Beranda / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Bab 5. Istana Buaya Putih

Share

Bab 5. Istana Buaya Putih

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-04 01:19:37

Sepintas, jika dilihat dari atas tebing, lubuk tengkorak sama dengan lubuk-lubuk yang ada di sungai-sungai besar lainnya.

Permukaan airnya juga tenang dan lebih dalam tentunya sulit untuk melihat dasarnya. Terlebih, sungai itu saat ini keruh akibat hujan lebat di hulu yang membuat sungai itu makin besar.

Di atas permukaan lubuk itu, sesekali juga terlihat pusaran dan gelembung-gelembung air yang berasal dari dasar.

Sejauh ini, memang tak ada seorangpun yang berani melewati lubuk itu menggunakan rakit atau juga perahu karena di samping ada pusaran air yang secara tiba-tiba muncul dapat menyedot benda apa saja di atasnya lubuk itu juga terlihat angker.

Terlebih, semua warga Desa Serayu mengetahui jika di lubuk tengkorak itu terdapat Ratu Siluman Buaya Putih yang kerap meneror mereka.

Para warga yang juga bermata pencarian mencari ikan di sungai itu, lantas memilih lokasi penangkapan jauh dari lubuk sekitar satu kilometer jaraknya di atas atau di hilir lubuk tengkorak.

Ajaibnya, meskipun lubuk tengkorak itu terlihat keruh di permukaannya ketika air sungai lebih besar saat hujan lebat di hulu, tetapi sekitar dua meter ke dalam, airnya sangat jernih.

Tak diketahui seberapa meter dalamnya lubuk tengkorak itu dari permukaan hingga dasarnya, yang jelas di dasar lubuk tengkorak itu terdapat hal yang tak biasa di bandingkan lubuk-lubuk di sungai besar lainnya.

Padahal, ada sebuah bangunan berupa istana yang sangat megah ternyata berdiri di dasar lubuk itu.

Para penghuninya sepintas terlihat seperti manusia yang hidup di daratan. Tak ubahnya sebuah istana Kerajaan, dari depan pintu masuk bangunan itu, terlihat beberapa orang yang berjaga-jaga mengenakan pakaian seragam seperti prajurit bersenjata tombak.

Begitu pula di dalam bangunan itu, terdapat prajurit yang berjaga mulai depan pintu saat dibuka hingga ke ruangan di mana terdapat sebuah singasana, penjagaannya sangat ketat dan berlapis-lapis.

Kursi singasana yang berbentuk mulut buaya yang senang menganga itu berwarna putih ke perak-perakan, di situlah seorang perempuan cantik berpakaian putih memakai mahkota tepat di tengah-tengah mahkota itu terdapat pula permata berbentuk mata buaya.

Meskipun berparas cantik akan tetapi perempuan itu terlihat kejam dari sorot matanya, dialah yang disebut-sebut sebagai Ratu Siluman Buaya Putih penguasa lubuk tengkorak itu.

Siang itu terlihat dua orang laki-laki yang juga berpakaian prajurit datang menghadap ke singasana di mana Ratu Siluman Buaya Putih itu duduk.

Di sisi kanan dan kirinya juga tampak dua orang perempuan yang selalu mengipas-ngipas ke arahnya.

“Kami datang menghadap yang mulia Ratu,” ucap salah satu dari dua laki-laki setelah mereka membungkuk memberikan salam hormat dengan kedua tangan seperti menyembah.

“Apakah laki-laki yang baru kau bawa itu, sudah kau latih dan ajarkan tata cara hidup di Istana Buaya Putih ini, Gento?”

“Sudah yang mulia Ratu, semuanya telah saya ajarkan termasuk dasar-dasar gerakan ilmu bela diri seperti halnya pada saat mengangkat prajurit di istana ini,” jawab lelaki yang dipanggil Gento itu.

Ratu Siluman alihkan pandangannya pada laki-laki yang berdiri di samping Gento, meskipun sorot matanya terkesan kejam akan tetapi Ratu Siluman Buaya Putih itu juga memiliki senyuman manis dan itu salah satu ilmu daya tarik yang ia gunakan untuk membuat orang tunduk padanya.

“Siapa namamu?”

“Nama saya Wiryo yang mulia,” jawab lelaki yang berdiri di sebelah Gento itu.

“Bagaimana? Apakah kau suka tinggal dan mengabdi di istana ini?” tanyanya dengan angkuh.

“Ya, yang mulia. Saya senang dan bersedia menjadi abdi di Istana Buaya Putih ini.”

“Hemmm, bagus. Kau sekarang saya angkat menjadi prajurit, jika kemampuanmu di atas rata-rata mereka dapat pula saya jadikan pengawal nantinya,” tutur Ratu Siluman Buaya Putih yang memiliki nama asli Dewi Purbalara itu.

Lelaki yang memperkenalkan dirinya bernama Wiryo itu membungkuk memberi salam hormat, seperti yang dilakukannya tadi bersama Gento pada saat datang menghadap tadi.

“Saya akan setia pada yang mulia Ratu di manapun saya nantinya akan yang mulia tempatkan.”

“Baiklah sekarang kau boleh bergabung dengan para prajurit lainnya, sementara kau Gento tetap di sini karena masih ada yang ingin saya bicarakan padamu,” perintah Dewi Purbalara.

“Baik yang mulia,” ucap Gento dan Wiryo bersamaan.

Wiryo kembali membungkuk memberi salam hormat.

Setelah itu, ia membalikkan tubuhnya ke luar dari ruangan singasana, sementara Gento masih berdiri di sana.

Tak lama setelah Wiryo meninggalkan ruangan singasana itu, Dewi Purbalara pun memberi kode dengan tangannya agar Gento lebih mendekat dan duduk di kursi yang ada di depannya berjarak tiga tombak.

"Ada yang harus kau kerjakan..."

********

Sementara itu, di pendapa, Arya yang baru saja dijamu makan siang oleh Kepala Desa Serayu itu nampak duduk selonjorkan kedua kakinya di atas pendapa itu.

Hanya beberapa menit saja Sang Pendekar berjuluk Rajawali Dari Andalas itu selonjoran. Begitu melihat Ki Darmo menghampirinya, kedua kakinya segera Arya tarik dengan posisi duduk bersila.

“Bagaimana Nak Arya setelah bermalam di sini? Apakah Nak Arya merasa betah?”

“Nyaman sekali Desa Serayu ini Ki, tengah hari begini hawa di sini masih saja terasa sejuk,” jawab Arya diiringi senyumnya.

“Ya, tapi malamnya sangat dingin terlebih jika hujan turun atau selepas hujan ketika sore hari.”

Wajah tua Ki Darmo mengerut, seolah berpikir dalam.

Arya merasa tetua desa ini memiliki beban berat.

Perlahan, ia pun berkata. “Wajar saja Desa Serayu ini berhawa dingin Ki, karena di sebelah barat, timur dan utara dikelilingi perbukitan. Sementara di sebelah selatannya terdapat sungai besar,” ujar Arya.

Ki Darmo pun mengangguk. “Seperti nama desa ini, sungai besar di sebelah selatan itu juga bernama Serayu, bermacam-macam jenis ikan air tawar yang ada di sana hingga sebagian dari penduduk desa ini menangkap ikan di sungai itu sebagai mata pencaharian mereka.”

Arya terdiam mendengar penuturan Ki Darmo.

Sungai menjadi tempat hidup sebagian warga. Pantas saja, Ratu Siluman Buaya Putih dan pengikutnya itu begitu mengganggu kelangsungan masyarakat di sini.

Setelah beberapa saat terdiam seperti memikirkan sesuatu, Arya pun kembali berbicara. “Apa beberapa orang warga yang pernah diculik Gento Ireng lalu dibawa ke dalam lubuk tengkorak itu merupakan para warga yang kesehariannya mencari ikan itu, Ki?”

Ki Darmo terdiam. Seketika, ia merasakan keanehan. “Justru, tidak ada satupun di antara mereka yang menjadi korban, Nak. Meskipun para warga menangkap ikan di sungai, tetapi mereka menjaga jarak yang cukup jauh dengan lubuk tengkorak.”

Arya kembali terdiam. Ia berusaha mencari tahu sebab kenapa korban penculikan justru para warga yang ada di pemukiman.

Mengapa bukan yang kesehariannya mencari ikan di bantaran Sungai Sedayu itu?

Tapi, ada satu hal lagi yang perlu Arya pastikan.

“Aneh juga ya Ki. Maaf, apa yang diculik laki-laki saja, Ki?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 460. Musnahnya Kerajaan Angkasa

    Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 459. Pertarungan Maut

    Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 458. Berkumpulnya Para Peri

    Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 457. Pulihnya Sang Pendekar

    “Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 456. Racun Raja Iblis

    “Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit

  • Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 455. Bertarung Dengan Batara Durja

    Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status