"Hei! Apa kau tak mau lanjut terung denganku?" tanya Bima sambil melempar krikil ke arah Iblis raksasa yang duduk termenung. Iblis raksasa itu menoleh. Dia ambil batu besar lalu balas melempar ke arah Bima. Pemuda itu sontak saja melompat untuk menghindar. "Sialan! Aku melemparmu menggunakan krikil! Kenapa kau balas dengan batu sebesar itu!?" teriak Bima. Iblis itu terdiam sambil menatap Bima. Sejurus kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Bima tak mengerti kenapa Iblis sebesar itu bisa tertawa. "Manusia setengah Iblis bodoh! Bagiku batu besar itu adalah krikil!" ucap raksasa Iblis itu. Bima merasa ada yang aneh dengan makhluk besar itu. Dia segera melompat mendekat. "Apakah kau sekarang tidak mengajak bertarung lagi?" tanya Bima. "Kenapa aku harus menyerangmu? Kau juga bangsa Iblis meski hanya separuh tubuhmu, oh iya, aku berterimakasih padamu, kau telah menyelamatkan diriku dari kutukan sialan ini!" kata Iblis itu. "Kutukan? Apa maksudmu?" tanya Bima. "Aku adalah pendekar dar
Semua mata mengarah pada pepohonan yang tersibak. Suara langkah kaki berat masih terdengar. Duk! Duk! Duk! Hingga akhirnya muncul Iblis raksasa itu dari rimbunnya pepohonan pinus. Semua yang ada di situ bersikap waspada dan siap-siap jika terjadi serangan. Kepala Dharmawangsa mendekat ke arah mereka dan menatap sosok Dharmasraya. "Hai, Dharmasraya... Masih ingat pada kakakmu ini?" tanya Dharmawangsa. Terkejut semua yang mendengar Iblis itu menyebut nama Dharmasraya. Terlebih lagi Dharmasraya yang sangat kaget. Mereka berdua saling bertatap mata. "Kau... apakah kau kakakku? Dharmawangsa?" tanya Dharmasraya dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Raksasa Iblis itu mengangguk. Bima melompat dari atas bahu raksasa tersebut dan mendarat di sebelah Arimbi. Gadis itu langsung memeluknya tak peduli lagi dengan makhluk lain yang melihatnya. "Ini... bagaiamana bisa terjadi!? Dharmawangsa yang sudah hilang puluhan tahun silam ternyata masih hidup!" ucap Raja Baka terheran-heran. Ad
Makhluk dengan muka hancur itu melayang mendekati tumpukan mayat siluman yang dibantai oleh Bima dan Arimbi. Wajahnya terlihat sangat marah dan kesal. Matanya yang tak mempuyai kelopak mata melotot ke arah mereka berdua membuat bulu kuduk berdiri. Tanpa suara tubuh makhluk itu perlahan menyusut menjadi kabut tipis. "Arimbi, hati-hati,ini adalah ilusi... ternyata sejak awal kita telah memasuki medan ilusi yang dia ciptakan..." kata Bima. Namun Arimbi tak menjawab. Ketika Bima menoleh, dia tak melihat Arimbi yang tadi ada di sampingnya. Bima menoleh ke berbagai arah dengan tatapan nanar. "Hikhikhik," tiba-tiba terdengar tawa cekikikan dari arah belakang Bima. Namun saat Bima menoleh, tak ada siapa pun di sana. "Iblis Es...! Iblis Es!" panggil Bima dalam hati. Namun tak ada jawaban dari Iblis yang ada di dalam tubuh Bima. "Seorang manusia berani sekali masuk ke dalam sarangku... hikhikhik, apakah kau tak tahu kisah tentangku? Aku adalah siluman yang mempunyai kekuatan penakluk Ibl
Palu besar itu melesat ke arah Bima. Dengan cepat Bima segera berkelit ke kiri. Namun dari arah depan telah menyambut satu gelombang beraura hitam dari telapak tangan Iblis Tanduk Hitam. Tak bisa menghindar lagi, Bima segera kerahkan tenaga dalamnya. Cahaya biru keluar dari tangannya membentuk sebuah bola. Dengan cepat Bima melempar Ajian Bola Iblis miliknya itu ke arah gelombang hitam. Wooossshhh! Gelombang hitam itu terbelah oleh serangan Bima. Aura gelapnya terserap masuk kedalam ajian Bola Iblis. Bola itu pun terus melesat ke arah Iblis Tanduk Hitam. Karena kaki kirinya telah putus, makhluk itu pun tak bisa menghindari nya. Dia akhirnya menggunakan tangan untuk menangkis. Blaaaarrr! Tubuh besar itu terpental ke udara dalam keadaan tangan hancur kanan hancur. Bima menarik napas lega. Matanya menatap ke arah depan. Iblis Tanduk Hitam itu tak bisa bangkit lagi. Tubuhnya membiru dan membeku. Meski tak tewas, dia terlihat kesakitan. Bima melompat ke arah Iblis tersebut. "Aku a
Melihat dua Iblis Tanduk Emas itu menyerang dengan ganas ke arahnya, Bimasena seketika teringat pada buah Iblis yang dia bawa. Dengan cepat dia mengambil buah itu lalu memakannya. Dalam keadaan kesakitan karena penyembuhan secara paksa, Bima meraih pedangnya lalu dengan cepat menangkis serangan pedang Iblis yang pertama. Trang! Tubuh Bima berlutut saat menahan kekuatan Iblis tersebut. Iblis kedua datang dengan tendangan kaki. Buak! Tubuh Bima kembali terpental dan menabrak pohon yang belum lama ditabrak nya juga. Prak!Pohon itu hancur patah menjadi dua. Tubuh Bima masih terpental hingga jatuh ke tanah. Rasa sakit yang dia terima sungguh luar biasa. Namun Bima masih berusaha berdiri dengan susah payah. Luka-luka di tubuhnya masih dalam proses penyembuhan. Luka barunya pun ikut menutup kembali. Kedua Iblis itu kembali menerjang tak peduli lawan dalam keadaan kesakitan. Bima berteriak keras lalu menebas ke arah dua Iblis itu dengan jurus Pedang Pemotong Roh. Dua cahaya biru me
"Aku adalah kamu...!" kata wanita pucat itu kepada Arimbi. Gadis itu sontak terkejut dengan ucapan wanita berkulit pucat itu. "Jangan ngawur kau mayat hidup! Aku ya aku! aku bahkan tak kenal siapa dirimu!" bentak Arimbi marah. Wanita yang menyerupai Arimbi itu tertawa kecil. "Apakah kau tahu, apa yang kau inginkan di dalam lubuk hatimu yang paling dalam...? Apakah kau menjadi lupa setelah kau bertemu pemuda separuh Iblis itu?" tanya sosok itu. Arimbi terdiam. Dia tak tahu apa maksud dari sosok yang menyerupai dirinya itu. "Apa maksud mu!?" tanyanya. "Kamu sungguh melupakannya Arimbi, tujuan utamamu mendekati Bima adalah kekuatan Iblis yang ada pada tubuhnya, apa aku salah bicara?"Mata Arimbi melotot marah. "Aku tidak pernah berpikiran seperti itu!" sanggahnya. "Hikhikhik, kau berani mengelak...!? Lalu apa kau ingat ucapan gurumu Nyai Rantak sebelum meninggal? Dia memintamu mencari manusia setengah Iblis agar bisa menghidupkannya kembali dari kematian buatan dia sendiri! Saat
Setelah Iblis Tanduk Emas tewas oleh pedang Bimasena, perlahan kabut pun terkuak dan Bima terkejut melihat Arimbi yang tengah duduk di dekat tengah jalan menuju jembatan. "Arimbi?" panggil Bima. Gadis yang sedang menelungkupkan wajahnya itu mendongak. Dia melihat Bima yang berdiri di depannya dalam keadaan penuh luka. "Kakang," Bima tersenyum lalu roboh di depan Arimbi. Gadis itu yang semula ragu jika di hadapannya adalah Bima, segera mendatangi pemuda tersebut. Sekarang dia yakin itu adalah Bima. Ketika Arimbi meraba kulit Bima, dia merasakan panas. Di tambah banyak luka di sekujur tubuhnya yang membuat Bima merintih kesakitan. "Aku yakin dia bertemu lawan yang tangguh..." batin Arimbi. Dia teringat buah Iblis yang Bima bawa untuk bekal. Dengan cepat gadis itu mencari buah tersebut. Akhirnya dia menemukan satu buah yang tersisa. "Kakang, makan buah ini agar kamu segera sembuh..." ujar Arimbi. Bima menggigit buah yang Arimbi sodorkan. Dia mengunyah nya beberapa saat lalu men
Bima dan Arimbi menoleh ke arah kanan jembatan. Di sana melayang sesosok wanita dengan wajah menyeramkan. Yang membuat seram dari sosok tersebut adalah wajahnya yang hanya tulang berbalut kulit. Yang membuatnya lebih mirip dengan tengkorak. "Kalian berhasil lolos di ujian ilusi, sekarang kalian akan mendapatkan tantangan baru di jembatan kematian ini," ucap sosok wanita tengkorak tersebut. "Apakah ini alasan jembatan yang panjang ini di nama jembatan tengkorak?" tanya Arimbi. "Mungkin, kita lihat saja, ujian apalagi yang akan kita hadapi..." kata Bima. "Sebelumnya ada satu orang yang berhasil melewati jembatan ini, maka kalian harus melawan ilusi orang tersebut. Meski ini ilusi, nyawa kalian adalah taruhannya...! Jika kalian gagal, maka, kalian akan terkutuk di tempat ini selamanya hikhikhik!" ucap sosok wanita tengkorak tersebut. "Tunggu sebentar! Apa maksudmu kami harus melawan orang tersebut? Lalu sebenarnya kamu itu siapa?" tanya Bima. "Aku adalah siluman yang bertugas menj
"Apa kau pikir aku tidak mampu untuk menjadi lawan mu? Kau terlalu merendahkan orang lain," sahut Suryo. Leksono tersenyum sinis. Dengan gerakan yang hampir tidak terlihat dia langsung menyerang Suryo. Terkejut, Suryo segera menghindari serangan dengan menundukkan tubuhnya. Kaki Leksono lewat di atas kepalanya. Jika Suryo tidak cepat menghindar, pasti dia akan terkena serangan mematikan itu. Suryo melihat celah pada kaki kanan Leksono yang masih berpijak di atas lantai sedangkan kaki kirinya baru saja melayang di atasnya. Dengan cepat dan tanpa menyia-nyiakan waktu, Suryo langsung menendang kaki kanan Leksono. Namun Suryo kecele, kaki kiri Leksono yang baru saja melayang langsung bergerak turun dan... Bugh!Tumit Leksono menghantam bahu Suryo dengan keras. Tubuh pemuda itu langsung tersungkur di lantai arena. Suryo berteriak keras menahan sakit. Kaki kanan Leksono langsung menyambar kepalanya se
Malam itu Bima menyerap Pil Hijau dan berlatih hingga dini hari. Kekuatannya meningkat pesat. Bahkan saat ini dia sudah mencapai Ranah Cakrawala tahap Akhir. Namun masih cukup lama baginya mencapai Ranah Batara. Iblis Es di dalam tubuh Bima pun telah di bangkit kan kembali dengan pil merah. Bahkan yang lebih mengejutkan, Iblis Es mempunyai kekuatan Ranah Batara setelah menyerap pil merah yang tercipta dari tubuh Nyai Wingit dan Ki Romo tersebut. Setelah berlatih semalaman, Bima berhasil menguasai satu jurus hebat yang dia dapat dari kekuatan Ki Suran. Yaitu tubuh Baja dan Tinju Semesta! Tinju Bima saat ini bisa menghancurkan benteng selebar dua tombak dengan satu kali pukulan. Kekuatan yang luar biasa. Ratu Azalea meski tidak naik ranah karena tidak mau menyerap pil yang Bima buat, dia mengalami kenaikan tingkat kecepatan. Dengan tingkatan baru, Ratu Azalea hanya butuh satu gerakan untuk membuat musuh tewas seketika.
"Selamat datang di Arena Kerajaan Angin yang megah ini para kesatria muda, hari ini juga turnamen besar ini telah di buka!" sambut moderator dengan suara lantang.Gemuruh suara para penonton terdengar menggetarkan arena. Bima menoleh ke arah Ratu Azalea. Mereka berdua saling tersenyum."Undian akan segera di lakukan! Sesuai nomer acak," Nomer undian dari pasangan kandidat pun mulai di undi oleh moderator. Bima menyadari, ada sesuatu yang aneh dengan cara moderator mengundi. Namun Bima hanya tersenyum tenang. Karena siapa pun lawannya, tidak akan ada yang bisa mengalahkan dirinya.Pada turnamen kali ini seharusnya ada lima belas perguruan yang ikut dalam turnamen kerajaan. Namun kandidat dari Perguruan Banteng Api telah terbunuh sehingga tidak bisa mengikuti turnamen.Perguruan Naga Air pun tidak bisa karena kandidat mereka pun telah terbunuh oleh para pendekar dari Klan Kelelawar Merah. Meng Sui pun memutuskan untuk bersekutu d
Bima melepaskan beberapa ekor merpati ke langit. Di kaki merpati itu sebuah gulungan kertas terikat. Senyum lebar terlihat di bibir Bima. Sebuah rencana besar telah dia tulis di dalam surat tersebut. "Kali ini, sekuat apapun Kerajaan ini, apakah mereka bisa menghadapi dua Kerajaan sekaligus? Hahaha!" ucap Bima senang. Ratu Azalea tersenyum. Dia merasa takdir yang dia lihat di masa lalu bergeser sedikit dengan sendirinya. "Apakah takdir ini tergeser oleh kakang Bima atau Dewa sedang mempermainkan takdir seseorang?" batin Ratu Azalea. Merpati itu terbang tinggi ke langit dan menembus awan. Terbang dengan kecepatan tinggi ke arah selatan dan ke arah barat Kerajaan Angin Timur. Malam itu para kandidat berkumpul di kamar masing-masing. Bima dan Ratu Azalea menyendiri dengan menyegel kamar mereka dari dunia luar.Dengan perisai emas milik Ratu, kekuatan sebesar apapun yang ada di dalam perisai tidak akan tembus
Mendengar perkataan sinis Bima, pemuda berpakaian biru itu meradang."Siapa kau sampah bau!? Beraninya kau membalas ucapan tuan muda ini! Apa kau tidak tahu siapa aku!?" hardik pemuda itu dengan suara keras.Bima merasa kesal dengan pemuda congkak di depan nya. Ingin rasanya dia langsung membunuhnya."Siapa kau? Itu bukan hal penting bagiku!" jawab Bima sinis.Pemuda itu tidak tahan dengan apa yang Bima katakan. Dia langsung mengambil gerakan memukul ke arah wajah Bima. Namun sebuah tangan menangkapnya. Pemuda itu merasa sangat kesal. Dia menoleh dan ingin mendamprat orang tersebut. Namun saat dia tahu siapa yang ada di depannya, wajahnya langsung pucat seketika.Bima cukup terkejut dengan kedatangan orang tersebut yang tidak dia rasakan hawa kehadirannya. Saat dia menoleh, dia mendapati satu wajah yang tak asing lagi baginya. Mata Bima merah seketika, darahnya tiba--tiba mendidih hingga terasa naik ke ubun-ubun."Tuan
Bima melotot ke arah Tangan Darah."Ada apa dengan senyuman sinis di bibirmu Tangan Darah?" tanya Bima dengan perasaan geram.Birawa dan Meng Sui melirik ke arah Tangan Darah."Kekuatan yang mengerikan terpancar dari tubuhnya...Siapa orang ini dan bagaimana bisa dia berlutut kepada pendekar muda ini? Apakah pendekar muda ini lebih kuat darinya?" batin Birawa.Tangan Darah menghentikan senyuman di bibirnya."Maaf tuanku, saya hanya meniru gaya tuan saat tersenyum..." jawab Tangan Darah membuat beberapa orang yang sudah mengenalnya menahan tawa.Bima menepuk jidatnya sendiri.""Baiklah, jika kamu bertemu Nona Wulan dan Subali, kamu minta mereka berdua mengajari cara tersenyum yang benar," kata Bima."Siap tuan! Perintah tuan akan saya laksanakan," kata Tangan Darah dengan tegas.Bima segera memasukkan Tangan Darah ke dalam sabuk penyimpanan.Huh...sangat kaku," batin Bima.Iblis Tanduk Emas tertawa tergelak-gelak."Bagaimana tidak kaku, dia belum mempunyai jiwanya secara utuh," kata Ibl
Bima mempunyai sebuah akal untuk mengalahkan pertahanan dari Jaring Laba-Laba. Setelah mendengar perkataan Iblis Tanduk Emas, Bima hampir melupakan sesuatu yang dia punya."Bodoh sekali kenapa aku tak memikirkan hal ini sejak awal," kata Bima dalam hati.Dia mendarat di atas tanah dengan tenang pendekar yang masih mengitari dirinya merasa ada yang aneh dengan Bima yang terlihat sangat tenang. Melihat ketenangan Bima membuat kelima pendekar itu merasa gelisah.Bima tersenyum kecil."Waktu Berhenti," ucap Bima perlahan. Waktu pun berhenti dan ke lima pendekar itu pun berhenti bergerak. kelimanya terlihat seperti patung. Bima hanya bisa menghentikan waktu selama beberapa detik saja di setiap jurusnya. Dan itu pun sudah memakan kekuatan yang sangat banyak.Setelah waktu berhenti Bima langsung mengerahkan pedang Es miliknya. Lima pedang es melesat ke arah lima orang tersebut. Craaaass!Kelima tubuh yang tersambar pedang es milik Bima. Di saat yang sama, waktu kembali berputar seperti se
Dua rombongan itu adalah rombongan dari Perguruan Naga Air dan Kuda Putih. Mereka terlihat sangat kacau. Saat sampai di perbatasan, mereka langsung roboh di atas tanah.Bima menatap ke arah belakang para rombongan tersebut. Ternyata mereka di kejar-kejar oleh musuh."Itu orang-orang dari kerajaan atau dari Klan Kelelawar Darah?" batin Bima.Musuh yang berkuda dengan cepat ke arah perbatasan tersebut mengenakan pakaian serba merah dan menggunakan cadar hitam di wajah mereka. Bima menghitung ada lebih dari sembilan orang dari arah selatan dan lima orang dari arah barat."Anjing-anjing ini memanfaatkan turnamen untuk membantai perguruan-perguruan yang melakukan perjalanan jauh. Benar-benar tidak bisa di maafkan," Bima melesat dengan cepat ke arah lima pendekar berpakaian merah tersebut. "Tangan Darah, aku serahkan mereka padamu, bunuh semuanya tanpa tersisa!" kata Bima sambil mengeluarkan Tangan Darah dari dalam sabuk penyimpanan.Tangan Darah meluncur turun ke atas tanah dan mendarat
Bima tertegun mendengar Ratu Azalea berkata seperti itu."Maksudmu apa istriku?" tanya Bima dengan perasaan yang mulai tidak menentu.Sebelumnya dia sudah di beri tahu oleh Ratu Azalea bahwa mereka berdua kelak ditakdirkan berpisah.Bima sejauh ini belum percaya sepenuhnya kepada penglihatan sang Ratu. Bima masih percaya bahwa takdir adalah pilihan sendiri. Bukan kehendak Dewa yang jelas masih kalah melawan iblis jika duel satu lawan satu.Ratu Azalea tak menjawab pertanyaan Bima. Dia hanya menyandarkan kepalanya di dada bidang pemuda itu. Membiarkan pemuda itu membelai rambutnya yang panjang.Karena Ratu Azalea tak menyahut, Bima pun diam tak bersuara.Keduanya sama-sama larut dalam keheningan.***Beberapa hari pun berlalu.Aryo dan Abinyana telah pulih sepenuhnya. Akhirnya mereka kembali meneruskan perjalanan mereka menuju Kerajaan Angin Timur.Putri Ling Xia duduk di kereta depan bersama Qing Long. Sedangkan Bima dan Ratu Azalea duduk di kereta yang ada di barisan belakang.Aryo da