Bangsawan bertubuh tambun itu naik di atas kereta kuda. Dua pengawalnya menaiki kuda dan berjalan di belakang kereta. Sang kusir pun melecut kudanya dan kereta pun bergerak melaju. Dari kejauhan Bima melihat kereta mewah itu pergi meninggalkan rumah pelelangan. Namun ada yang menarik perhatian Bimasena, yaitu segerombolan orang yang mengikuti dari belakang. Bima ingat, Bangsawan itu membawa banyak uang dan kitab Keabadian. Arimbi pun melihat hal tersebut. Dia tidak berkata apa pun. Dia ingin tahu apakah Bima punya rasa peduli pada orang lain. Tentunya Bangsawan gemuk itu sudah menanam budi pada Bima. "Arimbi, aku akan mengikuti mereka, kamu bisa kembali dulu ke penginapan," ucap Bima. "Tidak! Aku akan ikut denganmu!" ucap gadis itu. Bima menyerahkan pedang suci Shang Widi kepada Arimbi. "Mungkin kau butuh, kau bisa gunakan itu," ucap Bima. Tanpa banyak kata lagi meraka pun beranjak dari tempat itu. Dengan ilmu lari cepat yang mereka miliki mereka segera menyusul Bangsawan yang
Bum!Ledakan dahsyat terjadi saat cahaya hitam itu menghantam pohon jati yang ada di pinggir jalan. Asap hitam mengebul dari bekas ledakan tersebut. Bima menoleh ke arah seseorang yang berdiri berkacak pinggang tak jauh darinya. Pendekar yang selamat dari kematian langsung menghampiri orang itu dan membungkuk hormat. "Guru..." ucapnya. "Ada masalah apa kau dan dia sampai terjadi pertarungan gila seperti ini?" tanya orang tua yang baru saja datang. "Muridmu hendak merampok orang di tengah jalan, jadi pantas untuk mereka mendapat hukuman," sahut Bima. "Heh, aku tidak berbicara denganmu? Aku sedang berkata dengan muridku!" hardik orang tua itu. Bima tersenyum sinis. "Orang tua membosankan," ucap Bima membuat orang yang baru datang itu marah. "Dimana kawan-kawanmu!" bentak orang tua itu. "Mereka... tewas guru..." ucap pendekar itu dengan wajah ketakutan. "Apa!? Ber
Jaya Dipa, seorang guru di Perguruan Ular Hitam tewas di tangan Bimasena. Setelah membunuh Jaya Dipa, Bima segera mendatangi Arimbi yang tergeletak di dekat kereta kuda. "Hei! Keluarlah!" teriak Bima. Banu segera mengintip. Setelah di rasa aman, dia pun keluar dari kereta. "Kita masukkan dua orang ini ke dalam kereta," kata Bima lagi. Arimbi dan Suli di masukkan ke dalam kereta kuda. Banu menjaga mereka di dalam kereta. Bima segera melecut kuda itu agar segera berjalan. Bima membawa kereta menjauh dari Perguruan Ular Hitam. Dengan keadaan Arimbi yang sedang tak sadarkan diri Bima tak mau menantang bahaya. Kereta itu berhenti di dekat sebuah gubuk kecil. Bima menyembunyikan kereta itu masuk ke dalam pepohonan. Dua tubuh yang sedang terluka itu dia bawa masuk ke dalam gubuk. Bima menemukan gubuk ini saat perjalanan menuju ke Perguruan Ular Hitam. Arimbi dan Suli dibaringkan di atas lantai kayu yang cukup lapuk. Suaranya berderit. "Kamu keluar dulu, aku akan mengobati mereka berd
Keesokan harinya Bima membuka pintu gubuk kecil reyot itu lalu keluar. Langkahnya berjalan menuju ke arah pepohonan di belakang gubuk. Dia melihat kereta kuda yang masih berada di sana tak kurang suatu apa. Arimbi pun keluar setelah memakai pakaiannya. Kini kulitnya sudah kembali ke sedia kala. "Kakang..." panggil gadis itu sambil menenteng pedang suci Shang Widi. Bima berhenti dan menunggu gadis itu berada di dekatnya. "Ada apa?" tanyanya datar. Arimbi menatap wajah Bima dengan wajah malu-malu. "Terimakasih untuk pertolongan mu semalam..." ucap gadis itu. Bima tersenyum kecil lalu kembali melangkah sambil melambai. "Tak usah kau pikirkan," ucapnya. Arimbi mengikuti langkah Bima yang menuju ke kereta kuda. "Hei, apakah kau masih tidur?" seru Bima di dekat kereta. Dari dalam terdengar suara pintu dibuka. Lalu muncullah wajah Banu Wijaya. Bima terkejut melihat sosok yang ada di depannya. "Kau... kau bangsawan tambun yang kemarin kan?" tanya Bima. Sosok itu tersenyum. Dia ad
Kabar kematian Jaya Dipa dan enam murid nya menjadi buah bibir di Perguruan Ular Hitam. Mereka penasaran, siapa yang membunuh secara keji tujuh tersebut. Menyikapi kejadian yang menggemparkan itu, para sesepuh dari Perguruan itu mengadakan rapat dadakan. Mereka tak ingin ada kejadian serupa di Perguruan mereka. Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata ada tiga orang murid yang masih berada di ranah Tubuh Besi melapor. Mereka mengaku telah menyewa kakak seperguruan mereka dengan membayar seribu tail emas untuk merampok seorang Bangsawan. "Jadi kalian yang menyuruh mereka merampok bangsawan dari Kota itu!? Kalian gila apa!? Jika kabar ini sampai ke para penguasa di Negara Angin, desa kita bisa di ratakan! Bodoh!" ucap salah satu sesepuh bernama Ki Kalam. "Kami... kami tidak tahu akan jadi seperti ini Ki... kami kira dua pengawal Bangsawan itu tidak begitu Sakti," ucap si murid. "Aku juga menemukan mayat dari pengawal Bangsawan tersebut. Kemungkinan besar dia yang membantai Jaya Dip
Menjelang malam pemilik penginapan itu membawakan makan malam untuk empat orang tersebut. Karena Banu sudah membayar mahal, maka pelayanannya pun sedikit istimewa. Malam itu mereka makan dengan lauk kambing guling. Pemilik penginapan menyiapkan kambing guling itu seharian lamanya. "Dagingnya sangat empuk dan nikmat," puji Banu sambil mengunyah makanannya. Tak ada yang menyahut karena semua asyik dengan makanannya sendiri. Saat mereka tengah asyik makan, tiba-tiba terdengar keramaian di luar sana. Bima menghentikan makannya. Dia segera meraih pedangnya. "Mereka sudah menemukan kita, bersiap terjadinya serangan," ucap Bima. Arimbi segera menyambar pedang suci. Dia mengikuti langkah Bima. Banu malah tetap asyik makan. Suli menggelengkan kepalanya melihat tuannya malah asyik dengan sendirinya. "Tuan, musuh sudah menemukan kita, ini waktu yang tepat untuk melatih kekuatan baru anda," ucap Suli. Seketika Banu tersentak. Dia jadi ingat dengan kekuatan barunya. "Benar Paman, aku haru
Manik mengangkat tangan kanannya. Dari telapak tangannya keluar dengan perlahan satu pedang berwarna merah membara. Bima menatap dengan rasa penasaran. "Jadi pendekar di ranah Keabadian bisa mengeluarkan senjata dari tubuhnya?" batin Bima."Kau tahu, ini adalah senjata roh, hanya mereka yang sudah berada di ranah ini yang bisa membuat senjata roh mereka sendiri, kau tahu, seberapa besar jarak kekuatan di antara kita?" ucap Manik dengan senyuman sinisnya. Bima menggenggam erat pedangnya. Dia tak peduli dengan senjata roh atau apa pun itu. Saat ini dia juga mempunyai senjata sakti milik gurunya. Bima melesat dengan cepat. Saat bergerak dia mengumpulkan kekuatan pada pedang di tangan kanannya. Aura dingin merebak dengan cepat menekan semua orang yang ada di sana. "Bodoh!" ucap Manik lalu melemparkan senjata nya yang berupa tombak berwarna merah. Tombak merah itu menerjang dengan cepat. Bima langsung menangkis menggunakan p
"Aaaaaarrrrghhh"Manik berteriak keras karena pedang Darah milik Bima menembus lengannya. Rasa sakitnya luar biasa. Darah segar pun meleleh dari luka nya tersebut. Bima dengan susah payah bangkit berdiri. Lehernya terasa panas dan sakit. Dengan cepat dia alirkan tenaga dalam inti es miliknya untuk meredakan rasa panas yang menyiksa di lehernya. "Tadi itu sangat berbahaya... Untung ada Banu yang mengeluarkan hawa Iblis miliknya, sepertinya dia tengah mengamuk,"Bima mengarahkan tangannya ke arah pedang yang masih menancap di lengan Manik. Dengan cepat dia mencabut nya menggunakan jurus bayangan. Manik mengerang kesakitan. Seumur hidup baru sekali itu dia terluka parah. "Pemuda keparat...! Aku bersumpah akan mengorek jantungmu dan memakan nya mentah-mentah!" teriak Manik lalu di kejap berikutnya tubuhnya telah melesat cepat ke arah Bima. Senjata jiwa bermunculan dari sekujur tubuhnya. Bima tak peduli lagi dengan
Bima sedikit terkejut mendengar kata-kata terkahir Iblis Es sebelum tertidur. "Guru dari Nyai Wingit?" batin Bima sambil menatap Nyai Wingit yang tergeletak di atas tanah.Dia mendekati wanita tersebut. Ternyata wanita tersebut masih hidup. Bima segera pasang kuda-kuda sambil menatap tajam ke arah wanita tersebut.Nyai Wingit terlihat kepayahan saat berdiri. Matanya menatap tajam kearah Bima."Bedebah...Bisa-bisanya aku kalah darimu..." umpat Nyai Wingit.Bima tersenyum lebar. Dia ingat tujuan utamanya adalah menangkap wanita itu mengekstraknya menjadi pil."Kau sudah tak bisa berbuat apa-apa bukan?" tanya Bima lalu bersiap mengambil ancang--ancang."Mau apa kau!?" teriak Nyai Wingit dengan wajah panik.Saat ini dia tak mempunyai kekuatan sedikit pun untuk melawan. Sedangkan Bima masih segar bugar."Menangkap mu," kata Bima dengan wajah terlihat sangat bahagia. Hal itu karena mata Bima melihat inti jiwa dari Nyai Wingit terlihat jelas. Hal itu dikarenakan kekuatan Nyai Wingit telah
"Cepat! sebelum terlambat!" ucap Ratu Azalea keras.Gerbang Hitam dan Gerbang Biru segera mengikuti Ratu Azalea keluar dari penginapan. Ternyata di luar keadaan sudah sangat kacau. Semua orang berlarian dengan wajah ketakutan. "Apa yang terjadi Ratu!?" tanya Gerbang Hitam.Dia melihat dari atas langit sebelah barat dan terlihat ribuan pedang es raksasa sedang melayang turun ke bumi. "Itu...bukankah itu kekuatan Pendekar Bima!?" tanya Gerbang Biru.Ratu Azalea tak menyahut. Dia mengeluarkan tombak emas miliknya."Jika aku tak bisa menahan ledakan kekuatan dari dua tenaga dalam itu, maka kita semua akan mati..." kata Ratu dengan wajah serius.Gerbang Hitam dan Gerbang Biru paham dengan keadaan saat ini. Mereka segera duduk bersila disebelah kanan dan kiri Ratu Azalea."Kami akan membantu. Tenang saja Ratu, kekuatan kami berdua bisa membentuk perisai yang bisa menahan serangan Dewa sekali pun!" kata Gerbang Hitam."Tak perlu banyak kata,cepat keluarkan perisai kalian! Dua kekuatan itu
Bima menatap Nyai Wingit yang terlihat baik-baik saja setelah bentrok kekuatan. Iblis Es yang menyadari sesuatu langsung tanggap dengan keadaan Nyai Wingit. Dia menduga di dalam tubuh Nyai Wingit ada sesuatu yang lain, yang melindungi tubuh asli Nyai Wingit.Mata Nyai Wingit bersinar terang. Bibirnya kembali menyeringai."Manusia, di dalam hatimu ada iblis jahat yang yang terpendam, jika kamu tidak segera menjauh darinya maka kamu akan ikut dia ke dalam neraka!" kata Nyai Wingit. Bima terkejut dengan suara Nyai Wingit yang seperti suara seorang pria."Apa urusanmu peduli pada diriku! Siapa kau!?" tanya Bima balik.Nyai Wingit tertawa terbahak-bahak. Suaranya memang suara seorang pria. Besar dan berat."Kau tanya siapa akku!? Apakah kau siap mendengarnya?" Bima menatap tajam. Iblis Es mengepalkan tinjunya. Dia bisa merasakan aura yang tidak asing dari sosok yang ada di dalam tubuh Nyai Wingit.."Tak perlu banyak berlagak, katakan siapa kau!?" tanya Bima dengan nada keras. Nyai Wingit
Blaaaarrrr!!!Ledakan dahsyat dengan hawa dingin yang luar biasa merebak. Nyai Wingit yang berada di udara tak bisa menghindar dari serangan tersebut. Tubuhnya langsung membeku setelah terkena serangan Ledakan Es.Namun Bimma merasakan Nyai Wingit masih hidup dan mampu bertahan dari serangan miliknya tersebut."Pantas saja Iblis Bayangan kalah darinya...Rupanya dia kuat dan sangat berbahaya...!" batin Bima.Dia segera memanfaatkan waktu tersebut untuk menolong Iblis Bayangan. Dengan satu lompatan,Bima telah berada di dekat Iblis Bayangan yang terkapar di bawah pohon. Untung saja Bima meredam kekuatannya sehingga Iblis Bayangan tidak terkena dampak dari serangan Ledakan Es miliknya."Hei, apakah kau masih hidup?" tanya Bima sambil mengguncang tubuh Iblis Bayangan. Mata Iblis tersebut terbuka. Dia menyeringai lebar. Bima sedikit merinding melihat luka pada tubuh Iblis Bayangan."Bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" tanya Bima."Dia sangat kuat...jurus ilusi milikku tidak berguna mel
Bima telah selesai mengekstrak tubuh Ki Sutan menjadi sebuah pil berwarna biru pucat. Aura dari pil tersebut cukup menyengat. Dia segera menyimpan pil tersebut ke dalam cincin nya dimana cincin itu tersimpan empat senjata dewa miliknya.Di saat yang sama Subali datang dengan membawa tubuh Ki Romo. Bima tersenyum summringah seperti melihat ikan segar. Iblis Es di dalam tubuh nya saling berpandangan dengan Iblis Tanduk Emas."Bima menjadi manusia yang lebih kejam dari kita para iblis..." kata Iblis Es."Dia mempunyai bakat alami seorang iblis, kita yang iblis malah masih berada dibawah manusia," sahut Iblis Tanduk Emas."Iblis bukanlah yang bertindak.Kita hannya menghasut mereka,namun manusia melakukan nya di luar perkiraan kita...""Kalau sudah seperti itu manusia melempar kesalahan mereka kepada kita para iblis," timpal Iblis Tanduk Emas.Dua Iblis itu tertawa. Bima hanya geleng-geleng kepala seolah hanya mendengar dua orang tua yang sedang berbincang di sore hari."Kamu boleh kembal
Tangan Darah mencoba bangkit berdiri. Meski dengan gontai dia berhasil berdiri kembali. Sekujur tubuhnya melepuh terkena serangan Petir Semesta milik Ki Romo.Sedangkan Ki Romo tak lebih baik dari Tangan Darah, setelah terpental keras tubuhnya malah justru melesat ke arah perisai emas milik Ratu Azalea.Saat tubuhnya menghantam perisai emas milik Ratu Azalea, Ki Romo merasa tubuhnya remuk dan terbakar.Beberapa saat lamanya dia tak bisa bangkit berdiri kerena tubuhnya tak bisa dia gerakan.Tangan Darah berjalan kearah Ki Romo dengan langkah perlahan. Wujudnya yang terlihat hancur menambah keangkeran sosok pengikut Bima tersebut."Harus dibunuh...harus dibunuh..." gumam Tangan darah.Ki Romo mencoba mengangkat tubuhnya. Namun tidak bisa. Kakinya telah patah setelah menghantam perisai emas milik Ratu Azalea."Bagaimana bisa disini terpasang sebuah perisai yang sangat kuat...?bahkan lukaku justru aku dapat karena menghantam perisai aneh ini...!" batin Ki Romo masih mencoba untuk bangkit
Tangan Darah terpental setelah menangkis serangan beruntun dari Ki Romo,salah satu dari Tiga Setan Emas.Ki Romo yang dibantu oleh enam pengikutnya berhasil sedikit mendesak Tangan Darah."Siapa makhluk menyeramkan ini? kalau melihat serangan yang dia lancarkan aku tidak merasa asing. Pukulan itu seperti milik seorang pemburu Harta Karun yang pernah ramai dibicarakan oleh Yang Mulia. Dia adalah Datuk Manggala! Orang yang pernah mengalahkan Ketua Pemburu Senyap, Panglima Kerajaan!" batin Ki Romo dengan wajah berubah sedikit pucat.Kejadian Datuk Manggala mengalahkan panglima Kerajaan adalah sebuah cerita lama. Sebelum para pendekar kerajaan berkembang pesat seperti sekarang.Datuk Manggala pernah di ajak oleh kerajaan untuk bekerjasama dalam mencari sebuah harta karun yang konon bisa membawa mereka keluar dari pulau kutukan tersebut.Namun seperti yang di duga,Datuk Manggala tidak mau bergabung dan memilih untuk mencarinya sendiri.Panglima kerajaan mengancam akan mengurung Datuk Mangg
Wujud Bima saat ini telah berubah menjadi wujud Balaraja. Sosok iblis dengan tanduk berwarna emas.Ki Sutan yang melihat perubahan wujud Bima terkejut. Dia tak pernah menduga jika lawannya dari tadi adalah manusia setengah iblis.''Jadi kau manusia setengah iblis? Tak disangka sama sekali ada manusia selain tuan Anggoro yang juga mempunyai kekuatan ibis,huh! tapi kau berbeda dengannya. Aku tak takut sama sekali pada iblis sepertimu!" umpat Ki Sutan.Bima tersenyum sinis. Matanya menatap tajam ke arah Ki Sutan."Aku tak peduli dengan ocehan mu itu! ayo kita lanjutkan lagi pertarungan kita!" teriak Bima lalu menancapkan Pedang Darah ke tanah. 'Jurus Bayangan Ganda!" seru Bima dalam hati.Pedang Darah miliknya bersinar emas.Dari dalam pedang itu muncul dua sosok yang menyerupai Bima. Keduanya langsung menyerang dengan cepat ke arah Ki Sutan. Terkejut dengan serangan dua bayangan yang menyerupai Bima tak membuat Ki Sutan lengah. Dengan jurus Tinju Semesta, Ki Sutan menyongsong serangan
Bima bangkit berdiri. Dia merasakan dadanya sesak setelah terpental jauh karena ledakan Tinju Semesta milik Ki Sutan. "Kekuatan yang sangat dahsyat, apakah ini kekuatan khusus miliknya?" batin Bima sambil menatap ke depan. Ki Sutan berjalan dengan seringai di bibirnya. Tubuhnya terlihat lebih besar dari saat pertama Bima melihatnya. "Bisa bertahan dari serangan Tinju Semesta milikku, aku akui, kau satu-satunya pendekar kelas atas yang bisa melakukannya," kata Ki Sutan memuji. Bima tak menyahut. Dia berusaha mengembalikan jalan napasnya yang sempat sesak. "Tapi, kau hanya beruntung karena tinju ku ini tidak mengenai wajahmu secara langsung... Jika tinjuku berhasil mengenai wajahmu, mungkin kepalamu sudah hilang..." Ucap Ki Sutan lagi. Bima menyeringai. "Jangan banyak membual, coba saja kau buktikan, apakah benar tinju mu itu sesakit yang kau katakan?" tantang Bima. Ki Sutan menggeram marah. Dia melebarkan kedua kakinya lalu mengeluarkan kekuatan sejati miliknya hingga tanah ber