Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
Hhhh . . . hhh . . .hhhBai Lu terlihat berlari begitu cepat ketika ia berusaha untuk menghindari dari serangan para gumiho, yang sejak tadi tak pernah lelah untuk mengejarnya. Napasnya yang tersendat-sendat, membuatnya beberapa kali mulai terlihat kehilangan arah, dan hampir terjatuh beberapa kali, saat para gumiho itu berusaha untuk menangkapnya."Aishhhh, kenapa mereka masih saja terus mengejarku!!" Bai Lu terus saja berlari dan berusaha untuk menghindari kejaran dari para gumiho itu, di mana para gumiho atau siluman rubah berekor sembilan itu, secara terus-menerus mengejarnya tanpa lelah.Sambil melirik ke arah belakang beberapa kali, Bai Lu semakin mempercepat langkah kakinya."Tinggalkan aku sendirian!!" teriaknya begitu keras hingga membuatnya tanpa sengaja tersandung sebuah batu besar yang berada di depannya, dan terjatuh tepat di atas tanah yang penuh dengan genangan air.Brukkk . . . Bai Lu terjatuh menelungkup di atas tanah berair itu. Seluruh tubuhnya basah kuyup, wajahnya
"Tidakkkkk!!!" teriak Bai Lu yang langsung terbangun dan terbatuk secara mendadak."Yuram~ah, kau baik-baik saja?" tanya seorang pria yang duduk di sampingnya, dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu khawatir.Bai Lu tampak sangat terkejut. Saat terbangun, ia mendapati seorang pria berambut putih yang begitu panjang, duduk di sampingnya seraya menatapnya dengan tatapan mata yang terlihat khawatir juga sedih."Siapa kau? Dan, di mana aku sekarang?" Bai Lu kembali berteriak sambil mengedarkan pandangan matanya."Yuram~ah, kau tidak sadarkan diri selama 3 hari. Aku begitu terkejut ketika kau tenggelam di Lembah Air terjun suci, saat menghadapi Dalgyal Gwishin. Ku kira, kau tak akan kalah begitu saja olehnya. Ternyata, kau malah tumbang selama 3 hari," katanya menjawab."Dalgyal Gwishin? Yuram? Siapa pula mereka?" Bai Lu mengulang apa yang dikatakan si pria berambut putih panjang itu dengan bingung."Yuram~ah? Apa kau hilang ingatan?" Pria berambut putih itu kembali bertanya dengan sua
Bai Lu keluar dari goa dan mengikuti ke mana Lee Gon juga Ling Fei pergi dari arah belakang."Apa ini di Dinasti Joseon?" tanya Bai Lu kepada Lee Gon dan juga Ling Fei."Menurutmu?" Lee Gon kembali menakut-nakuti Bai Lu dan menodongnya kembali dengan menggunakan pedang Abadi miliknya.Pedang Abadi milik Lee Gon adalah sebuah senjata legendaris. Pedang ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai simbol kekuasaan dan keadilan. Pedang Abadi memiliki bilah yang terbuat dari logam yang sangat kuat dan tajam. Bilahnya dilapisi dengan warna biru yang indah, memberikan kesan yang misterius dan magis. Pegangan pedang juga ini terbuat dari bahan yang kuat dan nyaman digenggam.Lee Gon memang memiliki hak istimewa untuk menggunakan Pedang Abadi ini. Pedang ini memberinya kekuatan untuk melawan kejahatan dan menjaga keamanan dunia. Ia menggunakan pedang ini dengan keahlian dan keberanian untuk melawan musuh-musuhnya, dan melindungi orang-orang yang dicintainya.Pedang Abadi milik L
“Ling Fei, awas!” teriak Lee Gon yang langsung menghunuskan pedang Abadi miliknya ke arah wajah para Cheonyeo Gwisin dengan sekali tebasan, “sial, kenapa mereka tak ada habisnya?”“Mereka semakin banyak, Lee Gon.” Ling Fei terlihat begitu sibuk melindungi dirinya dari para Cheonyeo Gwisin yang semakin banyakberdatangan, serta mencoba untuk menyerangnya dengan lilitan rambut mereka yang tajam, dan cakaran kuku mereka yang seperti api.“Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang, Ling~ah. Bagaimana caranya agar kita bisa memusnahkan para Cheonyeo Gwisin itu?” Lee Gon juga terlihat sibuk dan begitu kewalahan saat ia berusaha menghunuskan pedang Abadinya ke arah wajah para hantu perawan itu.“Ada satu cara Gon~ah!” seru Ling Fei dengan wajah yang terlihat serius, namun ia seperti sedang memikirkan sesuatu hal.“Apa itu?”Ling Fei menatap wajah Bai Lu yang berada di udara dengan sorotan matanya yang menyipit, hingga membuat Lee Gon juga mengikuti arah ke mana mata Ling Fei memandang.“Apa
“Choi Bai Lu ?” Ling Fei begitu terkejut saat Bai Lu memberi tahukan nama aslinya.Ling Fei dan juga Lee Gon saling beradu pandang. Mereka tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan kembali mendengar nama Bai Lu, setelah hampir 200 tahun lamanya tak mendengar nama itu lagi.“Kenapa? Ada yang salah dengan namaku?” Bai Lu menatap Ling Fei dan Lee Gon silih berganti.“Tunggu, bisa kau ceritakan kepada kami, kenapa kau bisa terjebak di dalam tubuh Yuram?” Ling Fei terlihat sangatlah penasaran, karena menurutnya ini sangatlah aneh.Bai Lu pun mulai menceritakan kisahnya kepada Ling Fei dan juga Lee Gon. Mulai dari siapa dia sebenarnya, menceritakan soal pertama kali ia bermimpi tentang gumiho, air terjun suci, soal tatto huruf tagalog yang berwarna biru tua, hingga ia terjebak di Dinasti Joseon.“Tatto? Boleh aku melihat tattomu itu?” tanya Ling Fei terlihat penasaran.“Tentu, dengan senang hati.”Bai Lu langsung memperlihatkan sebuah tatto berwarna biru tua yang berada di bahu kirinya