Share

450. Part 18

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-12 01:03:31

Payung Cendana sengaja berhenti bicara. Kenapa coba? Karena ada sesuatu yang mengganjal hatinya dan membuatnya takut meneruskan ucapannya. Namun bagi Baraka itu sesuatu yang menjengkelkan. Ia harus tahu apa kelanjutan ucapan itu supaya hatinya nggak penasaran, supaya kalau makan pun bisa habis banyak. Maka Baraka mendesak agar Payung Cendana mau teruskan kata-katanya...

"Rasanya nggak ada yang perlu kau ketahui lagi tentang pribadiku."

"Kalau kamu nggak mau teruskan ucapanmu, aku akan terjun ke bawah dan mati di lautan sana!"

"Terjunlah," kata Payung Cendana sambil sunggingkan senyum. Tapi Baraka toh nggak benar-benar berani terjun.

Dia malah tersenyum dan berkata penuh kelembutan, "Kalau aku terjun, aku akan mati. Kalau aku mati, lalu siapa yang akan menangisi kematianku? Wanita mana yang akan merasa kehilangan diriku? Aku nggak mau, ah! Kecuali kalau memang ada wanita yang mau menangisi kematianku, mau merasa kehilangan diriku, maka aku akan terjun ke b

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1412. Part 21

    "Mengapa kau ingin ke sana?"Bocah Sumbaruni tersenyum malu dan berblsik, "Aku mau pipis dulu."Baraka tertawa geli. Lalu segera membawa bocah itu ke balik pohon besar. Baraka memunggungi pohon itu ketika Sumbaruni menyelinap di balik pohon tersebut. Sekalipun wujudnya seperti bocah berusia tujuh tahun, tapi antara Sumbaruni dan Baraka sama-sama merasa malu jika buang air sembarangan."Kita mendaki lereng gunung ini!" kata Sumbaruni. "Sekarang aku mau jalan dulu. Tapi nanti kalau lelah kau harus menggendongnya lagi.""Tapi kalau kau nakal dan tanganmu jahil, aku tidak mau menggendongmu!" sambil Baraka melangkah menggandeng tangan bocah Sumbaruni.Wuuut...! Tiba-tiba ada angin cepat bergerak melintas di depan langkah mereka. Baraka hentikan langkah. Sumbaruni pun memandang sekeliling dengan mata kecilnya yang masih mempunyai ketajaman tersendiri."Ada seseorang yang melintas di depan kita," bisik Sumbaruni."Ya. Hati-hatilah. Jangan ja

  • Pendekar Kera Sakti   1411. Part 20

    Hari sudah malam, hujan makin menderu karena derasnya bertambah. Bocah Sumbaruni tak mau ditinggal Baraka keluar kamar. la minta ditunggui dengan sikap manjanya. la masih ingin berceloteh tentang perasaan hatinya kepada Baraka. Suara celotehnya agak keras sehingga Baraka mengingatkan."Ssst...! Jangan bicara keras-keras. Kurangi suaramu itu, biar tak mengganggu pendengaran Ki Sabarsumo dan istrinya.""Mereka akan merasa senang jika terganggu, karena mereka tak pernah diganggu oleh suara bocah sepertiku. Kau tahu, apa yang dilakukan Ki Sabarsumo kepada istrinya malam ini?""Tentunya mereka beristirahat karena sudah seharian bekerja melayani tamu.""Tidak. Mereka pasti bercengkerama, bermesraan dan saling menemukan kebahagiaan batinnya. Tapi aku... Aku sudah lama tak mendapatkan kebahagiaan batin karena tak pernah ada lelaki yang bisa membangkitkan gairahku. Sekalipun ada, tapi lelaki itu tak mau memuaskan hasrat kerinduanku terhadap sebentuk kebahagiaan ba

  • Pendekar Kera Sakti   1410. Part 19

    Karenanya ketika bocah Sumbaruni ingin berkata tentang siapa sebenarnya yang diajak bicara Ki Sabarsumo itu, Baraka buru-buru alihkan pembicaraan dengan menanyai bocah Sumbaruni, "Apakah kau ingin makan nasi pecel?""Tidak. Sudah kubilang aku sudah kenyang dengan makan ketan goreng ini!" jawab Sumbaruni merasa dongkol karena niatnya bicara dialihkan Baraka.Ki Sabarsumo berkata sambil membersihkan meja samping Baraka, "Apakah dia adikmu, Nak?""Benar, Ki," jawab Baraka secepatnya. "Dia adikku yang paling kucintai.""Kulihat sungguh besar kasih sayangmu kepada seorang adik. Andai kata aku dikaruniai keturunan mungkin anakku yang sulung sudah seusiamu dan anakku yang bungsu sudah seusia adikmu itu. O, ya... siapa nama kalian?""Aku bernama Baraka dan adikku ini bernama Runi," jawab Pendekar Kera Sakti berkesan menutupi jati diri mereka berdua."Apakah kedua orangtua kalian masih ada?""Hmmm... sudah meninggal. Kami hanya hidup berdua sa

  • Pendekar Kera Sakti   1409. Part 18

    Konon hanya beberapa orang saja yang mempunyai ilmu 'Racun Ludah Naga'. Kini dalam keadaan seperti gadis kecil berusia sepuluh tahun, Sumbaruni tidak bisa banyak berbuat apa-apa. Bahkan terkadang jika ia lelah berjalan, Baraka terpaksa harus menggendongnya. Sikap itu dilakukan Baraka agar Sumbaruni tidak patah semangat dan masih mempunyai gairah hidup. Betapa pun tabahnya seseorang jika melihat keadaannya makin hari makin menjadi seperti anak kecil, sudah tentu kekecewaannya begitu besar dan mampu mematahkan semangat hidupnya. Namun karena Sumbaruni selalu didampingi Baraka yang gemar mengalihkan kesedihan dengan bercanda, maka semangat mempertahankan hidup masih menyala-nyala di hati sanubari sahabat Setan Bodong itu.Guntur menggelegar di langit. Awan mendung mulai menutupi mentari sore. Angin berhembus secara alami, bukan karena pengaruh kekuatan gaib apa pun. Hari memang menjadi mendung, sebentar lagi hujan akan turun. Saat itu mereka berdua sudah berada tidak seberapa ja

  • Pendekar Kera Sakti   1408. Part 17

    Orang-orang menyangka Syakuntala mati. Tapi nyatanya tidak. Syakuntala hanya menderita luka bakar yang menghanguskan sekujur tubuhnya. Matanya menjadi merah dan sebagian cambangnya rontok. Kulitnya kian hitam bagaikan disambar petir. la sempat berusaha bangkit, tapi jatuh tersungkur kembali bagaikan kehilangan seluruh tenaganya."Angkat sang Panglima! Larikan dia!" seru saiah satu anak buahnya. Kemudian dua anak buahnya bergegas menyambar tubuh Syakuntala dan membawanya lari meninggalkan Bukit Mata Laut. Anak buah yang lain Ikut-ikutan melarikan diri.Yang terkena ilmu 'Anak Rembulan' tadi disambar oleh temannya dan ikut dibawa larl. Baraka hanya tersenyum memandangi pelarian tersebut dan tidak berminat untuk mengejarnya. Karena ia segera melihat Sumbaruni berubah menjadi lebih kecil dari wujud aslinya."Sumbaruni!" sentak Baraka dengan terkejut dan merasa heran.Batuk Maragam berkata, "Dia terkena racun 'Ludah Naga', tubuhnya akan berangsur-angsur menjad

  • Pendekar Kera Sakti   1407. Part 16

    Syakuntala memainkan jurus rendah. Tangannya berkelebat ke sana-slnl sambil yang kanan pegangi pedang. Gerakan tangan dan tubuhnya yang meliuk-liuk itu menyerupai gerakan seekor naga sedang mende-kati mangsanya. Tapi tiba-tiba Sumbaruni lepaskan jurus 'Anak Rembulan' berupa sinar kuning seperti bintang yang dilemparkan dari tangan kirinya.Ciaaap...!Wuuutt...! Tubuh Syakuntala melentak terbang menghindari sinar kuning itu yang segera menghantam tubuh saiah satu anak buahnya. Tapi dalam gerakan menyentak bagaikan terbang itu, tiba-tiba dari mulut Syakuntala keluar cairan hitam yang diiudahkan.Cuuuih...! Ploook...!Ludah hitam itu kenai leher Sumbaruni walau sudah berusaha untuk dihindari."Ahh...!" Sumbaruni bagaikan mengeluh dan merasa jijik. Namun kejap berikutnya ia jatuh terkulai berlutut karena seperti kehilangan seluruh tulangnya. Tubuh itu segera tertunduk lemas bagaikan tak bisa mengangkat kepala. Lehernya membekas hitam tanpa cairan sedik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status