MasukWaktu berjalan dengan cepat. Dua tahun pun berlalu tanpa terasa.
Qin Shan kini sudah berusia delapan tahun.Walau tubuhnya masih kecil, aura yang terpancar dari dirinya sama sekali berbeda dengan anak-anak lain di desanya. Matanya tajam, gerakannya lincah, dan tubuh mungilnya memendam kekuatan yang tak bisa dipahami oleh siapa pun. Ia bukan lagi bocah biasa. Ia adalah Qin Shan — anak kecil yang menempuh jalan kultivasi dengan tekad baja.
Setiap pagi, suara kakinya berlari melintasi jalanan hutan selalu terdengar.
“Dua putaran lagi,” gumamnya sambil mengatur napas, keringat menetes di pelipisnya.
Langkahnya mantap, berlari menembus kabut pagi yang dingin.Di kejauhan, burung-burung beterbangan dari dahan, terkejut oleh kecepatan bocah itu. Qin Shan tak menggunakan Qi, hanya tubuh fisiknya — latihan dasar yang ia pelajari sendiri dari gulungan bambu kuno peninggalan ayahnya.
Setelah selesai berlari, ia menatap telapak tangannya.
“Belum cukup. Masih terlalu lambat,” ucapnya pelan, lalu meninju batang pohon besar di hadapannya.DUG! DUG! DUG!
Suara tinjunya bergema, ranting-ranting bergetar.
Darah mulai menetes dari buku jarinya.Dari arah belakang terdengar suara lembut.
“Shan’er, kau berlatih lagi sepagi ini? Bukankah kemarin kau sudah berjanji akan istirahat sehari?”Qin Shan menoleh. Di antara pepohonan, ibunya, Madam Su Lian, datang membawa keranjang bambu berisi daun-daun obat.
“Bu…” Qin Shan tersenyum tipis sambil mengusap keringat. “Aku hanya ingin menguatkan tubuhku. Aku merasa masih belum cukup cepat.”
Su Lian mendesah lembut, lalu mendekat dan mengelus rambut anaknya yang basah oleh keringat.
“Kau baru delapan tahun, Shan’er. Kau tak perlu terburu-buru. Kekuatan sejati bukan hanya dari otot, tapi dari ketenangan hati.”Qin Shan menatap ibunya lama, lalu menunduk.
“Kalau aku tidak kuat, nanti aku tak bisa melindungi Ibu.”Ucapan itu membuat Su Lian terdiam. Wajahnya sedikit muram, tapi ia tersenyum agar anaknya tidak merasa bersalah.
“Kalau begitu, berlatihlah… tapi jangan sakiti dirimu, ya?”Qin Shan mengangguk mantap. “Iya, Bu.”
Su Lian kemudian pergi memetik tanaman obat di dekat sungai, sementara Qin Shan kembali menatap pohon besar di depannya.
Ia mengangkat tinjunya sekali lagi.“Tinju Harimau Guntur!”
BOOOM!
Udara bergetar, daun-daun berterbangan, dan pohon besar berdiameter tiga pelukan manusia hancur berkeping.Qin Shan tersenyum puas, menatap tinjunya yang berasap halus.
“Sudah semakin stabil. Tapi… masih bisa lebih kuat.”Beberapa hari kemudian, Qin Shan memutuskan pergi ke hutan belakang gunung sendirian.
Tujuannya dua: mencari herbal untuk ibunya, dan menguji teknik yang baru ia kembangkan.
Udara di hutan belakang lebih pekat. Akar-akar menjalar seperti ular raksasa, kabut menggantung rendah, dan suara binatang buas bergema dari kejauhan.
“Hutan ini berbeda…” gumamnya. “Energi spiritualnya lebih padat, tapi juga lebih ganas.”
Ia berjongkok, memetik selembar daun berkilau hijau.
“Daun Perisai Giok. Ibu bisa menggunakannya untuk membuat ramuan penawar racun.” Ia tersenyum kecil dan memasukkannya ke kantong.Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara geraman berat dari arah semak-semak.
GRRRRRRRR!
Dedaunan berguncang, dan muncul seekor Babi Hutan Baja sebesar kerbau. Kulitnya hitam berkilap, matanya merah, dan napasnya keluar seperti uap panas.
Qin Shan bergumam pelan, “Binatang peringkat tiga…”
Ia tahu apa artinya — kekuatan setara dengan seorang kultivator Alam Surga tingkat awal.
Binatang itu menundukkan kepalanya, siap menyerang.
Tapi bukannya mundur, Qin Shan justru menarik napas dalam dan menatap binatang itu tajam.“Pas sekali… kau akan jadi lawan pertamaku hari ini.”
Babi itu meraung keras dan langsung menerjang.
BOOOM!
Tanah bergetar. Qin Shan menangkis dengan tangan kosong, tapi kekuatan lawan membuat tubuhnya terlempar ke belakang, menabrak pohon besar hingga batangnya retak.“Ugh!” ia meringis, darah menetes dari sudut bibirnya.
Dari kejauhan, suara ibunya tiba-tiba terdengar samar — seperti gema dalam kepalanya.
“Jangan terburu-buru, Shan’er. Rasakan irama serangan lawanmu…”Ia menarik napas panjang. “Baik, Ibu… aku akan menenangkan pikiranku.”
Binatang itu kembali menyerang.
Kali ini, Qin Shan memusatkan energi ke tinjunya, tubuhnya bersinar samar — urat-urat menegang seperti baja.“Fisik Dewa Perang, tingkat dua!”
Ia berlari cepat, menghantam sisi kepala babi itu dengan pukulan.
CRACK!
Babi Hutan Baja meraung, tubuhnya terguncang mundur.Tapi serangannya berikutnya jauh lebih ganas. Hewan itu menghantamkan taring baja besar ke arah Qin Shan.
Anak itu sempat mengelak, tapi satu taring masih menggores sisi perutnya.
Darah mengalir. Ia terhuyung, tapi matanya tak gentar.“Argh… sakit juga,” desisnya. “Tapi aku tak akan kalah.”
Ia menatap luka di perutnya. Darah itu bukan hanya luka — darahnya bercampur kilatan petir kecil, seolah energi naga petir di tubuhnya bereaksi terhadap rasa sakit.
“Aku bisa merasakannya… garis darahku bereaksi.”
Tubuh Qin Shan mulai memancarkan cahaya petir biru. Suara desis mengiringi setiap hembusan napasnya. Ilusi naga kecil muncul samar di punggungnya.
Babi itu menatap dengan rasa takut dan amarah bercampur.
Qin Shan mengepalkan tinjunya.“Sekarang… lihat ini!”
Ia melompat ke udara dan berteriak,
“Tinju Harimau Guntur!”BOOOOM!!!
Pukulan itu disertai kilatan petir, menghantam kepala Babi Hutan Baja dengan keras. Tulang retak, tanah berguncang, dan binatang buas itu terlempar sejauh belasan meter sebelum tubuhnya ambruk tak bergerak.
Qin Shan terhuyung, lututnya gemetar, tapi senyum puas merekah di wajahnya.
“Benar… aku bisa melawan binatang peringkat tinggi sekarang. Dengan tubuh kecil ini… aku bisa mengalahkan musuh Alam Surga.”Ia berjalan pelan mendekati bangkai binatang itu, lalu menepuk dadanya.
“Terima kasih, kau lawan yang tangguh.” Kemudian ia menusuk dada hewan itu dengan belati kecil, mengambil Kristal Inti Binatang yang berisi energi spiritual pekat.“Inti ini bisa kugunakan untuk memperkuat aliran Qi-ku nanti.”
Ia juga memotong sebagian daging binatang itu dan memasukkannya ke kantong kulit.Namun sebelum pergi, ia menatap punggung tangannya yang sedikit bergetar.
“Fisik Dewa Perang memang luar biasa… tapi penggunaannya menguras tubuhku. Aku masih harus memperkuat tulang dan meridian lagi.”Sore menjelang ketika ia akhirnya sampai di desa. Langit mulai memerah, dan suara ayam jantan terdengar dari kejauhan.
Begitu sampai di halaman rumah, ibunya langsung keluar dengan wajah cemas.
“Shan’er! Dari mana saja kau seharian? Ibu hampir pergi mencarimu!”
Su Lian menatap tubuh anaknya yang kotor, penuh darah dan debu.Qin Shan hanya tersenyum lelah.
“Maaf, Bu… aku tadi masuk ke hutan belakang. Aku menemukan tanaman herbal dan… ini hasil buruan.” Ia menurunkan kantong kulitnya. Daging babi hutan sebesar lengan manusia terguling keluar.Mata Su Lian membulat.
“Shan’er! Kau… kau melawan binatang buas sendirian?!”Qin Shan menggaruk kepalanya. “Hehe… cuma binatang peringkat tiga, Bu. Tidak terlalu sulit.”
“Tidak sulit katamu?” Su Lian menatap luka di perut anaknya dan nyaris menangis. “Lihat dirimu! Kau terluka parah!”
Qin Shan buru-buru memeluk ibunya. “Ibu jangan marah. Aku baik-baik saja, sungguh.”
Su Lian terdiam beberapa saat, lalu menepuk punggung anaknya dengan lembut.
“Anak ini… sama keras kepalanya seperti ayahmu.”“Kalau aku tidak keras kepala, aku takkan jadi kuat, Bu.”
Mereka berdua tertawa kecil.Malam itu, aroma daging panggang memenuhi rumah kecil mereka.
Qin Shan membantu ibunya menyalakan api dan memanggang daging hasil buruannya. Sementara itu, Su Lian mencampur beberapa daun herbal ke dalam rebusan kecil.“Ini untuk mempercepat pemulihanmu,” katanya sambil tersenyum. “Rasanya mungkin aneh, tapi efeknya bagus.”
Qin Shan mencicipi sedikit. “Hmm… pahit sekali!”
Su Lian tertawa pelan. “Namanya juga obat.”
Mereka makan dengan lahap.
Bagi mereka, daging binatang buas bukan hanya makanan, tapi juga sumber energi untuk memperkuat tubuh.“Ibu,” kata Qin Shan sambil menatap api. “Kalau aku sudah cukup kuat, aku ingin pergi keluar desa. Aku ingin mencari tempat yang bisa mengajarkanku hal-hal baru.”
Su Lian terdiam, lalu menatap anaknya dengan mata lembut.
“Kalau saatnya tiba, Ibu tidak akan melarangmu. Tapi sekarang… tetaplah di sini dulu. Bangun kekuatanmu perlahan.”Qin Shan tersenyum dan mengangguk.
“Baik, Bu.”Setelah makan malam, ia membantu membersihkan meja, lalu berbaring di ranjang.
Suara jangkrik di luar rumah menemani malam itu.Sambil menatap atap bambu, ia bergumam pelan,
“Besok aku harus masuk ke hutan lagi. Masih banyak herbal dan binatang yang bisa kulatih melawannya… Aku harus terus maju.”Dan di bawah cahaya bulan pucat, kilatan petir samar terlihat di matanya — tanda bahwa garis darah naga petir dalam tubuh Qin Shan perlahan bangkit.
Ledakan cahaya itu datang begitu cepat hingga Qin Shan tak sempat menarik napas. Dalam sekejap, seluruh lembah tertelan cahaya biru menyilaukan. Angin berputar liar, mengangkat debu dan batu seperti badai.Ia melompat mundur, berusaha mengaktifkan formasi pelindung di tubuhnya. Tapi sebelum segelnya terbentuk, cahaya itu menelannya bulat-bulat.Suara petir meledak di telinganya—panjang, berat, dan terasa seperti menggetarkan tulang. Lalu semuanya hening.Ketika kesadarannya kembali, ia berdiri di tempat yang tidak lagi sama.Langit di atasnya bergulung seperti kabut berlapis petir. Tanah di bawah kakinya adalah dataran gelap berwarna keperakan, memantulkan bayangan dirinya sendiri. Tak ada angin, tak ada suara. Hanya dengung halus dari udara yang bergetar oleh energi.“Dimensi buatan…” gumamnya pelan. Ia menunduk, menyentuh tanah. “Stabilisasi energi petir tingkat tinggi. Mirip teknik segel ruang yang digunakan oleh Bai Chen.”Jantungnya berdetak lebih cepat. Semua ini terasa terlalu
Pagi itu udara di kota perbatasan terasa lebih berat dari biasanya. Awan kelabu menggantung rendah, menyelimuti atap-atap rumah yang berdebu. Qin Shan berjalan di sisi kiri jalan bersama Yue Ling, langkahnya tenang tapi matanya tajam mengamati setiap sudut.Kertas kecil di tangannya kini telah menjadi beban pikiran yang terus berputar sejak semalam.“Jika kau ingin bertemu Bai Chen, datanglah ke reruntuhan Lembah Angin Tersembunyi. Tapi jangan membawa siapa pun selain dirimu.”Tulisan itu terlalu rapi untuk sekadar jebakan murahan. Dan simbol formasi petir biru di ujungnya—terlalu spesifik untuk diabaikan. Simbol itu hanya digunakan oleh kelompok yang menguasai formasi tingkat tinggi dari wilayah selatan.“Masih yakin mau datang?” tanya Yue Ling pelan. “Kalau ini jebakan, kita bisa kehilangan nyawa.”Qin Shan menatap lurus ke depan, suaranya datar. “Justru karena itu aku harus datang. Jika benar Bai Chen masih hidup, maka seseorang sedang berusaha mempermainkan kita.”Mereka berbelok
Pagi itu, kabut tipis masih menggantung di atas pasar kota perbatasan. Qin Shan menatap gulungan kertas di tangannya—pesan dengan simbol petir biru yang belum sempat ia buang sejak kemarin.“Lembah Angin Tersembunyi,” gumamnya pelan. Yue Ling menatapnya tajam. “Kau yakin mau pergi sendirian?” “Aku harus memastikan sendiri. Kalau Bai Chen benar-benar hidup, dia mungkin menunggu di sana.” “Dan kalau ini jebakan?” Qin Shan tersenyum tipis. “Maka orang yang memasangnya akan menyesal.”Ia menyimpan kertas itu ke dalam lengan jubahnya, kemudian melangkah pergi tanpa menoleh. Yue Ling hanya bisa menatap punggungnya hingga menghilang di antara kabut.Perjalanan menuju lembah memakan waktu setengah hari. Daerah itu sunyi, hanya angin lembut yang berhembus membawa bau lembab tanah tua. Di kejauhan, lembah itu tampak seperti luka di antara dua tebing, dikelilingi pohon berdaun merah tua yang tidak seharusnya tumbuh di tempat sekering ini.Begitu Qin Shan menjejakkan kaki di dalam, hawa spirit
Udara di luar lembah terasa berat. Sisa-sisa petir hitam dari pertarungan sebelumnya masih menggantung di langit barat, menandakan Mo Yuan belum sepenuhnya musnah.Qin Shan dan Yue Ling berdiri di puncak tebing kecil. Angin membawa aroma logam dan abu. Dari kejauhan, mereka bisa melihat kilatan cahaya merah di antara awan hitam—tanda bahwa sesuatu masih bergerak di dalam tubuh Mo Yuan.“Dia tidak akan menyerah,” ucap Qin Shan datar. Nada suaranya tenang, tapi matanya menyimpan kekhawatiran.“Lalu apa yang akan kita lakukan?” tanya Yue Ling pelan. “Kalau dia benar-benar bangkit, kita tidak mungkin melawannya dalam kondisi sekarang.”Qin Shan menatap cakrawala sejenak, lalu menarik napas panjang. “Kita mundur dulu. Aku perlu waktu untuk menstabilkan dantian dan menguatkan fisik dewa perangnya. Dunia Batu Semesta akan mempercepat pemulihanku.”Tanpa banyak bicara lagi, ia menutup matanya, memusatkan kesadaran jiwa, dan dalam sekejap tubuhnya lenyap dari tempat itu. Yue Ling mengikuti, me
Asap tebal memenuhi lembah. Batu-batu besar yang sebelumnya kokoh kini hancur berserakan. Bau ozon memenuhi udara akibat petir hitam yang baru saja menghantam tanah.Yue Ling berlari dengan wajah panik, tubuhnya berlumuran debu dan darah. “Qin Shan! Di mana kau?!”Tidak ada jawaban. Hanya suara batu yang runtuh dan desis petir yang belum sepenuhnya padam.Ketika debu mulai mengendap, matanya menangkap sebuah sosok di tengah kawah besar. Qin Shan berdiri setengah berlutut, tubuhnya penuh luka. Sebagian baju terbakar, darah menetes dari pelipis dan dada kirinya. Namun matanya masih terbuka, tajam seperti biasa.“Qin Shan!” Yue Ling berlari mendekat.“Jangan,” katanya lirih sambil menahan napas. “Jangan terlalu dekat.”Yue Ling terhenti. Dari jarak beberapa langkah, ia merasakan tekanan aneh yang menyelimuti Qin Shan—campuran antara aura petir dan energi hitam milik Mo Yuan yang belum sepenuhnya menghilang.“Kau terluka parah,” ucap Yue Ling, nada suaranya bergetar. “Kita harus segera ke
Debu reruntuhan belum sepenuhnya mereda saat Qin Shan berdiri tegak di tengah sisa paviliun. Udara masih bergetar akibat ledakan energi yang baru saja terjadi. Batu-batu besar di sekelilingnya hancur menjadi serpihan, dan tanah di bawahnya tampak seperti terbakar oleh petir.Ia menarik napas dalam-dalam. Setiap tarikan udara membawa rasa logam dan listrik.“Bagian dari Hati Langit, huh…” gumamnya pelan.Tubuhnya memang terasa berbeda. Energi spiritual di dalam dantiannya berputar jauh lebih cepat, tapi setiap aliran energi itu juga menimbulkan tekanan yang luar biasa. Seolah tubuhnya sedang berjuang menyeimbangkan sesuatu yang terlalu besar untuk ditampung manusia biasa.Ia menunduk dan melihat tangannya yang bergetar halus. Urat-urat biru keemasan tampak samar di bawah kulitnya — tanda bahwa energi Hati Langit belum stabil.“Kalau aku ceroboh sedikit saja, seluruh tubuh ini bisa meledak,” pikirnya.Langkah kaki terdengar dari belakang. Pria bertopeng yang tadi bertarung dengannya ber







