"Apakah kau benar-benar tidak mengenalnya?"
Si Tua Jie menggelengkan kepala beberapa kali. Walaupun dia sudah mencoba untuk mengingat, tapi ia tetap tidak dapat mengenalinya. "Wajah anak muda ini memang mirip seseorang. Tapi aku tidak tahu siapa orang itu," Saat itu, Li Bing belum memberitahu siapa dirinya. Walaupun ia mendengar ucapan si Tua Jie, tapi pemuda tersebut tetap menutup mulut. Dia hanya tersenyum penuh arti. "Rupanya sekarang kau sudah benar-benar tua," kata A San sambil menghembus nafas panjang. "Dia adalah Tuan Muda Li, Li Bing. Apakah kau ingat?" Mendengar nama Li Bing disebut, seluruh tubuh si Tua Jie tiba-tiba bergetar. Air mata seketika mengembang di kedua pelupuk matanya. Rasa sedih, bahagia, semuanya bercampur menjadi satu. Detik itu juga, dia langsung maju menubruk Li Bing. Si Tua Jie memeluknya dengan sangat erat. "Tuan Muda Li, ah ... akhirnya kita bisa bertemu lagi. Aku tidak menyangka kau masih hidup. Maafkan aku yang sudah tua ini sehingga tidak dapat mengenali majikannya sendiri," Si Tua Jie berkata sambil tidak kuasa menahan tangisannya. Dia memeluk Li Bing sangat erat layaknya seorang ayah yang baru bertemu dengan anaknya selama belasan tahun. Li Bing juga memeluk orang tua itu dengan penuh rasa haru. Bagaimanapun juga, perasaannya saat ini sangat sulit untuk digambarkan. Si Tua Jie adalah salah satu sosok yang berperan penting dalam Keluarga Li. Walaupun dulunya dia hanya menjadi tukang kebun, tapi kesetiannya itu tidak bisa diragukan lagi. Buktinya, walaupun tidak bertemu setelah belasan tahun, tapi ia masih tetap menghormati Li Bing. "Paman Jie, aku senang bisa bertemu denganmu," kata Li Bing sambil melepaskan pelukan. "Sejak peristiwa berdarah itu, Keluarga Li yang terhormat sudah tidak ada lagi. Maka dari itu, mulai sekarang kau cukup sebut saja namaku. Jangan pakai sebutan Tuan Muda segala," "Tidak bisa, tidak bisa begitu," Si Tua Jie menggelengkan kepala beberapa kali. "Bagaimanapun juga, kau tetap majikanku. Sampai mati, aku akan tetap memanggilmu Tuan Muda Li," Orang tua itu bersikeras. Li Bing tidak bisa berkata apa-apa lagi kecuali hanya mengucapkan kata terimakasih. Si Tua Jie kemudian membawa mereka masuk. Tidak lupa juga dia menyuguhkan arak. "Semoga Tuan Muda Li menyukai arak murahan ini," katanya sambil tertawa. "Arak tetaplah arak, mau itu murah atau mahal, tetap sama saja. Yang membedakan adalah cara kita menikmatinya. Lagi pula, di cuaca seperti ini, arak yang keras lebih baik daripada arak lembut," jawab Li Bing seraya tertawa pula. Ketiga orang itu tertawa. Mereka sangat merindukan suasana seperti ini. Si Tua Jie mengajak dua orang tamu istimewanya bersulang. Setelah perjamuan sederhana selesai, Li Bing segera menceritakan tujuan yang sebenarnya. "Dari informasi yang aku tahu, otak pelaku pembunuhan itu sebenarnya hanya dua orang saja," katanya mulai bercerita. "Sedangkan yang lainnya, mereka hanya para pembunuh yang dibayar dengan harga tinggi," "Apakah para pembunuh bayaran itu adalah pendekar-pendekar kelas atas?" tanya Li Bing mulai tertarik dengan cerita tersebut. "Ya, tentu saja, Tuan Muda. Kalau mereka pendekar kelas bawah, memangnya orang-orang itu akan sanggup membunuh Tuan Besar Li?" Walaupun usia Li Hoan saat itu sudah tidak muda lagi, tapi kemampuannya belum mengalami banyak penurunan. Apalagi dia masih sering berlatih di halaman belakang. Maka dari itu, para pendekar kelas bawah mustahil bisa membunuhnya. Li Bing menganggukkan kepala. Dia cukup mengerti tentang hal ini. "Lalu, apakah dua orang dalang dibalik layar tersebut ikut turun tangan?" "Tidak. Setelah melakukan perbuatan keji itu, keduanya langsung hilang tanpa jejak," Si Tua Jie menarik nafas dalam. Ketika teringat akan peristiwa tersebut, hatinya selalu sakit. Kemarahannya selalu berkobar. "Walaupun keberadaan mereka sangat rahasia, tapi kaki tangannya ada di mana-mana. Sepertinya kedua orang itu bukan manusia sembarangan," gumam Li Bing. Dia sangat yakin dengan ucapannya. Karena beberapa saat yang lalu, Li Bing sudah mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawa. "Oh, apakah Tuan Muda Li sempat menemui rintangan di perjalanan?" Li Bing mengangguk mengiyakan. Ia lalu menceritakan pengalaman saat berada di kediamannya dahulu. "Sepertinya mereka sudah tahu bahwa Keluarga Li masih ada yang tersisa. Jadi secara diam-diam, mereka telah mencari informasi terkait keberadaan Tuan Muda," "Ya, kemungkinan besar begitu," "Ambisi mereka untuk memusnahkan Keluarga Li ternyata masih belum hilang. Entah masalah apa yang membuat keduanya sangat bernafsu," "Paman Jie, kalau aku boleh tahu, siapa sebenarnya kedua orang itu?" "Kalau aku memberitahu Tuan Muda, apakah Tuan Muda akan percaya?" Si Tua Jie menatap Li Bing lekat-lekat. Sepertinya dia tidak sedang bercanda. "Ya, aku pasti akan percaya ucapanmu, Paman Jie," Orang tua itu kemudian melirik ke arah A San. Seolah-olah dia sedang meminta pertimbangan apakah dirinya harus memberitahu semuanya dengan jujur atau tidak. A San mengerti maksud dari tatapan Si Tua Jie. Maka dari itu dia pun langsung mengangguk. "Kedua orang itu adalah Zhang Yun dan Li Fei," katanya sepatah demi sepatah. Mendengar ucapan Si Tua Jie, seketika Li Bing kaget setengah mati. Seolah-olah ada petir yang menyambarnya secara tiba-tiba. Perubahan wajah pemuda itu dapat terlihat dengan sangat jelas. Seumur hidup, rasanya baru kali ini saja Li Bing merasakan kaget seperti itu. A San juga mengalami hal serupa. Sehingga untuk beberapa saat, kedua orang itu tidak mampu berkata apa-apa. Mereka hanya bisa saling pandang dalam diam. Zhang Yun? Li Fei? Benarkah kedua orang itu adalah dalang dibalik layar pembunuhan keluarganya? Li Bing jelas mengetahui siapa mereka. Apalagi keduanya bukan orang luar. Mereka masih termasuk oreng sendiri dan bahkan merupakan keluarga. Tapi, mengapa mereka melakukan hal sekeji ini kepada keluarganya sendiri? Paman Jie, apakah aku tidak salah dengar?" tanya Li Bing memastikan kembali setelah ia tersadar dari lamunan. "Tidak, Tuan Muda," jawab Si Tua Jie. "Tuan Muda tidak salah dengar," "Tapi ... mengapa harus Paman Yun dan Paman Fei yang melakukan perbuatan terkutuk ini? Mengapa bukan orang lain?" emosi Li Bing tidak terkendali. Nada bicaranya sedikit meninggi. Zhang Yun adalah adik seperguruan Li Hoan. Keduanya berasal dari perguruan sekaligus berguru kepada orang yang sama. Sedangkan Li Fei, dia tak lain adalah adik kandung ayangnya sendiri. Saudara kandung! Bukan saudara angkat! Apalagi saudara jauh. Sampai detik ini, Li Bing masih tidak mau mempercayai informasi yang diberikan Si Tua Jie. Kalau tahu sejak awal bahwa dalang dibalik pembunuh tersebut adalah keluarganya sendiri, ia lebih memilih untuk tidak mencari tahu. Di dunia ini, terkadang memang ada banyak hal-hal yang lebih baik tidak kau ketahui daripada mengetahuinya. "Semua ini mungkin sudah suratan takdir, Tuan Muda. Mau tidak mau kau harus menerimanya dengan lapang dada,"Tie Gu, sang penjaga lembah, mengeluarkan jurus Bayangan Menusuk Sumsum, membuat dua pendekar Balai Hitam tersungkur sambil memuntahkan darah hitam.Di sisi lain, Nona Lin melompat ringan di antara reruntuhan dan melepaskan belasan jarum perak dari lengan bajunya. Tujuh dari jarum itu menancap di dada dan leher lawan, membuat mereka roboh bahkan sebelum menyadari arah datangnya serangan.Li Bing tidak bergerak. Ia masih berdiri dan menunggu.Seorang lelaki bertopeng dengan jubah ungu-abu melangkah ke depan. Gerakannya tidak cepat, tapi angin di sekitar tubuhnya seolah mundur dari jalannya. Di dadanya, terdapat lambang Balai Hitam dengan tiga cakar melingkar."Tuan Muda Li," ucapnya, suaranya dalam seperti gua tua. "Berikan peta itu, dan kami akan biarkan tempat ini tetap berdiri.""Tempat ini mungkin akan roboh," jawab Li Bing pelan. "Tapi kalian akan roboh lebih dulu."Dan pertempuran pun meletus!Lelaki bertopeng melancarkan jurus Jaring Racun Bayangan Jiwa, serangan berbentuk ling
Dalam dunia persilatan yang diliputi kabut dan darah, tak ada jalan yang benar-benar lurus. Hanya mereka yang bersedia mengorbankan ketenangan jiwanya yang sanggup menembus tirai rahasia dan menemukan cahaya di ujung lorong gelap. Li Bing, pemuda yang memikul warisan leluhur, melangkah tidak sekedar dengan tekad, tapi juga dengan luka yang terus menganga.Di perbatasan selatan, gerimis menyambut langkah kaki mereka. Kabut menggantung rendah, seakan menutupi jalan menuju nasib yang tak menentu. Di sanalah berdiri desa tua bernama Mingzhi, desa perantara menuju wilayah Perguruan Ular Emas—sebuah tempat yang disebut-sebut dalam bisik-bisik sebagai sarang dari segala tipu muslihat.Desa itu sunyi, malah terlalu sunyi. Tidak ada suara ayam, tidak ada tawa anak-anak, hanya suara embusan angin yang menerpa dedaunan. Pintu-pintu rumah terkunci, jendela-jendela tertutup rapat. Hanya satu kedai tua tampak terbuka separuh, digoyang angin seperti ingin menelan siapa pun yang masuk.Di dalam k
Angin dari utara membawa bau dingin dan samar getir darah. Sepanjang perjalanan, kabut tipis menyelimuti hutan cemara yang menjulang di kanan kiri jalan tanah. Li Bing dan Nona Lin berjalan dalam diam, seakan waktu pun segan memecah kesunyian mereka. Sejak keluar dari Kota Arwah, langkah kaki keduanya menjadi lebih berat, bukan karena lelah, melainkan oleh beban pertanyaan dan takdir yang kian menyesakkan."Bahkan langit pun seperti menyimpan rahasia," gumam Nona Lin pelan. "Mendung terus menggantung, tapi tak pernah benar-benar turun hujan."Li Bing tidak menoleh, tapi bibirnya menggerakkan satu kalimat."Karena langit pun sedang ragu, apakah yang akan turun adalah hujan ..., atau darah."Setelah tiga hari perjalanan tanpa nama, mereka tiba di depan gerbang Perguruan Batu Langit. Dulu, tempat ini adalah pusat ilmu dan kebijaksanaan, para pendekar dari utara dan selatan menaruh hormat yang dalam. Namun kini, gerbang batu itu ditumbuhi lumut dan cat tembok mulai retak."Tak ada penja
Bayangan Tua tidak datang sendiri. Empat orang muncul dari bayang-bayang pilar kuil, masing-masing membawa senjata pusaka lama—bukan untuk membunuh, tapi untuk menguji."Jika kau tidak lolos, maka dunia akan tahu bahwa warisan itu bukan untukmu," ucap mereka bersamaan.Li Bing maju tanpa ragu. Pertarungan pun dimulai.Satu lawan empat.Tapi jurus-jurus Li Bing telah matang. Ia menggabungkan jurus Bayangan Kematian Menyelimuti Dunia dengan jurus Langkah Naga Sakti, bergerak seperti hantu dan membalas secepat kilat. Pertarungan berlangsung dalam diam. Tidak ada sorak, hanya suara napas dan hantaman tenaga dalam.Nona Lin hanya bisa menyaksikan dari kejauhan, tangan menggenggam gagang pedangnya dengan erat. Hawa di sekitar tubuhnya terasa dingin menusuk, tapi ia tahu, ini adalah ujian pribadi Li Bing.Satu per satu, para penjaga itu jatuh berlutut. Tidak terluka parah, hanya dibuat tak sanggup melanjutkan."Kau lulus ..., bukan karena kekuatanmu, tapi karena kau tidak membunuh kami," kat
Fajar baru belum sempat mengoyak kabut yang menyelimuti Lembah Sunyi. Embun membeku di ujung-ujung dedaunan, dan udara mengandung keheningan yang dalam, seolah seluruh alam berhenti sejenak untuk menyaksikan perubahan besar yang baru saja terjadi.Li Bing berdiri menghadap timur. Di belakangnya, Kitab Leluhur Langit telah kembali ke altar, menyimpan rahasia agung dalam keheningan suci. Nona Lin berada di sampingnya, wajahnya tenang namun matanya menyimpan ribuan tanya. Jian Yu berdiri beberapa langkah di belakang, memberi ruang bagi pemuda itu untuk menyelami apa yang telah ia pelajari."Apa yang akan kau lakukan sekarang, Tuan Muda Li?" tanya Jian Yu, suaranya nyaris seperti bisikan angin.Li Bing tidak segera menjawab. Tatapannya jauh, menembus awan-awan tipis yang menggantung rendah."Aku harus kembali ke utara. Ke Perguruan Batu Langit. Di sana, guruku dulu menyimpan naskah perjanjian lima leluhur. Jika benar Balai Hitam bergerak, maka mereka pasti mengincar pusaka yang tersebar
"Tapi Balai Hitam mengincar ini!" Nona Lin menyela. "Mereka bahkan mengirim pembunuh bayaran untuk menghentikan kami! Jika ini berbahaya, bukankah kita harus mencegah mereka mendapatkannya?" "Mereka memang menginginkannya, dan itulah mengapa aku tidak bisa membiarkan siapa pun, bahkan kalian, mengambil risiko." Jian Yu menarik napas panjang. "Kitab Leluhur Langit hanya bisa diaktifkan oleh keturunan langsung dari lima leluhur pendiri perguruan. Dan dari sisa darah yang mengalir di dunia persilatan saat ini, kau adalah satu-satunya yang memenuhi syarat, Tuan Muda Li." Li Bing terdiam. Ucapan itu menggaung dalam benaknya, mengaitkan dengan potongan-potongan informasi yang ia kumpulkan, keluarganya, Peta Rahasia Langit, dan kini Kitab Leluhur Langit. Jadi, semua ini memang terhubung dengan darahnya. "Lalu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Li Bing, menatap lurus ke mata Jian Yu. "Kau akan menghentikan kami dengan paksa?" Jian Yu mengangkat kedua tangannya. Tidak ada tan