Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 54. Pertempuran di Telaga Bidadari

Share

54. Pertempuran di Telaga Bidadari

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-06 01:03:06

Keempat kakek itu langsung menerjang Baraka dengan serangan-serangan mematikan. Mereka meloncat bergantian dan saling bertukar perahu. Baraka jadi kerepotan. Selain harus menghindari sambaran golok yang datang bertubi-tubi, dia pun harus tetap memegangi tali baja yang membelit Ikan Mas Dewa.

"Empat Iblis Gundul! Kalian benar-benar tak tahu peradatan!" Tiba-tiba, dari sisi kiri perahu Baraka terdengar teriakan keras yang dibarengi melesatnya sebuah perahu. Penumpangnya seorang kakek berwajah halus yang mengenakan pakaian serba hijau. Dia Bagus Tembini alias Sastrawan Berbudi!

Usai berteriak, Sastrawan Berbudi langsung menerjang salah seorang dari empat kakek berkepala gundul yang disebut sebagai Empat Iblis Gundul. Cepat sekali gerakan Sastrawan Berbudi. Dengan menggunakan sebatang bambu sepanjang tiga jengkal yang ujungnya terdapat bulu-bulu halus, dia berani menangkis tebasan golok yang mengarah ke pinggang Baraka.

Trang...!

Bunga api memercik ke mana-ma

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1286. Part 5

    Bruuusss...!Raja Tumbal terpental dan berguling-guling tak jadi meniup seruling. Ki Parandito tak mau beri kesempatan kepada Raja Tumbal untuk meniup serulingnya.Claap...! Claapp...!Dua sinar menghujam didada Raja Tumbal Dua sinar lurus itu melesat dari ujung dua jari Ki Parandito yang disentakkan ke depan. Maksudnya dengan menghujani pukulan bersinar mera, Raja Tumbal akan kewalahan dan tak sempat meniup seruling. Setidaknya ia harus menghindar atau menangkis. Tapi rupanya sinar itu dibiarkan menghantam dadanya.Deb, deb...! sinar itu padam. Tidak timbulkan suara ledakan, tidak tampak menembus dada. Sedangkan tangan Raja Tumbal tetap memegang suling, menutup empat lubang nada dengan kedua tangannya itu."Rupanya ia juga kebal sinar tenaga dalam!" bisik Kelana Cinta."Ya. Selagi ia sempat menangkis atau menghindar. Ia akan melakukannya. Tapi jika ia tidak sempat lagi, sinar itu dibiarkan menghantam tubuhnya tanpa rasa takut celaka dan ked

  • Pendekar Kera Sakti   1285. Part 4

    "Ya, aku kenal!" Jawab Baraka sambil memandang tokoh tua berjubah merah.Rambutnya pendek, putih, tapi bagian tengahnya botak. Tokoh tua itu menggenggam tongkat yang ujungnya membentuk anak panah."Siapa orang itu?""Ki Parandito alias si Juru Bungkam," jawab Baraka sambil membayangkan masa pertemuan pertama dipantai dengan Ki Parandito yang waktu itu dampingi saudara seperguruannya yang bergelar Pawang Gempa."Rupanya dia punya dendam kepada Raja Tumbal!""Entahlah. Kita lihat saja apa sebenarnya yang ingin dilakukan olehnya.""Atau mungkin dia berniat mau bergabung dengan Raja Tumbal?" duga Kelana Cinta.Baraka diam sejenak lalu berkata, "Yang jelas kalau dia ingin bertarung dengan Raja Tumbal, aku khawatir kalau ia tumbang walau mungkin ia mengandalkan ilmu bungkamnya. Tapi apakah ilmu bungkamnya itu dapat membungkam suara seruling maut itu?"Ki Parandito semakin mendekat, dan Raja Tumbal tidak terhalang tubuh Landak Boreh,

  • Pendekar Kera Sakti   1284. Part 3

    "Celaka!" gumam Baraka tampak kian tegang. Tentu saja ia sangat tegang karena kini ia diliputi kebimbangan. Jika Ia pergi kearah timur, kelereng Gunung Mata Langit, ikut mengejar perempuan itu, maka keadaan Muara Singa sangat berbahaya. Bisa-bisa Raja Tumbal bertindak seenaknya sendiri, membantai kesana-kesini dengan Seruling Malaikatnya. Tapi jika hadapi Raja Tumbal tanpa Pedang Kayu Petir, kemungkinan mati ditangan Raja Tumbal sangat besar.Sekarang pun seandainya Pendekar Kera Sakti melesat kearah timur untuk temui perempuan si penemu pedang maha sakti itu, tak akan cukup waktu untuk kembali lagi ke Muara Singa. Secepatnya esok pagi ia baru tiba di Muara Singa, dan itu berarti Baraka harus sudah persiapkan diri untuk bentengi negeri tersebut.Repotnya lagi, Ratu Galuh Puspanagari ternyata menolak saran Baraka melalui Batu Sampang. Dengan tegas, wanita muda yang dulu dijuluki sebagai Tandu Terbang murid Pendeta Arak Merah dari Tibet, berkata didepan para pengawal dan

  • Pendekar Kera Sakti   1283. Part 2

    Kelana Cinta malah tertawa kecil, "Yang kumaksud bukan itu.""Sial! Jadi maksudmu bagaimana?""Mengapa kau tidak lebih tertarik dengan keadaan ditimur?""Ditimur? Keadaan apa yang kau maksud?""Rupanya kau ketinggalan zaman," ejek Kelana Cinta sambil tertawa kecil."Dalam perjalananku kemari, sudah lebih dari sepuluh mulut yang mempergunjingkan tentang Pedang Kayu Petir!""Ooo..., Baraka manggut-manggut. Ia merasa menang, karena ia lebih tahu banyak tentang pedang itu dan ia terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Kelana Cinta hanya mendengar kabarnya saja. tapi Baraka merasa menjadi pelakunya."Mengapa kau tidak ikut memperebutkan Pedang Kayu Petir itu? Setahuku, pedang tersebut bisa untuk kalahkan kekuatan sakti Seruling Malaikat. Sebab menurut kabar yang kudengar sejak dulu kala, Pedang Kayu Petir dapat membuat kesaktian seseorang menjadi lenyap seketika jika melihat pedang itu atau berada disekitar pedang itu. Tapi bagi pemega

  • Pendekar Kera Sakti   1282. MISTERI LENYAPNYA BIARA DAMAI

    TANGAN yang menepuk pelan punggung Baraka itu adalah tangan berjari lentik. Seraut wajah ayu tapi berambut cepak terpampang dengan senyumnya yang manis. Wanita yang berusia dua puluh tujuh tahun itu tampak seperti lelaki, tegar, sigap, dan berani. Ilmunya cukup tinggi, sehingga ia diangkat menjadi mata-mata kepercayaan Ratu Asmaradani.Wanita cantik berjubah ungu tua itu tak lain adalah Kelana Cinta. Kedudukannya dan ilmunya lebih tinggi dibanding Rindu Malam. Hanya saja, Pendekar menjadi kesal hati, karena Rindu Malam sudah berhasil di bujuk untuk pulang, sekarang malah muncul yang lebih sakti lagi. Padahal Baraka sama sekali tak ingin orang Samudera Kencana terlibat dalam urusannya dengan Ratu Galuh Puspanagari yang dulu disebut sebagai gadis Gila bernama Palupi dan berjuluk Tandu Terbang itu.Jelas kedatangan Kelana Cinta pasti ada hubungannya dengan tugas perlindungan dari Ratu Asmaradani, sebab Kelana Cinta berkata, "Aku jumpa Rindu Malam diperjalanan tadi. Benark

  • Pendekar Kera Sakti   1281. Part 23

    Zraabb...! Jruubb...! Jarum-jarum itu langsung menghujam ketubuh Gali Sampluk dari bawah. Tentu saja Gali Sampluk tidak dapat menghindar karena jarum-jarum sebegitu banyaknya bagaikan menyerangnya dari berbagai arah.Tapi jika ia cekatan, ia dapat sentakkan kaki dan melenting keatas dengan bersalto dua atau tiga kali, maka jarum-jarum itu tidak akan menancap ditubuhnya. Sayangnya Gali Sampluk tak punya gerak naluri seperti itu, sehingga puluhan jarum banyaknya sekarang bermukim didalam tubuh gendutnya."Ggggrrr...!" Gali Sampluk mengerang dengan mata mendelik dan tubuh tak bergerak sedikitpun. Mulutnya melelehkan darah hitam. Tubuhnya mulai bergetar. Darah meleleh lagi dari lubang hidungnya. Tubuhnya sangat bergetar tak mampu dikendalikan.Buuhg...! Dan tubuh itu masih bergetar hingga kulitnya terkelupas, retak-retak sampai akhirnya Gali Sampluk tak mampu bernapas lagi. Ia mati dalam keadaan menyedihkan sekali.Rupanya sejak tadi Raja Tumbal pelajari juru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status