Share

Bab 3_ Mengambil Sisa Kehormatan

Keadaan pria dengan penutup wajah itu semakin terdesak. Pedangnya yang melintang menahan pedang lawan, kini telah mengenai lehernya. Bercak merah pun mulai mencuat. Darah segar perlahan menuruni leher itu. "Aku tidak kuat lagi," batinnya dengan napas tertahan. Tangannya sudah tidak sanggup lagi menahan dorongan pedang lelaki botak.

Akhirnya, sebuah erangan panjang terdengar menyusul suara daging yang terkoyak. "Argh ... !"

*Beberapa saat sebelumnya

Sosok yang berdiri di atas atap bukannya melarikan diri, justru melompat ke bawah. Ia berjalan perlahan menghampiri lelaki yang meneriakinya sebagai penyusup. Tatapan matanya yang merah saga begitu tajam setengah memelotot, memancarkan amarah yang mencapai puncaknya. Aura membunuh yang kuat melingkupi pria itu.

Rahang lelaki botak mengeras. Jari-jarinya mencengkeram kuat pegangan pedang yang masih berada di dalam selongsongnya. Dengan sangat lantang ia mengumpat, "Kurang ajar!" Suara pedang yang ditarik dengan kasar pun terdengar. Tampak sebilah pedang yang melengkung dengan gerigi tajam di satu sisi terayun dengan lincah ke arah pria misterius. 

Tanpa diduga, gerakan pria misterius tidak kalah lincah. Ia bisa menghindari tebasan pedang lelaki botak nyaris tanpa kendala. 

Hal itu menyulut amarah lelaki tambun yang berjongkok di samping rekannya yang sekarat. Ia pun melemparkan pisau kecil yang dicabut dari dada lelaki berambut perak ke arah pria misterius. Namun, kedua matanya langsung terbelalak melihat pria misterius menghentikan pisau itu hanya dengan jari tengah dan telunjuk. Kening lelaki tambun bertaut memikirkan identitas penyusup itu. "Siapa dia sebenarnya?" benaknya.

Lelaki tambun menggertakkan gigi-giginya. Darahnya seperti mendidih. Ia pun beranjak dan melesat cepat menghampiri pria misterius yang tengah beradu pedang dengan lelaki botak.

Sementara dua penjaga tersita perhatiannya oleh pria misterius, seorang bocah laki-laki tampak berjalan mengendap menuju meja tempat kepala Xiu Jian diletakkan. Seperti pria misterius, bocah itu juga mengenakan pakaian serba hitam. Ia mengambil karung yang ada di bawah meja. Dengan cepat bocah tersebut mengangkat kepala Xiu Jian dan memasukkannya ke dalam karung. Ia memeluk karung itu erat-erat dan berlari meninggalkan meja. Ia kembali menenggelamkan diri ke dalam semak-semak.

Bocah itu sampai bisa mendengar detak jantungnya yang kencang. Ia duduk berjongkok dengan tatapan lekat ke arah pertarungan tiga lelaki. Tiba-tiba kedua mata bocah itu membulat dan berkaca-kaca. Ia memandang ngeri darah segar yang mengalir dari lengan kanan pria misterius usai menerima tebasan pedang lawan.

"Argh!" Tak lama berselang erangan rendah kembali terdengar dari pria misterius ketika lengan kirinya robek terkena pedang bergerigi. Dalamnya luka sayatan itu bahkan sampai membuat pedangnya terlepas dari tangan.

"Hahaha, jangan harap kau bisa mendapatkannya!" seru lelaki tambun sembari menendang tangan pria misterius saat berusaha meraih pedangnya dari tanah. Ia mencebik ketika pedang itu berada dalam genggamannya.

Sadar bahwa situasinya semakin buruk, pria misterius pun melompat tinggi dan menghentakkan kakinya ke kepala lawan secara bergantian. Ia melakukan rol ke depan dan mendarat tepat di samping lelaki berambut perak.

"Hebat!" batin bocah laki-laki. Seutas senyum terkembang di balik kain hitam yang menutupi wajahnya.

"Kepar*t!" umpat lelaki botak melihat lawan mengambil pedang yang tersarung di samping pinggang pria berambut perak.

"Berani kau?!" teriak lelaki tambun ketika pria misterius memenggal kepala rekannya yang sudah tidak bernyawa. Ia dan lelaki botak pun berlari memangkas jarak dan mengayunkan pedang ke badan pria misterius. Suara dentingan pedang lekas memekak, memecah keheningan malam.

Tidak disangka, dengan kedua lengan yang terluka, pria misterius justru menjadi semakin menggila. Ayunan pedangnya terasa lebih berat dan bertenaga. Dalam hatinya, pria itu bertekad untuk memenangkan pertarungan. "Aku tidak akan membiarkan Zhang Jian melewati semuanya sendiri!"

Benar, pria misterius itu tidak lain adalah Li Min. Ia harus merebut kepala Xiu Jian demi kehormatan sang guru dan sektenya yang telah hancur. Li Min yang berdiri di antara dua pendekar sekte aliran hitam tidak gentar sedikit pun. Ia mengayunkan pedangnya ke arah lelaki tambun, selagi kaki kanannya menendang lelaki botak yang hendak menyerang.

"Argh!" Kali ini lenguh rendah berasal dari lelaki tambun yang bagian depan bajunya robek terkena pedang. Ia menggerayangi dadanya yang terasa perih. Noda merah pun lekas melekat pada telapak tangannya. Belum sampai lelaki itu mengangkat kembali pedangnya, sebuah belati tertanam dalam-dalam di dadanya sebelah kiri. Ia pun jatuh berlutut dengan mata terbuka lebar, sebelum akhirnya ambruk tengkurap.

Hal itu membuat Zhang Jian mengembuskan napas panjang. Kelegaan yang sempat mangkir darinya, perlahan mulai kembali. Kendatipun ia tidak ikut bertarung, napasnya turut tersengal saat melihat Li Min sempat terpojok. Akan tetapi, belum lama sesak di dadanya menyusut, bulir keringat mendadak mencuat dari keningnya.

Li Min jatuh ke belakang setelah tendangan keras mendarat di dadanya. Lelaki botak langsung memangkas jarak, tidak memberi kesempatan pada Li Min untuk berdiri. 

Berkali-kali Li Min menggunakan pedangnya untuk menahan tebasan pedang lawan. Sampai akhirnya ada celah baginya untuk mengayunkan pedang ke kaki lelaki botak. Meski lawan sempat melangkah mundur, serangannya yang mendadak membuat lelaki itu terlambat menghindar. Ujung pedang Li Min menghantam tulang keringnya sebelah kiri.

Lelaki botak mendengkus, merasakan perih dan nyeri yang menyergap kakinya. Dengan kaki berdarah dan pincang, ia kembali menyerang. "Kau harus mati!" ujarnya dengan gerakan pedang yang lebih agresif. 

Lelaki botak memaksa Li Min melangkah mundur. Sampai akhirnya tidak ada tempat lagi bagi Li Min untuk mengambil jarak lantaran punggungnya telah membentur tembok.

"Pergilah ke neraka!" pekik lelaki botak sambil melayangkan pedangnya kuat-kuat dari atas ke bawah, seolah ingin membelah tubuh Li Min.

Lagi-lagi Li Min menggunakan pedangnya untuk menangkal serangan, hingga memunculkan suara benturan yang sangat keras. Kedua pedang yang beradu itu membentuk tanda tambah.

Lelaki botak menggertakkan giginya. Ia mengerahkan seluruh kekuatan untuk mendorong pedangnya. 

"Kak Li Min ...." kata Zhang Jian dalam diam. Matanya memandang ngeri pedang Li Min yang terus terdorong dan hanya berjarak satu jengkal dari leher sang kakak. Ia ragu, Li Min akan mampu menahan pedang itu lebih lama dengan kedua lengan yang koyak. Sekilas terbesit dalam ingatan Zhang Jian pesan yang disampaikan Li Min, "Kalau terjadi hal buruk padaku, selamatkan dirimu. Lari secepat yang kau bisa!"

Keadaan pria dengan penutup wajah itu semakin terdesak. Pedangnya yang melintang menahan pedang lawan, kini telah mengenai lehernya. Bercak merah pun mulai mencuat. Darah segar perlahan menuruni leher itu. "Aku tidak kuat lagi," batinnya dengan napas tertahan. Tangannya sudah tidak sanggup lagi menahan dorongan pedang lelaki botak.

Akhirnya, sebuah erangan panjang terdengar menyusul suara daging yang terkoyak. "Argh ... !"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tukang nulis
ga jelas.. yang terbunuh tadi siapa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status