Share

Bab 7. Sama-sama Menyelidiki

“Benar, silahkan duduk.”

Gento Ireng memberi salam hormat, kemudian duduk di kursi yang ada di depan singasana tempat Dewi Purbalara duduk terlebih dahulu beberapa saat sebelumnya.

“Terima kasih, ada apa yang mulia tiba-tiba saja memanggil saya untuk menghadap?”

Gento Ireng bertanya demikian bukan tanpa sebab, ia merasa heran saja karena memang Ratu Siluman Buaya Putih tak biasanya memintanya menghadap setelah berhasil menjalankan tugas yaitu menculik salah seorang warga desa untuk dijadikan pengikutnya.

Biasanya Dewi Purbalara memberi perintah sebulan atau dua bulan berikutnya untuk melakukan hal yang sama, tapi kali ini baru beberapa hari saja Gento Ireng diminta menghadap lagi.

“Hemmm, kamu tentu merasa heran kenapa kamu saya minta menghadap?”

“Benar yang mulia, maafkan apabila saya lancang bertanya seperti itu.”

“Tidak apa-apa, ini memang terkesan mendadak karena saya melihat ada seorang pemuda di pinggiran lubuk dengan gerak gerik mencurigakan. Saya ingin kamu memeriksanya ke atas apa yang tengah dilakukan pemuda itu,” Dewi Purbalara menuturkan sekaligus memberi perintah.

“Seorang pemuda dengan gerak gerik mencurigakan? Aneh, bukankah selama ini tak ada seorangpun yang berani mendekat ke kawasan lubuk tengkorak ini yang mulia? Saya rasa dia bukan warga Desa Serayu dan saya juga mengira pemuda itu tak tahu sama sekali akan lubuk tengkorak ini,” ujar Gento Ireng.

“Bisa jadi begitu, makanya saya perintahkan kamu untuk menyelidikinya.”

“Baik yang mulia, saya akan segera melaksanakan perintah yang mulia itu.”

“Sebentar Gento.”

Gento Ireng yang telah berdiri dari duduknya dan bersiap melaksanakan perintah dari Dewi Purbalara, duduk kembali di kursinya.

“Kamu cukup menyelidikinya saja tidak perlu membawa pemuda itu ke sini karena saya rasa sudah cukup dengan para pengikut kita yang ada sekarang,” sambung Ratu Siluman Buaya Putih.

“Baik yang mulia, saya tidak akan membawa pemuda itu secara paksa ke istana ini.”

“Laksanakanlah tugasmu itu sekarang, saya akan memantau dari cermin sakti di kamar.”

Gento Ireng berdiri kembali lalu memberi salam hormat, setelah Dewi Purbalara menganggukan kepalanya Gento Ireng pun berlalu meninggalkan ruangan itu bersiap naik ke permukaan lubuk tengkorak.

Sementara di atas daratan tepatnya di lereng tebing di pinggiran lubuk tengkorak itu Arya Mandu masih terlihat menyibak-nyibak rerumputan dan perpohonan kecil sambil sesekali mengarahkan pandangannya ke tengah-tengah lubuk, Arya sengaja melakukan itu untuk menghindari kecurigaan yang bisa saja timbul atas keberadaannya di pinggiran lubuk tengkorak itu.

“Wuuuuus...”

Sekelebat bayangan yang berasal dari pusaran air di tengah-tengah lubuk itu melesat ke daratan berjarak 12 tombak dari posisi Arya berdiri, Arya sempat melihat sekilas bayangan itu dan membuatnya terkejut akan tetapi ia cepat berpura-pura seolah tak melihat sama sekali sosok yang berkelebat dari dalam lubuk tengkorak tepat di pusaran air itu.

Arya merasa kehadirannya di tepi lubuk tengkorak itu diketahui oleh Ratu Siluman Buaya hingga ia memerintahkan salah seorang pengikutnya untuk menyelidiki dirinya, makanya Arya saat ini berpura-pura mencari sesuatu di sela-sela rimbunnya semak di pinggiran lubuk itu agar tak mengundang kecurigaan lebih lagi dari Ratu Siluman Buaya Putih beserta pengikutnya itu.

“Apa yang dilakukan pemuda itu di sana? Sepertinya dia tengah mencari sesuatu yang bisa jadi berupa benda miliknya yang terjatuh di lereng tebing itu,” gumam Gento Ireng dalam hati sembari mengamati Arya dari jarak 12 tombak di sela-sela rimbunnya semak-semak dan pepohonan kecil pula di pinggiran sungai di hulu lubuk tengkorak itu.

Setelah berfikir dan mempertimbangkan secara matang, Gento Ireng memutuskan untuk menghampiri Arya dengan berpura-pura sebagai warga Desa Serayu yang tengah mencari ikan di kawasan lubuk tengkorak itu.

Meskipun posisi Arya saat ini membelakanginya, akan tetapi sang pendekar tahu jika sosok yang melesat dari dalam lubuk tadi itu menghampirinya.

“Ehem, Kisanak sedang apa di sini?” sapa Gento Ireng membuat Arya pura-pura terkejut dan membalikan tubuhnya ke arah Gento Ireng.

“Eh, ada orang lain rupanya di pinggiran sungai ini. Saya sampai terkejut, maaf saya tengah mencari barang saya yang tadi terjatuh di semak-semak ini.”

“Memangnya Kisanak dari mana hingga barang Kisanak itu sampai terjatuh di kawasan pinggiran lubuk ini?” Gento Ireng bertanya kembali.

“Saya baru saja menyeberang di hulu lubuk di sana, lalu saya bermaksud hendak naik ke atas tebing. Karena tebing di sana itu tinggi untuk dinaiki makanya saya sampai ke sini yang tebingnya lebih rendah. Saat saya berhasil naik ke atas tebing tiba-tiba saya menyadari benda yang tadi saya taruh di saku celana ini terjatuh makanya saya turun kembali mencarinya,” tutur Arya.

“Oh begitu.”

“Ya, Kisanak sendiri sedang apa di sini?” Arya balik bertanya.

“Saya sedang menangkap ikan di hulu lubuk, tiba-tiba saya melihat Kisanak di sini lagi menyibak semak-semak. Saya kira tadi ada apa rupanya Kisanak tengah mencari sesuatu benda yang terjatuh,” jawab Gento Ireng berusaha pula agar Arya tak curiga padanya yang merupakan salah seorang kepercayaan dari Ratu Siluman Buaya Putih penghuni lubuk tengkorak itu.

Dewi Purbalara yang saat itu berada di kamarnya kembali memperhatikan dan mendengar jelas apa yang diperbincangkan Arya dan Gento Ireng di pinggiran lubuk tengkorak melalui cermin saktinya, dia juga menyimpulkan jika pemuda yang tadi ia curigai ternyata sama sekali tak tahu jika di dasar lubuk tengkorak ada istana miliknya dan juga seluruh kawasan lubuk merupakan daerah kekuasaannya.

Cukup lama Dewi Purbalara memperhatikan Arya mulai dari bentuk tubuhnya yang kekar serta memiliki wajah yang tampan, hingga caranya bertutur begitu ramah dan bersahabat dengan Gento Ireng.

Jika tadi dia hanya meminta Gento Ireng untuk menyelidikinya saja, namun entah kenapa tiba-tiba saja muncul di lubuk hatinya rasa suka pada pemuda tampan yang juga berpakaian serba putih berdiri dan bercakap-cakap dengan anak buahnya itu.

Dewi Purbalara jadi bingung sendiri harus bagaimana agar Gento Ireng bisa mengetahui keinginannya untuk membawa Arya ke istananya saat itu juga, jika ia mengutus salah seorang dari pengawal istananya menyusul Gento Ireng pasti akan menimbulkan kecurigaan karena Arya tentunya melihat suruhannya itu muncul dari tengah-tengah lubuk tengkorak.

"Ah, bagaimana ini?!" Dewi Purbalara gundah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status