Home / Pendekar / Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api) / 185.Iblis Darah vs Iblis Merah

Share

185.Iblis Darah vs Iblis Merah

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-04-09 10:17:45

Pedang di tangan Bima siap menebas kepala Catra si Iblis Mata Ungu.

Catra sudah tak berdaya setelah kedua lengan dan tubuhnya di potong. Dia merengek memohon ampun namun Bima sudah tidak menggubris ucapan Iblis itu.

Pedangnya dengan cepat berkelebat. Warna biru bagaikan kilat menyambar leher Catra.

Craaasss!

Kepala Catra terputus dari tubuhnya setelah Pedang Darah milik Bima menebas lehernya tanpa ampun. Seketika medan ilusi itu pun buyar dan hilang.

Bima masih berdiri sambil menatap Catra yang tengah duduk dan menatap matanya. Namun keadaan Catra sudah tak bergerak sedikit pun. Matanya melotot.

Bima tersenyum sinis. Dia pun duduk tak jauh dari Buntala si Iblis Tanduk Emas.

"Apa yang kau lakukan padanya? Bukankah kau melanggar aturan menyerang lawan di luar arena?" tanya Buntala si Iblis Tanduk Emas.

Bima tersenyum dingin.

"Siapa yang melanggar? Bukankah dia yang menyerangku? Salahkan sendiri jika dia terjebak oleh ilusi miliknya sendiri," sahut Bima.

"Jadi kau... Mematahkan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    186.Ombak Darah

    Tubuh Utusan Neraka terbungkus oleh darah yang tiba-tiba bergerak seolah hidup. Utusan Neraka tak bisa mengelak dari serangan cepat tersebut. "Celaka! Itu adalah Ombak Darah! Cih! Picik sekali Iblis Darah ini!?" umpat Raja Soka marah. "Suamiku, tenanglah, jangan merusak suasana ini. Aku sungguh menikmati setiap pertarungan para pendekar ini. Kau sangat kekanak-kanakan." kata Ratu Iblis Penggoda. Raja Soka menggeram menahan amarah. Dia masih berharap Utusan Neraka bisa melepaskan diri dari jeratan Ombak Darah milik Aruna. "Setahuku, tak ada yang bisa lepas jika sudah terjebak di ajian Ombak Darah milik Klan Iblis Darah. Meski berusaha sekuat apa pun, darah itu akan terus menempel dan membungkus tubuh targetnya hingga tubuh yang masuk ke dalam perangkap itu meleleh menjadi darah dan darah itu menjadi senjata bagi penggunaan ajian itu," terang Ratu Iblis Penggoda. Semua merasa ngeri mendengar hal itu. "Itu artinya, Darah yang Aruna miliki adalah darah makhluk yang menjadi korban me

    Last Updated : 2025-04-10
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    186.Buntala vs Lembu Ireng

    Dengan kemenangan Bima tanpa pertarungan di arena membuat pertarungan segera diganti ke sesi selanjutnya. Kali ini adalah pertarungan Buntala dari Klan Iblis Tanduk Emas melawan Lembut Ireng dari Klan Iblis Tanduk Hitam. Kedua telah berada di atas arena. Saling bertatap mata dengan hawa membunuh masing-masing. "Pertarungan dimulai!" teriak moderator dari atas merak raksasa yang dia tunggangi. Lembu Ireng yang merasa lebih kuat segera menyerang lebih dulu. Gerakannya cepat meski tubuhnya sedikit lebih besar. Buntala tak mau kalah. Dia bertekat memenangkan pertarungan ini dan melawan antara Bima atau Aruna. Dia tak peduli lagi dengan peringatan mendiang leluhurnya. Yang dia tahu saat ini, dia akan berjuang hingga akhir. Tinju Lembu Ireng bergerak cepat bertubi-tubi ke arah Buntala. Dengan gerakan lincah Buntala mampu menangkis semua serangan. Semua penonton disuguhi pertarungan jurus jarak dekat yang begitu memukau. Keduanya sama-sama imbang dari segi jurus dan kekuatan pukulan.

    Last Updated : 2025-04-11
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    188.Tombak Pelebur Nyawa

    "Tombak Pelebur Nyawa!" seru Buntala sambil mengangkat tangannya ke atas. Dari atas langit terlihat cahaya Emas dengan aura panas membara. Satu sinar Emas melesat jatuh ke bawah. Meluncur dengan deras dan menghantam arena hingga arena bergetar hebat. Bum!Mata Lembu Ireng menatap tajam. Sesuatu yang tidak dia senangi telah datang. "Tombak sialan itu... Salah satu pusaka langit legendarid," kata Iblis Darah, Aruna dengan mata terbelalak. Bima mendengarkan ucapan Iblis itu tanpa menyahut. "Tombak Pelebur Nyawa adalah senjata langit terkuat di Klan kami. Sama halnya dengan senjata pedang milikku ini," kata Balaraja, Iblis Tanduk Emas yang ada di dalam tubuh Bima. "Sekuat apa senjata itu Balaraja?" tanya Bima. "Kekuatan Tombak Pelebur Nyawa ini bisa mengguncang langit dan bumi, salah satu senjata langit yang legendaris. Aku tak menyangka Buntala akan mendapatkan senjata sakti ini. Itu berarti dia adalah calon Raja di Klan saat ini!" kata Balaraja dengan senyum mengenbang."Calon Ra

    Last Updated : 2025-04-11
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    189.Palu Pemakan Jiwa

    "Bodoh!" ucap Bima membuat Balaraja merasa heran. "Apa yang kau katakan anak muda!? Dia bisa lepas dari serangan bukankah itu baik?" tanya Balaraja. Namun belum Bima menjawab pertanyaan nya mata dia terbelalak melihat tubuh Buntala terlempar kembali ke udara dalam keadaan perisai yang hancur lebur. Saat Buntala lepas dari Semburan Batu Hitam, dia langsung menerjang ke arah Lembu Ireng. Tanpa dia sadari, Lembu Ireng sengaja menghentikan Semburan Batu Hitam setelah melihat perisai Emas milik Buntala yang sebagian telah rusak. Apa yang dikatakan Bima bahwa Buntala bodoh adalah pendekar Iblis Tanduk Emas itu terlalu berambisi menyerang tanpa melihat perisai miliknya. Sementara tinju milik Lembu Ireng telah siap dengan Tinju Batu Hitam yang terkenal kuat itu. Saat Buntala datang menyerang, dengan cepat Lembu Ireng merunduk dan menyarangkan serangan tinju miliknya kearah perut Buntala. Blaaarrrrr! Serangan bertenaga dalam tinggi itu menghempas kan tubuh Buntala ke udara. Perisai Em

    Last Updated : 2025-04-12
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    190.Serangan Terakhir

    Lembu Ireng menatap tajam ke arah Buntala. Dua mulut yang ada pada dua sisi palu terlihat menganga lebar siap untuk menelan apa saja yang di hantam olehnya. "Apakah kau sudah rela Buntala? Meski kau mati, namun kau sudah cukup berguna," kata Lembu Ireng. Buntala tersenyum kecut. "Baiklah, ayo kita coba," ucap Buntala lalu menghentakkan Tombak Pelebur Nyawa miliknya. Aura petir biru menyebar di arena tersebut. Namun tidak mempengaruhi Lembu Ireng sama sekali. Buntala melombat mengikuti kecepatan gelombang kekuatan petir miliknya. Lembu Ireng terkejut saat melihat Buntala yang sudah berada di belakangnya. Tombak Pelebur Nyawa melesat dengan sekali tusuk ke arah punggung. Blaaarrrrr! Ledakan keras terjadi saat palu Pemakan Jiwa tiba-tiba bergerak melindungi Lembu Ireng. Buntala segera melompat ke belakang saat dari mulut palu aneh itu muncul aura berwujud tentake gurita yang menyerang ke arahnya. "Apa-apaan palu ini!?" batin Buntala sambil menatap waspada. "Buntala! Apa kau ma

    Last Updated : 2025-04-12
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    191.Permohonan

    Bima menatap peta tersebut dengan seksama. "Apakah kau tahu maksud dari peta ini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Ini adalah peta keberadaan Bunga Mahkota Ratu yang lain," kata Bima. "Bunga Mahkota Ratu?" tanya Ratu penasaran. "Benar, itu adalah bunga yang mengandung inti es dari Iblis Es. Aku pernah mendapatkannya sekali, tidak kusangka, ada peta petunjuk yang memudahkan diriku untuk mencarinya," kata Bima dengan wajah berseri. "Apakah bunga itu semacam pecahan kekuatan milik Iblis Es yang ada di dalam tubuhmu?" tanya Ratu lagi. "Tepat sekali, bahkan Iblis Es sendiri bilang padaku, tidak tahu berada dimana pecahan-pecahan tersebut. Bagaimana Raja Soka bisa mempunyai peta ini, aku harus menanyakannya," kata Bima lalu segera beranjak dari tempat dia duduk. "Aku ikut!" seru Ratu Azalea. Mereka berdua pun pergi meninggalkan kamar menuju ke istana Ratu Iblis Penggoda. Raja Soka dengan senang hati menyambut kedatangan Bima dan Ratu Azalea. "Silahkan, aku sudah menununggumu

    Last Updated : 2025-04-13
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    192.Penentu

    "Apa yang kau lakukan Raja Soka!?" seru Bima sambil meminta Raja Soka kembali duduk seperti semula. "Jangan bersujud padaku, sungguh aku merasa tidak suka sama sekali!" kata Bima. Raja Soka menunduk. "Batu itu harus bisa kembali lagi ke klan kami, jika tidak, aku takut akan ada yang berbuat licik menjadikan kami para Iblis sebagai budak..." kata Raja Soka. "Aku akan telusuri peta ini saat aku pergi ke dunia manusia," kata Bima. Raja Soka tersenyum. "Aku sudah tahu identitas mu, makanya aku sengaja memberikan peta itu padamu." kata Raja Baka. Bima menoleh ke arah Raja Baka."Apakah tidak apa-apa?" tanya Bima. "Tidak masalah, Raja dan Ratu sudah aku kasih tagu siapa sebenarnya dirimu saudara. Mereka tidak akan membocorkan rahasia ini. Dan kau tetap bisa ikut pertarungan terakhir di turnamen," kata Raja Baka. Bima menatap ketiga Iblis itu silih berganti. "Baiklah," kata Bima lalu mengubah wujud iblisnya menjadi manusia kembali. Raja Soka dan Ratu Iblis Penggoda menatap takjub

    Last Updated : 2025-04-13
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    193.Penentu(2)

    Aruna menjulurkan lidahnya yang panjang. Gerak-geriknya terlihat aneh. Bima segera mencabut pedang miliknya. Pedang Darah itu bersinar merah oleh aura api milik Bima. Dengan gerakan kilat Bima melesat ke arah Aruna. Pedang menebas dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata. Aruna yang seorang pendekar ranah Tulang Dewa bukanlah pendekar lemah yang mudah di serang. Dengan kekuatan darah miliknya, dia menangkis serangan Bima menggunakan pedang yang terbuat dari darah. Namun, Aruna belum tahu, jika pedang Darah milik Bima bisa menyedot atau menghancurkan senjata roh apa pun. Hanya dengan sekali tebas pedang yang terbuat dari darah itu terpotong oleh pedang milik Bima. Pada satu kesempatan, kaki Bima berhasil menendang dada Aruna dengan keras hingga lelaki Iblis Darah itu terpental cukup jauh. Darah keluar dari mulut Aruna. "Uhuk...!" Bima tersenyum kecil. Aruna berteriak marah. Dari dalam mulutnya keluar darah yang sangat banyak. Itu adalah darah yang tercipta dari kumpulan roh d

    Last Updated : 2025-04-13

Latest chapter

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    270.Mengungkap Rahasia

    "Aku tahu apa yang ingin kalian tanyakan padaku," kata Bima setelah beberapa saat menatap dua tetua Perguruan Harimau Dewa. "Kamu bisa jelaskan secara ringkas saja. Siapa kamu dan wanita bernama Dewi Parwati itu, lalu, apa tujuan kalian," kata Aryo sambil terus menatap Bima. "Baiklah, sebenarnya Ki Cokro sudah tahu semuanya sejak awal. Dia menyimpan rahasia ini sebaik mungkin untuk menjaga nama Perguruan. Aku datang ke tempat kalian karena mempunyai tujuan," ucap Bima sambil menatap balik kearah Aryo. Ditatap mata pemuda itu membuat Aryo merasa tertekan. Dia bisa merasakan kekuatan yang sangat besar berada di hadapannya. Bagaikan benteng raksasa yang mendorong tubuhnya. "Kau... Kau pendekar Ranah Cakrawala... Apakah es ini adalah perbuatan mu?" tanya Aryo. "Iya, begitulah. Aku membunuh belasan Pendekar Ranah Tulang Dewa tahap puncak. Jika mereka tidak aku bunuh, bukankah kalian yang bisa saja menjadi korban?" ujar Bima sambil tersenyum kecil. Aryo dan Abinyana terpana. "Berarti,

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    269.Kekuatan Nyai Anjani

    Mendengar ledekan dari Bima membuat Nyai Anjani benar-benar marah. Ditambah Bima yang terlihat sangat meremehkan dirinya. Matanya bersinar hijau. Aura hijau pun keluar dari kedua tangannya. Lingxia yang sudah mulai kelelahan mulai khawatir. "Akan ku tunjukkan kekuatan Tulang Dewa milikku... Lihatlah baik-baik!" ucap Nyai Anjani lantang. Wanita itu berteriak keras seolah tengah kesakitan. Tubuhnya berguncang. Dari punggung nya terlihat aura hijau pekat yang keluar. Aura hijau itu perlahan membentuk sebuah makhluk. "Apa yang sedang dia lakukan?" batin Lingxia. Wujud makhluk yang tercipta dari aura hijau itu semakin jelas membentuk seekor Ular Kobra raksasa. "Lingxia, ular jadi-jadian ini sangat beracun. Jika kamu terkena racunnya, tubuhmu akan meleleh dan hancur dalam waktu singkat," ucap Ratu Azalea melalui telepati. Lingxia mendengus kesal. Dia tak mau kalah begitu saja dengan wanita itu. Dengan gerakan dia mulai merapal mantra kekuatan. "Aku akan hadapi dengan Jurus Terlarang

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    268.Ledakan Es

    Nyai Anjani tak punya pilihan lagi selain mencoba untuk menyerang Lingxia. Karena gadis itu yang paling dekat dengannya. Ratu Azalea tak bertindak sedikit pun. Dia yakin Lingxia bukan gadis lemah. Apalagi dia sudah tahu jika Lingxia akan menjadi istri Qinglong, anak angkatnya. "Ingin menjadi istri dari anak angkat ku, harus di uji lebih dulu, apakah mampu menjadi istri yang bisa melindungi dirinya sendiri." batin Ratu Azalea. Nyai Anjani melesat kearah Lingxia yang telah siap dengan jurus andalannya. Yaitu Sembilan Jurus Naga. "Aku tak akan tanggung-tanggung lagi, Sembilan Jurus Naga kekuatan Dewa," batin Lingxia. Sementara itu Bima yang baru saja mengeluarkan Ledakan Es miliknya berdiri di tengah es. Semuanya membeku. Bahkan musuh-musuh nya yang sudah bersiap untuk menyerangnya semuanya membeku menjadi patung es. "Hanya sepertiga kekuatan ku mereka semua sudah tewas. Sungguh tidak menyenangkan..." batin Bima. "Dua belas Ranah Tulang Dewa Tahap Akhir mati satu kali serangan, sun

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    267.Rencana Kotor

    Dari arah selatan terdengar teriakan minta tolong. Semua orang yang tengah asyik makan malam terkejut dan segera berdiri. Ratu Azalea melirik ke arah Nyai Anjani yang masih tetap duduk dengan tenang. Ratu mulai waspada jika wanita tersebut akan menyerang dari belakang. Bima pergi ke belakang kereta. Nyai Anjani melihat hal itu. "Jika kau pergi begitu saja, apakah kau pikir kau akan baik-baik saja? Di sana banyak musuh yang sedang berdatangan ke tempat ini," kata Nyai Anjani. Bima menoleh lalu nyengir. "Aku hanya buang air kecil, apakah aku harus kencing di depan mu agar aman?" tanya Bima membuat wajah Nyai Anjani memerah. Ratu Azalea menahan tawanya melihat kekonyolan suaminya. "Semua, waspada! Aku yakin teriakan itu adalah murid Perguruan Banteng Api yang berhasil selamat!" ucap Aryo mulai tegang. "Tetap di dekat api unggun! Jangan berpencar!" perintah Abinyana. Delapan murid Perguruan Harimau Perak mulai cemas. Mereka hanyalah pendekar Ranah Keabadian. Jika terjadi serangan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    266.Sumpah Setia

    Tangan Darah memejamkan matanya saat dua Pedang Es itu melesat ke arahnya. Trang! Rantai Penangkap Iblis itu putus sehingga Tangan Darah berhasil lepas. "Kembali ke dalam sabuk, kamu harus segera mendapat perawatan. Wulan akan membantumu di sana," kata Bima. Tangan Darah mengangguk. Tubuhnya pun menyusut menjadi asap dan masuk ke dalam sabuk penyimpanan milik Bima. "Jiwa enam pendekar ini masih berada di sini," kata Bima. "Bukankah itu lumayan? Tangan Darah hanya berhasil menyerap sedikit saja. Karena terkena Rantai Penangkap Iblis dia tidak bisa menyedot semua jiwa ini. Cepat kau serap ke dalam pedang," kata Iblis Es. Dengan Pedang Darah, Bima menyerap semua roh yang ada di sekitar tempat itu. Bibirnya tersenyum lalu meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu Kalabunta tengah bertarung melawan sepuluh pendekar Ranah Tulang Dewa tahap awal di hutan belahan kanan jalan. Dia bersama para pengikutnya terdesak karena hanya dia yang berada di ranah yang sama. Namun Kalabunta tid

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    265.Pemberontakan

    Enam Pendekar Ranah Tulang Dewa tahap akhir terkejut saat Tangan Darah tiba-tiba datang dan menyerang mereka dengan ganasnya. Tak tanggung-tanggung, Tangan Darah langsung mengeluarkan Ajian Tulang Jiwa Pembunuh! Para pendekar yang mendapat serangan mendadak itu terkejut saat melihat wujud Tangan Darah yang mengerikan. "Apakah dia manusia!?" seru salah satu dari enam pendekar tersebut. "Tak usah pedulikan itu, yang perlu kita waspadai, makhluk ini sudah berada di ranah Cakrawala tahap Tengah! Kita harus bekerjasama dan memperhitungkan langkah!" teriak yang lainnya. Tangan Darah menyeringai dengan lidah menjulur. Tampang membunuh dan aura membunuhnya memang luar biasa menyeramkan. Enam pendekar tersebut sempat bergidik ngeri melihat sorot mata merah Tangan Darah. "Kepung dia! Jangan biarkan dia mendapat celah untuk kabur!" Ke-enam pendekar itu membentuk formasi lingkaran. Lalu dari tangan meraka keluar rantai merah membara yang secara bersamaan menyerang ke arah Tangan Darah. Se

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    264.Hutan Jati

    Kereta itu berjalan melewati hutan dan lembah. Aryo dan Abinyana yang berada di atas kuda berjalan paling depan menatap sekeliling hutan jati yang kini tengah mereka lalui. Gerbang Hitam dan Gerbang Biru berjalan paling belakang, tepat di belakang kereta yang membawa Bima, Ratu Azalea dan Putri Lingxia. Sedangkan kereta pertama di isi oleh Nyai Anjani. Delapan murid perguruan berkuda di barisan belakang. Di dalam kereta, Bima dan dua wanita itu saling berbicara. Putri Lingxia tak percaya melihat Bima yang sudah naik ke Ranah Cakrawala. Itu artinya dia sudah bukan lagi lawannya. Bahkan dua Gerbang Penjaga pun sekarang bisa jadi tak akan mampu menahan Bima. "Bagaimana caramu bisa naik begitu cepat? Setahuku belum lama ini kamu masih berada di ranah yang sama denganku, dan berada satu tingkat dari dua paman penjaga," kata Putri Lingxia. Bima tersenyum. "Aku berlatih keras. Hanya dengan latihan keras dan tanpa ampun akan membuatmu melewati batasan. Istriku juga sudah kembali ke keku

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    263.Berangkat

    Setelah urusan di Lembah Kupu-kupu selesai Bima dan Ratu Azalea kembali ke Perguruan Harimau Perak. Nyai Anjini bertanya-tanya kepada Ratu Azalea dan Bima yang tiba-tiba menghilang. Bima menjelaskan jika dia dan Ratu berlatih di tempat yang bagus untuk meningkatkan kekuatan. Putri Lingxia menggoda Bima yang tiba-tiba pergi lagi setelah pulang beberapa hari yang lalu. "Apakah benar cuma berlatih?" goda gadis itu. Bima tersenyum. "Apakah kamu ingin mencobanya juga?" balas Bima tak mau kalah. Merah wajah Putri Lingxia mendengar Bima membalas ucapan nya. Dua Gerbang tersenyum penuh arti. Ki Cokro dan guru Aryo datang lalu mengajak semua yang sedang berkumpul itu masuk ke dalam aula pertemuan. "Besok kita berangkat menuju Ibukota. Jarak tempat kita ke Ibukota butuh perjalanan selama dua hari, kalian persiapkan diri, dan ingat... Perjalanan ini berbahaya seperti sebelum-sebelumnya. Karena turnamen ini adalah ajang besar yang mengangkat Perguruan, maka akan ada Perguruan yang menjaga

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    262.Ranah Alam Cakrawala

    Ratu Azalea mengamati tongkat hijau milik Ayu Wulan Paradista. "Aku ingat! Aura tongkat ini sama persis dengan tombak yang kau gunakan saat menolongku di Kerajaan Peri," kata Ratu. Bima tersenyum. "Benar, itu adalah tongkat penyembuh. Nona Wulan tidak begitu ahli dalam pertarungan, namun soal penyembuhan, dia adalah Ratunya, nyawaku selamat berkat dirinya," kata Bima. Wulan tersenyum mendengar pujian dari Bima. Dia merasa senang karena Bima memujinya di depan istrinya sendiri. "Setelah ini kita kembali ke Perguruan Harimau Perak. Beberapa hari lagi kita harus berangkat ke Ibukota Kerajaan," kata Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Kurasa kekuatan kita untuk menghancurkan lawan sudah meningkat," sahut Bima. "Tapi... Aku dengar dari Nyai Anjani, bahwa di Kerajaan Negara Angin Timur, ada beberapa pendekar kuat yang sudah mencapai tingkat Cakrawala. Aku hanya selangkah lagi menuju Ranah Batara. Mungkin aku hanya bisa menahan beberapa pendekar Ranah Cakrawala, sisanya kuserahkan padamu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status