Teriakan dari Li Min sudah barang tentu mengejutkan Xiu Zhangjian. Bocah itu pun langsung berdiri dan turut memutar badannya. Mata coklat tuanya menangkap sesosok lelaki yang seluruh rambutnya ditumbuhi uban. "Paman Feng!" Tanpa pikir panjang Xiu Zhangjian berlari menghampiri dan memeluk lelaki paruh baya yang hanya berdiri terpaku.
Lelaki itu adalah Feng Yin, ketua dari Sekte Harimau Putih, yang tidak lain adalah sahabat karib dari Xiu Jian. Setiap pagi pascamalam berdarah di Boushan, Feng Yin selalu datang ke desa itu untuk mengenang sahabatnya. Siapa mengira jika hari ini ia melihat putra dan murid kesayangan Xiu Jian masih hidup?
Feng Yin yang semula berdiri, kini berlutut agar bisa sejajar dengan Xiu Zhangjian. Ia mendekap tubuh kecil itu erat seolah tidak akan melepaskannya lagi. "Ka-kau masih hidup," lirihnya sembari mengusap rambut Xiu Zhangjian dengan tangan bergetar.
Melihat hal itu, Li Min mengembuskan napas panjang hingga pundaknya sedikit turun. Ia mendekat dan membungkukkan badan. "Aku memberi hormat pada Tuan Feng."
"Li Min ... bagaimana kalian bisa selamat?" Feng Yin masih tidak percaya pada penglihatannya. Ia bahkan sempat mengira bahwa dirinya sedang berhalusinasi karena terlalu memikirkan kematian Xiu Jian.
"Saat itu kami-"
Belum sampai Li Min menyelesaikan kalimatnya, Feng Yin yang tatapannya menjadi dingin berkata, "Kalian harus ikut denganku sekarang juga!" Ia menoleh ke kanan dan kiri sesaat, lalu menggendong Xiu Zhangjian dan membawanya pergi tanpa menjelaskan apa-apa. Li Min pun mengikutinya tanpa bertanya.
Setelah beberapa saat Feng Yin menghentikan langkahnya di depan sebuah bangunan besar dengan dinding menjulang tinggi. Pada bagian depan tak jauh dari pintu gerbang, terdapat papan nama besar bertuliskan 'Markas Sekte Harimau Putih'.
Tepat sekali, Feng Yin memang mengajak Xiu Zhangjian dan Li Min ke markas sektenya. Namun, ketika Feng Yin mendorong pintu gerbang, mata Li Min terbelalak melihat apa yang ada di dalamnya.
Xiu Zhangjian memejamkan matanya erat-erat mendapati puluhan mayat tergeletak di mana-mana. Di usianya yang masih belia, manik coklat tuanya berkali-kali lmenyaksikan kekejian yang tidak semestinya dilihat.
Feng Yin dengan sigap membenamkan wajah Xiu Zhangjian di pundaknya selagi ia berjalan melewati mayat-mayat itu. "Tetap tutup matamu sampai aku menurunkanmu," bisiknya.
Feng Yin memasuki sebuah ruangan diikuti Li Min yang tetap diam. Ketua Sekte Harimau Putih itu mendudukkan Xiu Zhangjian di atas kursi. "Aliansi Gongliao menyerang semua sekte aliran putih yang memiliki kedekatan dengan sekte kalian," ucapnya sembari menatap Xiu Zhangjian dan Li Min secara bergantian. Ia lantas mencondongkan badannya dan berbisik, "Mereka mencari pencuri kepala Xiu Jian."
Li Min menelan ludah dan menoleh ke arah Xiu Zhangjian yang juga menoleh padanya. Ia tahu bahwa tindakannya mengambil kepala sang guru akan membuat Aliansi Gongliao marah. Namun, ia tidak pernah menduga jika mereka akan semurka itu hingga nekat menyerang sekte aliran putih lain.
"Mereka memberi waktu pada kami hingga petang nanti. Jika dua pencuri yang diketahui terdiri dari bocah laki-laki dan seorang pemuda itu tidak kunjung ditemukan, mereka akan kembali menyerang. Tanpa ampun!"
"Tu-tuan Feng, sebenarnya yang mencuri kepala itu adalah-"
"Kalian." Sebuah napas kabur dari mulut Feng Yin usai memotong ucapan Li Min. "Sudah sepantasnya kalian melakukan itu. Sekarang, kita harus menyelesaikan semuanya."
***
Seorang lelaki bertubuh kekar tampak semakin berwibawa di atas kursi singgasananya. Rahangnya mengeras selagi matanya menatap lekat ke arah pintu. Beberapa orang yang ada di sana hanya diam dengan wajah menyimpan cemas.
"Mereka sudah datang, Yang Mulia," lapor seorang kasim dengan tubuh bergetar. Tidak ada tanggapan apa pun. Lelaki dengan mahkota keemasan di kepalanya hanya mengetuk-ngetukkan kuku pada pegangan kursinya.
Sesaat kemudian, seorang lelaki berambut putih sempurna memasuki ruangan dengan menggandeng bocah lelaki. Di belakangnya ada dua lelaki dengan beberapa bekas luka sayat di wajahnya. "Feng Yin memberi hormat pada Kaisar Huang."
"Bangunlah! Tunjukkan padaku mayat mereka!" perintah Kaisar Huang tanpa basa-basi. Sejak mendengar laporan bahwa dua buronan yang ia inginkan telah tertangkap dan mati, Huang Fu masih tidak percaya sebelum melihat sendiri mayat keduanya.
Feng Yin pun memberi isyarat pada dua anggotanya untuk membawa masuk apa yang diinginkan Huang Fu. Tidak butuh waktu lama, dua mayat lelaki sudah ada di tengah-tengah ruangan. "Mereka adalah murid dan putra dari Ketua Xiu Jian, pelaku pencurian kepala yang Yang Mulia cari. Aku menemukan mereka bersembunyi di Boushan," jelas Feng Yin membuat Xiu Zhangjian mendongakkan kepala, menatapnya.
Perkataan Feng Yin membuat ruangan itu menjadi sedikit gaduh sebab para anggota Aliansi Gongliao mulai berbicara satu sama lain. Tidak mau membuang kesempatan, Feng Yin membalas tatapan Xiu Zhangjian. Dengan suara rendah ia berbisik, "Tatap dan ingat wajah mereka semua, terutama lelaki yang memakai mahkota itu! Dialah orang yang membunuh ayahmu!"
"Lelaki itu ... pembunuh Ayah ..." batin Zhangjian dengan tangan mengepal. Binar di matanya digantikan dengan kilatan emosi membunuh yang kental. Dalam hati Zhangjian bersumpah, "Suatu hari nanti ... aku akan menggantung kepalanya di gerbang ibu kota!"
Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe
Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m
Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-
Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya
Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S
"Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k