Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Bab 2. Penculikan Warga Desa

Share

Bab 2. Penculikan Warga Desa

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2023-05-04 01:19:10

Lebat dan luasnya hutan belantara sejak dari lembah di lereng Gunung Sumbing, membuat Arya masih berada di kawasan hutan belantara itu.

Saat hari mulai gelap, barulah ia tiba di ujung hutan belantara itu. Namun, sungai besar berair keruh dan deras membuat Arya terdiam. Terlebih, ia menyadari bahwa gerimis telah turun. Hujan lebat akan menyusul.

Pemuda itu juga melihat tak satu pun ada bebatuan yang dapat diloncati untuk sampai ke seberang. 

“Untuk menyeberangi sungai besar, aku membutuhkan rakit," gumam Arya.

Melihat situasi yang tak memungkinkan, pemuda itu lantas memutuskan untuk bermalam di pinggir hutan itu.

Arya kemudian memilih sebuah pohon yang paling besar dan berdaun rindang untuk tempatnya bermalam.

Sebelum hari benar-benar gelap, ia telah mengumpulkan ranting-ranting kering untuk dijadikan api unggun di bawah pohon rindang menyerupai pohon beringin itu.

“Hemmm ... di sini, aku akan aman meskipun nanti hujan lebat turun tidak akan mengenai tubuhku dan juga api unggun itu,” kembali Arya bergumam sembari arahkan pandangan ke api unggun yang telah ia nyalakan itu.

Benar saja perkiraannya. Saat hujan mulai turun semakin lama semakin lebat, tak setetespun mengenai tubuhnya begitu pula ungunan api beberapa meter di depannya itu.

Hanya sesekali saja bias embun air hujan mengarah padanya dan juga api unggun itu akibat diterpa angin yang bertiup akan tetapi tak sampai membasahinya serta memadamkan api unggun di depan Arya.

Dapat dibayangkan betapa besarnya pohon yang menyerupai pohon beringin itu, untuk menyandarkan tubuhnya saja Arya tak perlu ke batangnya melainkan salah satu akarnya saja yang menjalar ke segala arah.

Beberapa kali petir pun melegar setelah terlebih dahulu terlihat percikan kilat di langit yang kelam, Arya baru dapat memejamkan kedua matanya dengan posisi tubuhnya masih bersandar ke salah satu akar pohon itu saat malam sudah cukup larut.

*******

Tak diketahui kapan api unggun yang dibuat Arya itu padam, yang jelas, begitu diam bangun saat sang fajar mulai menyingsing unggunan api yang tadi malam menyala kini tinggal arang dan debu saja.

“Hoaaaaaam, rupanya sudah pagi. sebaiknya aku mencari pohon bambu atau apapun itu yang dapatku jadikan rakit untuk menyeberangi sungai itu.” Arya berbicara sendiri, kemudian bangkit berdiri dan berjalan ke tepian sungai yang di tepi sungai itu juga rimbun berbagai jenis pepohonan.

Tak sebatang pohon bambupun yang ia jumpai di kawasan tepian sungai itu, hanya dua batang pohon pisang yang tak jelas tumbuhnya karena di tanam atau tumbuh sendiri yang pasti di sepanjang kawasan pinggiran sungai itu tak dijumpai satupun pemukiman atau dangau orang yang berladang.

Dengan dua batang pohon pisang itulah, Arya perlahan menyeberangi sungai yang besar berair keruh dan berarus deras itu.

Arya yang tak memakai pengayuh apa-apa itu cukup nampak kewalahan melawan derasnya arus.

Akan tetapi, ia berhasil juga tiba di seberang setelah Arya mengayuh rakit itu dengan kedua tangannya disertai tenaga dalam.

Di seberang sungai itu, kembali ia berhadapan dengan rimbunnya semak dan pepohonan yang tak telalu tinggi seperti pepohonan yang ia temui di hutan belantara.

Karena cukup lelah setelah melawan arus sungai dengan rakit yang hanya terbuat dari dua batang pohon pisang, Arya memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari mengitari pandangannya ke arah kanan dan kiri serta ke depan semak dan pepohonan itu siapa tahu ada buah-buahan yang dapat ia petik untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar.

“Tak satupun buah-buahan yang dapat aku makan untuk pengganjal perut, kalaupun di pinggiran seberang sungai ini banyak terdapat pohon pisang akan tetapi buahnya mentah semua. Sebaiknya aku lanjutkan perjalanan,” gumam Arya.

Baru beberapa langkah Arya berjalan menyibak semak di pinggiran seberang sungai itu, tiba-tiba saja ia dikejutkan akan suara yang berasal dari pinggiran hingga tengah-tengah sungai.

“Kraaaaak..! Kraaaak..! Duuuuum..! Byuuuuuuuur..!”

Suara semak dan pepohonan kecil tersibak dan patah lalu suara dentuman disertai percikan air.

Arya tentu secara reflek arahkan pandangannya ke suara aneh itu, seperti sesuatu yang bergerak dari tebing pinggiran sungai hingga berakhir dengan dentuman keras di tengah-tengah lubuk yang terdapat di sebelah kanan Arya berdiri sekitar 12 tombak jaraknya.

“Benda apa itu yang bergerak dari tebing lalu masuk ke dalam sungai?!” Arya berseru sendiri.

Saking cepatnya benda itu bergerak dan masuk ke dalam sungai tepat di tengah-tengah sebuah lubuk, Arya tak mengetahui wujudnya. Dia hanya nampak terbengong saja dengan sesekali mengaruk-garuk kepalanya mencoba menerka-nerka benda apakah itu, saat ia masih dalam rasa penasarannya menerka wujud dari benda itu tiba-tiba tak jauh di depannya terdengar suara teriakan yang seperti berasal dari segerombolan orang.

“Toloooong...! Ada penculikan...! Toloooooooong..!”

Mendengar teriakan itu, Arya kemudian hentakan kedua kaki melambung menaiki lereng tepian sungai itu.

Dalam sekejap, ia telah berada di atas tebing itu.

Tak beberapa lama tampak puluhan orang berlari sambil berteriak minta tolong dan berseru penculikan ke arah tebing di pinggiran sungai itu, Arya tentu saja menghampiri mereka.

“Apa yang terjadi kisanak, hingga kalian semua berteriak minta tolong? Siapa yang diculik?” tanya pemuda itu tenang.

“Salah seorang warga kami telah diculik dan di bawa ke dalam masuk ke dalam lubuk tengkorak itu..!” jawab salah seorang dari mereka.

“Penculikan salah seorang warga? Berarti tak jauh dari sini terdapat pemukiman desa?”

“Benar Kisanak, kami semua warga Desa Sedayu,” jelas yang lainnya panik.

Arya terdiam. Pemuda itu teringat ucapan sang guru mengenai sebuah tempat yang 'berbahaya'. “Lalu, di depan lubuk itu bernama lubuk tengkorak, bukan?”

“Betul Kisanak, lubuk terangker di kawasan sungai ini.” Kembali, salah seorang dari mereka menjawab.

Pemuda itu lantas menganggukan kepala. Pantas saja, warga di sini panik. Tempat penculikan begitu sulit digapai.

Namun, ada satu hal yang ingin dipastikan oleh Arya. “Kalau boleh tahu, kenapa penculik itu membawa salah seorang warga desa kalian ke dalam lubuk tengkorak itu?”

“Dia akan dijadikan budak oleh Ratu Siluman Buaya Putih.”

“Ratu Siluman Buaya Putih?!” Arya terkejut.

“Benar Kisanak, tetapi ...." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 460. Musnahnya Kerajaan Angkasa

    Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 459. Pertarungan Maut

    Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 458. Berkumpulnya Para Peri

    Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 457. Pulihnya Sang Pendekar

    “Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 456. Racun Raja Iblis

    “Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 455. Bertarung Dengan Batara Durja

    Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status