Begitu Kirana berhasil cepat berdiri, takut diserang lagi, ia menjadi tertegun melihat kakaknya rubuh tak bernyawa dan Sedayu pun tergolek mati di samping Pranawijaya.
"Prana...!" Kirana ingin berteriak, tapi tak mampu, sehingga yang keluar hanya berupa desah kesedihan mendalam.
Ia pun tak bisa mendekati mayat kakaknya karena serangan dari Ekayana kembali membahayakan jiwanya. Kirana menangkis serangan itu dua kali dan berhasil menendang tubuh Ekayana hingga terjeng kang jatuh sang lawan, kemudian ia cepat-cepat melarikan diri meninggalkan lawannya yang membahayakan itu. Ia berlari sambil membawa kesedihan atas kematian kakaknya, namun juga membawa ketegangan karena Ekayana berlari mengejarnya.
Kalau Kirana tidak lari, dia akan mati. Kirana tahu persis kekuatan ilmu pedang lawannya itu. Ia tak mau mati konyol melawan sesuatu yang jelas lebih tinggi ilmunya dari ilmu yang dimilikinya. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana menghindari kejaran dari Ekayana
"Aku dikejar-kejar oleh orangnya Tuanku Nanpongoh..."Pendekar Kera Sakti memutus kata, “Siapa Tuanku Nanpongoh itu?”Gadis mungil itu memandang Baraka dengan sikap protes, "Jangan berlagak bodoh. Kau sudah tahu siapa orang itu."Mau tak mau Baraka hanya sunggingkan senyum berkesan canda. Padahal dalam hatinya membatin, “Sumpah mati aku belum tahu siapa Tuanku Nanpongoh itu. Tapi kalau aku ngotot, pasti gadis ini tidak percaya dan akan semakin ngotot, ia merasa sudah mengenalku. Perdebatan tak akan menjadi ada habisnya kalau aku ngotot menyatakan diri belum mengenalnya. Sebaiknya kuselidiki sendiri dari ceritanya nanti."Baraka segera ajukan tanya, "Kenapa kau dikejar-kejar oleh orangnya Tuanku Nanpongoh?"Gadis itu memandang lagi dengan sikap kesal. "Pura-pura tidak tahu!" ucapnya dalam gerutu.“Anggap saja aku tidak tahu, Tolong jelaskan."Tapi sebejum gadis itu bicara, tiba-tiba dua kelebat bayangan melintas
Dengan masih belum berani melirik ke arah benda yang dipegangnya, tangan itu bergerak pelan sekali. Seakan meraba untuk menjajagi apa sebenarnya dipegangnya itu. Rabaannya sampai ke lima jari kaki Baraka. Terdengar gadis itu berkata lirih, “Wah, benar... pasti ular! Ular bermata lima, Celaka! Mati aku kalau begini. ini mata ular apa jalu ular?"Si gadis segera meraih gagang pedangnya untuk dicabut. ia akan tebas ular yang dipegangnya itu dengan pedang. Tetapi sebelum pedang terhunus, Baraka yang takut dipotong kakinya segera berkata menegur sopan, "Aku bukan ular kok, Neng...!""Hahhh...!" gadis itu kaget dan memekik, segera memandang ke atas, menatap pemuda tampan sesaat, matanya menjadi redup, tubuhnya melemas dan ia pun jatuh melayang karena pingsan."Lho...? Kok malah pingsan?!" Baraka segera bergerak turun dengan gunakan ilmu ‘Kelana Indra’-nya. Baraka bergerak dengan sangat ringan dan cepat.Wuuusss..,! Tubuh gadis yang he
LANGIT berwarna merah tembaga. Matahari fajar memantulkan sisa cahayanya yang semakin menipis. Lalu sang matahari pun pelan-pelan tersembul dari balik bukit sebagai tanda bahwa pagi kian menua. Matahari itu terlihat jelas dari ketinggian sebuah pohon. Di pohon itu sepasang mala mula memandangi alam pagi. Pemuda tersebut berambut agak pendek dengan poni yang menghiasi jidadnya. Wajah tampannya bersih tanpa kumis dan jenggot. Pakaiannya masih itu-itu saja rompi kulit ular emas tanpa lengan, entah berapa hari sekali dicucinya. Di punggung lengan kirinya, terlihat rajah naga emas melingkar. Tak lupa sebuah seruling berwarna keemasan tampak tersampir di sabuk pinggangnya yang juga berwarna keemasan, juga gelang-gelang keemasan yang ada dikedua lengan tangannya. Ciri-ciri itu sangat dikenal di kalangan para tokoh persilatan. Hanya ada satu orang berciri tampan dan berwajah sedikit polos, yaitu Pendekar Kera Sakti muridnya si Setan Bodong. Orang lebih sering memanggilnya Baraka. T
"Coba kau periksa gua itu, dan aku akan mengikutinya dari belakang!" kata Angin Betina, lalu ia melesat berpindah pohon tanpa timbulkan suara. Baraka segera melesat ke arah gua dengan melintasi dahan-dahan pohon lainnya. Dara Cupanggeni berjalan dengan gontai, seperti orang putus asa.Baraka terkejut melihat gua dalam keadaan kosong. Dewa Rayu tak ada di tempat, tapi baju dan celananya tertinggal di sana, juga suling mustikanya."Ke mana perginya? Apakah dia pergi tanpa kenakan pakaian apa-apa?"Baraka segera susul kepergian Perawan Tanpa Tanding. Tapi pada waktu itu Perawan Tanpa Tanding sudah terhenti langkahnya karena Angin Betina nekat menghadang dari arah depan. Perawan Tanpa Tanding segera tegakkan badan dan pasang lagak sebagai orang yang tidak mengalami duka apa pun."Siapa kau?" sapanya dengan ketus kepada Angin Betina."Angin Betina! Aku kekasih Baraka! Kau ingat saat bertemu dengan Sumbaruni? Akulah yang dihajar habis-habisan oleh peremp
Dalam hati Angin Betina kagum dengan kecerdasan Baraka. "Biar sinting tapi otaknya encer juga!" katanya membatin sambil ia duduk di atas pohon berdaun rindang.Sementara itu Baraka sedang memancing Perawan Tanpa Tanding agar memasuki gua tersebut. Angin Betina masih bisa pandangi pertemuan Baraka dengan Perawan Tanpa Tanding di lembah, karena pohon tempatnya bersembunyi tak jauh dari gua tersebut. Di sana, Baraka kembali mekarkan senyum pemikatnya. Hati Perawan Tanpa Sakti kian berbunga-bunga. Senyum gadis itu menampakkan kegirangan hati yang sepertinya baru kali ini dialami dan dirasakannya."Kusangka kau tak akan kembali lagi.""Kau pikir aku lelaki yang bodoh! Mana mungkin akan kubiarkan gadis secantik kau duduk sendirian di sini sampai petang tiba?"Mereka berhadap-hadapan, jaraknya sangat dekat. Tangan Perawan Tanpa Tanding sempat berbuat nakal, mencubit pipi Baraka, mengusap rambut panjangnya, dan semua itu membuat Angin Betina di atas pohon salah t
"Iblis kau, Baraka! Peri hamil busung kau!""Hei, hei... kenapa kau marah begitu? Masuklah! Lekas masuk, kita bicaral"Baraka menarik lengan Angin Betina untuk dibawa masuk ke gua. Angin Betina sentakkan lengannya dengan kasar hingga terlepas dari genggaman Baraka."Jangan sentuh diriku lagi! Kau telah puas memeluknya!""Angin Betina, ini siasat! Hanya siasat semata!""Siasat untuk menutupi kerakusanmu! Siasat untuk memuaskan hasratmu? Iya!"Angin Betina angkat pedangnya untuk ditebaskan, Baraka hanya merunduk dan menyilangkan tangannya seakan ingin menangkis pedang itu dengan tangan."Tunggu dulu. Kujelaskan dulu rencanaku!"Angin Betina hempaskan napas dengan dongkol sekali. Ia tak suka melihat Baraka berpelukan dengan wanita lain, tapi ia harus menahan rasa tak suka itu untuk dengarkan penjelasan dari Pendekar Kera Sakti."Kau menyingkirlah dulu. Pindah di tempat lain yang tersembunyi!""Apa...! Kau menyuruhku