Teman-teman, jangan lupa bantu penilaian bintangnya ya. hehe, terimakasih sudah setia membaca karyaku yang tak seberapa ini, aku harap, setiap kata yang aku tuliskan dapat menghibur kalian semua, ya.
"Kak, aku membawakan mu makanan," ujar Qin Yao, ia baru saja masuk ke dalam rumah yang di tempati oleh Chen Xuan, membawa makanan untuk Chen Xuan. Saat itu, Chen Xuan tengah duduk di atas lantai di tengah ruangan dengan kedua kakinya yang menyilang. Selama delapan hari, setelah pertarungan melawan Tuo Hu, ia tidak pernah bersantai sedikitpun. Chen Xuan menyadari kesenjangan tingkatan ranahnya, walaupun ia mempunyai Ranah Ekstrim, tetapi ia baru saja menginjak tingkatan ranah kedua Ranah Ekstrim yang di sebut sebagai Jalan Pedang, untuk ranah ekstrim seorang pendekar pedang. Namun, walaupun saat itu Dewa Api Chen Huo berkata bahwa jalan pedang Chen Xuan adalah jalan pedang darah, tetapi sampai saat ini, Chen Xuan belum juga memahami konsepsi tentang jalan pedangnya sendiri. Terlebih lagi ia belum sepenuhnya menguasai elemen darahnya. Selama pelatihannya di saat menjadi Murid Sekte Awan Biru, ia hanya tahu bahwa dirinya adalah seorang praktisi elemen petir. Selama itu, ia hanya menge
"Aku rasa, ini sudah cukup!" suara itu terdengar sangat dingin, tetapi suaranya menggema di langit Sekte Iblis Surgawi. Di saat pedang besar yang mengerikan itu hendak membelah tubuh Tuo Hu, Qin Feng tiba-tiba muncul, ia melayang di udara, tepat di bawah pedang besar milik Chen Xuan. Satu tangan Qin Feng berada di punggung, tersembunyi di balik jubah hitamnya, tetapi satu tangannya terangkat, dan hanya menggunakan ujung telunjuknya saja, Qin Feng dapat menahan pedang besar jatuh itu, bahkan jurus pedang Chen Xuan pun seketika di patahkan. Duar! Ledakan yang sangat dahsyat terjadi di langit Sekte Iblis Surgawi, dampak benturan dari pedang jatuh dengan telunjuk Qin Feng, membuat dentuman besar, menghempaskan udara dengan sangat kuat, bahkan beberapa bangunan hancur terkena hempasan udara yang kuat. Chen Xuan yang melihatnya pun sangat begitu terkejut, di buat tidak percaya. "Ternyata ... seperti inilah kekuatan seorang Praktisi Kaisar Tempur yang sesungguhnya!" ujar Chen Xuan,
"Ingin membunuhku?" kata Tuo Hu, sembari mengerenyitkan alisnya, "Seorang bocah tak tahu diri, yang hanya berada pada tingkatan ranah Penempaan Tubuh, ingin membunuhku? Ha haa!" sambung Tuo Hu, berbicara dengan sangat sombong, dan ia pun tertawa dengan suaranya yang lantang."Tuo Hu! Sebaiknya kau segera pergi!" gertak Qin Yao, memberi sebuah peringatan tidak langsung."Ha haa!"Bukannya mendengarkan perkataan Qin Yao, Tuo Hu lekas tertawa semakin keras."Ternyata— seorang bocah tak tahu diri dari ajaran suci ini ... hanya bisa bersembunyi di balik perlindungan seorang wanita, memalukan!" ucap Tuo Ho, mencibir keras penuh ejekan.Membuat Qin Yao semakin marah. Satu tangannya pun terangkat tinggi, menunjuk tajam ke arah Tuo Hu. Kedua matanya memelototi Tuo Hu. "Lan ... cang,...!"Perkataan Qin Yao terpotong, tepat di saat kilatan petir hitam merah berkelebat di udara.Chen Xuan tidak peduli akan dirinya yang berada di mana saat itu. Chen Xuan menggunakan langkah kilatnya, bergerak deng
"Bertahanlah! Ini mungkin akan terasa begitu menyakitkan." ujar Dewa Pedang Api Chen Huo sembari memasukan setetes darah orange itu yang masuk melalui dahi Chen Xuan. Chen Xuan pun tersenyum dan mengangguk, ia telah siap untuk segalanya. Perlahan setetes darah itu masuk melalui dahi nya. Namun baru saja darah itu memasuki tubuhnya dan bercampur dengan darah sejatinya, rasa sakit itu seolah-olah tubuhnya seperti akan meledak. "Aahh!" Chen Xuan histeris menahan rasa sakit ya g bergejolak di dalam tubuhnya. Tangannya bergerak cepat, segera membentuk segel tangan. Cahaya cemerlang nyala padam di dahinya, bahkan terlihat tato klan Chen dengan pola api mulai terbentuk, hanya saja masih sangat lemah. Di saat Chen Xuan menghadapi kesulitan dalam menggabungkan tiga darah yang berbeda, tiba-tiba ia kembali mengingat sosok Duan Mu, mengingat kenangan bersama orang tuanya, segala tujuan dan janji yang belum terlaksana, membuat Chen Xuan terus bertahan hingga saat ini. "Rasa sakit ini, tid
"Dasar sampah! Kau selalu saja tidak bisa menunjukan rasa hormatmu terhadapku!" maki pria paruh baya itu dengan keras terhadap Chen Yan. "Hehehe! Maaf, maaf, aku tidak akan begitu lagi, leluhur!" kata Chen Yan sembari tertawa kecil. Chen Xuan yang melihat itupun di buat tidak percaya. Bahkan sosok leluhur Chen Yan, yang di juluki sebagai Dewa Pedang Api itu nampak lemah di hadapan pria berambut putih itu. Membuat Chen Xuan sangat begitu penasaran, siapa sosok itu sebenarnya, dan kenapa dia berada di lautan jiwa Chen Xuan. Saat itu, pandangan pria berambut putih kembali tertuju kepada Chen Xuan. Menatapnya dengan sangat serius, membuat Chen Xuan merasakan ketakutan di dalam hatinya. Namun, Chen Yan kembali tertawa dengan suaranya yang sangat lantang. "Ha haa! Sudahlah leluhur, jangan menyakiti bocah Chen itu lagi." kata Chen Yan. Mendengar perkataan Chen Yan, membuat Chen Xuan menjadi tenang, dan ia tidak dapat untuk tidak menghirup nafasnya dalam-dalam, merasa lega. Chen X
"Chen Xuan! Berani sekali kau melakukan kejahatan di dalam Sekte!" teriak Wu Zhi, satu tangannya terangkat menunjuk tajam ke arah Chen Xuan. Tetapi Chen Xuan tetap tenang, kedua tangan menyilang di dadanya, bahkan segaris senyumnya masih menggantung di bibirnya. "Kejahatan? Apa aku tidak salah dengar? Bukannya kalian yang menggangguku terlebih dahulu, kan? Aku rasa ... aku hanya membela diri!" ujar Chen Xuan dengan sinis. Prok! Prok! Prok! Murid Senior dengan jirah hitam itu bangkit dari tempatnya bermeditasi, di atas batu hitam yang menjulang tinggi ke langit. Biasanya itu hanya bisa di gunakan oleh mereka murid-murid pilihan para Tetua sekte. ia bertepuk tangan sembari menunjukan raut wajahnya yang sombong. Dia adalah Tuo Hu— 21 tahun, seorang praktisi tingkatan ranah Raja Tempur bintang 8, hanya tinggal selangkah lagi untuk dirinya menerobos tingkatan ranah Kaisar Tempur. Bahkan, ia juga di nobatkan sebagai calon penerus kedudukan Tetua Muda Sekte Iblis Surgawi. "Cukup berani!