Share

Bab 4. Ratu Siluman Buaya Putih

Arya terkejut, tetapi dia kembali menormalkan ekspresinya.

“Maaf Ki, sedapat mungkin, kita bukan hanya mencegah saja. Kita juga harus berusaha membebaskan beberapa orang warga yang telah diculik itu.”

Beberapa warga lantas menunduk. Bahkan ada yang menggelengkan kepala mendengar ucapan pemuda naif itu.

“Iya, kami juga inginnya begitu Arya. Akan tetapi, tak ada yang dapat kami lakukan. Seperti yang telah kami bicarakan tadi, kami pernah melakukan ronda secara bergiliran setiap malam untuk menangkap Gento Ireng jika muncul di desa ini,” tutur Ki Darmo, "awalnya, kami pikir akan berhasil, tetapi penculikan justru terjadi siang hari."

Arya terdiam. Gento Ireng ternyata memiliki pikiran cerdik, buktinya dia masih saja dapat melakukan aksinya ketika siang hari saat sebagian besar warga desa sibuk di sawah dan di ladang mereka.

“Kalau boleh tahu, sudah berapa lama hal ini terjadi Ki?” tanya pemuda itu akhirnya.

“Setahun yang lalu, Nak. Gento Ireng sebenarnya salah seorang warga Desa Sedayu juga dulunya. Namun, ia tiba-tiba saja menghilang lalu kembali membuat keonaran di desa ini dengan menculik para warga.”

Sepintas di raut wajah Arya nampak terkejut, mendengar jika pelaku penculikan itu merupakan salah satu dari warga desa itu.

“Lalu dari mana Ki Darmo dan para warga di sini tahu jika Gento Ireng menculik warga untuk diserah pada Ratu Siluman Buaya putih di lubuk tengkorak itu?” tanya Arya kembali.

“Beberapa orang dari warga desa pernah melihat Gento Ireng ke luar dan masuk secara aneh ke lubuh tengkorak itu. Menurut mereka, Gento Ireng itu seperti masuk ke dalam goa saja tanpa sedikitpun pakaiannya basah tidak seperti masuk ke dalam air sungai.”

Arya tak langsung menanggapi, dia sepertinya tengah merenung hal yang diceritakan Kepala Desa Serayu itu.

Tak lama, ia pun berkata, “Benar-benar aneh memang, ilmu apa yang ia pergunakan hingga bisa masuk ke dalam sungai ke lubuk tengkorak itu? Ini yang harus kita cari tahu Ki, lalu mengenai Ratu Siluman Buaya Putih itu sendiri dari mana pula warga desa ini mengetahuinya?”

Kini Ki Darmo yang terlihat merenung, ia tengah berusaha mengingat dari mana asalnya dia mengetahui tentang Ratu Siluman Buaya Putih yang ia katakan tadi itu pada Arya.

“Begini Arya, ada seekor buaya putih besar yang bisa merubah wujudnya menjadi perempuan cantik luar biasa kerap pula nampak oleh warga di lubuk tengkorak itu. Kadang dia hanya ke luar dalam waktu yang tak berberapa lama berdiri dan berjalan di permukaan air sungai itu lalu masuk kembali,” jelas Ki Darmo.

“Oh, karena dia bisa merubah diri menjadi perempuan cantik yang semulanya berwujud buaya putih makanya Ki Darmo dan para warga menamai dia Ratu Siluman Buaya Putih?”

“Bukan juga begitu Nak Arya. Gento Ireng pernah mengancam salah seorang warga kami. Jika tak mau tunduk pada Ratu Siluman Buaya Putih, desa ini akan selalu diibuat kacau. Salah satunya, dengan menculik warga desa yang ke semuanya laki-laki yang masih lajang untuk dijadikan pengikut sekaligus budaknya.” Ki Darmo menjelaskan lebih lengkap lagi.

Arya seketika paham tentang Ratu Siluman Buaya yang disebutkan Kepala Desa Serayu itu. Ini benar-benar berbahaya dan tak bisa dibiarkan berlarut-larut. Wajar, wajah warga tampak mulai lelah.

Tiba-tiba, ia teringat pesan sang guru.

"Kalau Ki Darmo dan para warga di sini mengizinkan, saya akan membantu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi itu. Semoga saja dengan ilmu yang saya peroleh dari Eyang Guru dapat berhasil membebaskan mereka yang telah diculik dan pastinya sampai saat ini masih hidup,” tutur Arya.

Ki Darmo dan para warga yang berada di dalam serta yang berdiri di depan pendapa itu saling pandang satu dengan yang lainnya.

Mereka sepertinya kurang yakin dengan yang dikatakan Arya itu tentang warga desa yang diculik saat ini masih hidup.

“Apakah kamu yakin, Nak Arya?” tanya salah satu lelaki tua di pendopo.

“Saya memang belum bisa memastikan usaha yang akan saya lakukan itu berhasil atau tidaknya, tetapi tiada salahnya untuk mencoba siapa tahu saya dapat menemui rahasia masuk ke dalam lubuk tengkorak itu. Mengenai beberapa orang warga yang diculik itu, saya yakin mereka masih hidup karena dimanfaatkan sebagai abdi atau budak dari Ratu Siluman Buaya Putih itu,” ucap Arya menyakinkan mereka.

Ki Darmo dan para warga nampak tersenyum senang, terlihat sekali di raut wajah mereka tengah bertemu dengan sosok yang dapat mereka jadi tumpuan untuk mengadu akan permasalahan yang meresahkan Desa Serayu itu.

“Kami tentu saja mengizinkan bahkan menggantungkan harapan besar pada Nak Arya,” ujar Ki Darmo.

Arya lalu memutuskan untuk berada di Desa Serayu itu dalam waktu yang ia sendiri tidak dapat memastikan berapa lamanya di sana.

Yang jelas, dia ingin menyelesaikan permasalahan itu dengan mencari tahu terlebih dahulu cara dapat masuk ke lubuk tengkorak.

Meskipun pada awalnya Arya merasa aneh dengan semua yang diceritakan Ki Darmo tentang sosok Gento Ireng dan juga Ratu Siluman Buaya Putih yang bisa hidup di dalam lubuk tengkorak, tetapi ia pun tersadar jika di alam ini juga ada mahkluk lain yang bisa berubah wujud sebangsa siluman. 

Seperti halnya Ratu Siluman Buaya Putih, para siluman itu bisa hidup dan berada di mana saja, baik itu di darat, sungai atau juga laut.

Sebagian mereka juga terkadang tak kasat mata dan hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki kemampuan yang dapat melihatnya.

Arya yang merasa memiliki kemampuan itu memutuskan untuk membantu para warga Desa Serayu dari teror Ratu Siluman Buaya Putih dan para pengikutnya.

Perlahan, pemuda yang baru turun gunung itu menunduk hormat. "Jika demikian, saya akan berusaha sebaik mungkin."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Teguh PintUnina Setiawan
iya, masih biasa biasa saja
goodnovel comment avatar
Lucas van Dijk
Cerita yang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status