggi besar sambil tertawa meremehkan Dipa dan Kanaka.Kanaka menggereng mendengar omongan itu. Dipa masih tetap tenang namun mengamati setiap detil dari lawannya."Sebelumnya informari dari anak buahku tidak pernah salah Kala. Tapi bisa saja kali ini mereka berlebihan menilai kedua an
Kanaka yang dipenuhi amarah melesat ke arah desa Lebak Wangi setelah membaca tulisan yang ditulis oleh Gora."Hari ini adalah hari kematianmu Gora. Kau harus membayar semua ini dengan nyawamu." batin Kanaka.Tiba di desa Lebak Wangi. Kanaka segera mencari keberadaan Gora. Hingga dipertigaan jalan Kanaka berpapasan dengan Gora yang sedang ditemani dengan empat temannya dari kelompok Kuda Hitam.Pertarungan pun pecah tak seimbang ditambah lagi dengan Kanaka yang bertarung dengan penuh amarah sehingga kelima orang lawannya dengan mudah mempermainkannya. Akhirnya Gora dapat mengalahkan Kanaka dan senjata pusaka sarung tangan macan berhasil dia rebut dari tangan Kanaka. Membiarkan Kanaka dipinggir jalan dengan luka yang cukup parah.Kanaka menarik napas panjang setelah menceritakan semua kejadian kepada Dipa sebelum menemukannya tergeletak pingsan dijalan."Ternyata tujuan kita pada dasarnya sama Kanaka. Menghancurkan komplotan Kuda Hitam yang sudah sejak lama menjadi momok menakutkan di t
Dipa melangkah ke mulut goa. Melihat Mpu Baryana yang sedang tertidur lelap seperti tidak terganggu dengan kejadian didalam goa ketika Dipa mencabut Golok Naga Biru. Kedatangan Dipa membangunkan Mpu Baryana."Syukurlah kau sudah berhasil Dipa." Ucap Mpu Baryana."Aku berhasil kek. Walaupun dengan cara yang tidak mudah."Ucap Dipa."Kau tahu. Kau sudah menghabiskan waktu 14 hari aku sempat khawatir awalnya namun ketika aku melihatmu sudah tenang aku yakin kau sedang berkomunikasi dengan sosok yang ada dalam golok itu." Sambung Mpu Baryana."Kau tidak mungkin membawa golok besar itu kemana mana Dipa. Itu akan mendatangkan banyak perhatin banyak orang dan bahaya yang tidak perlu. Aku akan mengajarimu mantra untuk memasukan senjata pusaka ke dalam tubuhmu. Kau dapat memanggil Golok Naga Biru sesuai dengan kebutuhanmu. " Jelas Mpu Baryana."Terima kasih kek. Ilmu baru itu akan membantuku dalam perjalanan nanti." Ucap Dipa.Kemudian Mpu Baryana mengajari Dipa untuk membaca mantra agar Golok
Hari demi hari Dipa melewati dengan latihan dengan keras dibawah bimbingan Reksa. Peningkatan kekuatan fisik dan tenaga dalamnya luar biasa. Apalagi dalam latihan dengan menggunakan golok. Reksa sengaja memakai golok besar yang beratnya hampir 40 kati.Sengaja itu dilakukan agar setelah latihan ini selesai Dipa bisa berselaras dengan Golok Naga Biru.Tak terasa sudah 2 tahun Dipa berada di Gunung Burangrang ditempa agar ilmu kanuragannya semakin sempurna dan semakin bijaksana dalam mengarungi kehidupan di luar sana.Pagi itu terasa sedikit berbeda. Rasa dingin serasa lebih dalam menusuk kedalam tulang. Reksa duduk diatas batu besar meresap energi alam sekitar yang mengalir melalui tanah, batu dan pori pori tubuhnya.Sedangkan Dipa masih berdiri diatas ranting kecil diseberang tempat duduknya Reksa. Ini dia lakukan sejak tadi malam dan anehnya matanya terpejam dan terdengar dengkuran halus sebagai tanda kalau Dipa tertidur dalam posisi yang paling sulit dilakukan oleh para pendekar.Per
Dua hari kemudian Reksa dan Dipa sampai disalah satu sisi Gunung Burangrang. Disana ada sartu buah rumah sederhana namun bersih."Kau tidurlah di kamar yang biasa ditempati oleh Hanjaya, Dipa. Besok pagi kita akan mulai latihan kita."Ucap Reksa."Baik kek."Jawab Dipa. Dipa masuk ke dalam kamar yang tidak begitu besar, sederhana dan bersih untuk ditinggali. Berjalan ke arah ranjang kayu kemudian berbaring tidak berapa lama dia terlelap dalam tidurnya. Perjalanan dua hari ini cukup melelahkan hanya beberapa kali berhenti untuk mengambil minum setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali.Keesokan hari nya ketika matahari mulai memasuki celah celah jendela. Mereka berdua sudah berada di depan rumah ditemani air jahe hangat dan umbi yang direbus. Reksa menanam beberapa tanaman obat dibelakang rumah sederhana itu termasuk jahe yang bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh.Setelah selasai Reksa mengajak Dipa ke bagian dari Gunung Burangrang yang sedikit lapang.Dipa berdiri ditengah lapang.
Jurus demi jurus dengan tenaga dalam tingkat tinggi dimainkan. Namun pertarungan antara Reksa dan Perampok Buta masih berimbang. Sudra yang baru pertama kali melihat pimpinannya bertarung dengan sungguh sungguh pun merasa heran kalau yang menjadi lawannya masih bisa mengimbangi.Tanah dan pepohonan disekitarnya sudah porak poranda karena terkena pukulan atau tendangan yang diliputi oleh tenaga dalam tinggi.Dibalik batu besar seseorang berpakaian hitam dan memakai topeng naga hitam mengawasi pertarungan itu yang tidak lain adalah Dipa Anggara. Dia bertugas tetap mengawasi wilayah Lembah selatan itu agar memantau kekuatan dari komplotan Perampok Buta."Jurus yang dimainkan oleh orang yang bernama Reksa itu jelas jurus dari Perguruan Golok Khayangan tapi dia mengganti golok dengan tongkat bambu. Ada hubungan apa dia dengan perguruan? Apakah dia salah satu tetua diperguruan yang belum aku ketahui?" batin Dipa penuh dengan pertanyaan.Reksa dan Perampok Buta melompat mundur bersiap untuk







