Arya Santanu yang melihat kedatangan Hiranyaksipu langsung menghentikan bola api miliknya. Ia menapak di udara dan memusatkan energi miliknya. Tinju kanannya menyala-nyala bagaikan kobaran api merah. Tinju Braja Agni api merah segera dilayangkan ke arah bawah. Keduanya saling beradu senjata dan menyebabkan sebuah ledakan besar yang membuat sebuah gelombang kejut sangat besar.DUUUM!!!DUUUAR!!!Ki Janggan Nayantaka sampai terhempas dan menghantam dinding bangunan. Angin menggulung dan memporak-porandakan bangunan sekitar. Dewi Sari Kencana dan para tawanan lainnya sampai harus menunduk untuk menghindari kencangnya angin yang berembus. Tapi karena kejadian itu, Dewi Sari Kencana langsung menggunakan keahlian pedangnya untuk menghabisi lima iblis penjaga yang sedang lengah karena efek ledakan tadi. "Teknik pedang es; tarian bunga es!"SLASH! SLASH! SLASH!Secara cepat, kelima kepala dari iblis tersebut jatuh ke
Panah Agneyastra dipindahkan oleh Indrajit Maghanada menggunakan gerbang dimensi miliknya menuju ke tengah lautan. DUUUM!!!DUUUAR!!!Gelombang kejut menggerakkan air laut dan mengubahnya menjadi gelombang ombak besar yang menyapu area sekitar hingga merapat ke daratan. Sinar terang dari cahaya ledakan panah Agneyastra membias begitu silau hingga membuat langit menjadi sangat terang. Gemuruh suara dari ledakan itu pun hingga terdengar ke tempat Ki Janggan Nayantaka dan Dewi Sari Kencana. "Astaga, sebesar itu kekuatan dari Asura?" Rasa tidak percaya menghinggapi Dewi Sari Kencana."Energi ini, tidak salah lagi. Sang iblis yang telah mengotori pikiran dari raja Aji Kala Karna sudah berada di sini." Ki Janggan Nayantaka tidak jadi untuk pergi ke dalam hutan. Ia malah kembali menuju ke tepi pantai.Asura menatap tajam ke arah adiknya yang paling tua. Ia tahu bila tubuh yang sedang digunakan oleh adiknya bukanlah miliknya. Asura turun dan membiarkan roda api kembali ke asalnya di langit.
"Kau baru pulang?" Raja Aji Kala Karna menegur Indrajit Maghanada. Ia sedang menyirami bunga koleksinya di taman belakang."Aku sudah menyebarkan undangan ke para saudaraku. Mereka akan segera tiba." Indrajit Maghanada datang dengan menggunakan tubuh manusia lainnya. "Tubuhmu yang sebelumnya telah hancur? Sebenarnya ada apa, Indrajit?" Raja Aji Kala Karna menjadi penasaran."Asura telah bangkit dan kembali ingin menuntut balas kepada kita semua. Tiga adikku telah tewas di tangannya. Bahkan aku sampai terpojok dan keluar dari wadahku." Indrajit Maghanada merasa khawatir dengan kemunculan kakak tertuanya.Aji Kala Karna memberikan sebuah surat dari salah satu Senopati yang baru saja kembali melakukan ekspedisi di bagian barat Yawadwipa. Aji Kala Karna menegaskan tentang adanya manusia yang membuat kontrak darah dengan iblis. Aji Kala Karna tidak tahu bila Asura bisa melakukan kontrak darah dengan manusia. Ia malah berpikir bila hal itu pasti ada campur tangan dari seorang Dewa."Setiap
Purnama menerangi pantai selatan bersama para bintang disisinya. Arya Santanu mencoba untuk terlelap di perut empuk Asura yang berwujud seekor harimau. Keduanya terlihat tertidur pulas ditemani oleh satu api unggun hangat. Ki Janggan Nayantaka dan Dewi Sari Kencana memilih untuk tetap terjaga untuk mengantisipasi bila ada penyergapan. "Akan sangat berbahaya bagi kita untuk berjalan di muka umum, seperti melewati desa-desa besar. Kita harus menyamar dan menghindari pusat keramaian." Ki Janggan Nayantaka memiliki firasat buruk setelah diumumkannya sayembara itu. "Bagaimana pun juga kita harus mengakhiri dominasi iblis atas tanah Yawadwipa. Meski pun harus melawan seluruh pendekar kuat di seluruh penjuru Yawadwipa, aku tidak akan mundur." Dewi Sari Kencana menambah kayu bakar yang kian termakan oleh api."Aku harap alasan dibalik rasa semangatmu itu sebanding dengan perjuangan kita ke depannya. Karena bila tidak, maka kau sendiri yang akan mengalami kerugian." Ki Janggan Nayantaka meli
Arya Santanu dan Asura langsung terlempar oleh gelombang suara tinggi yang menekan mereka yang berubah bentuk menjadi sebuah gelombang kejut. Keduanya terhempas begitu jauh ke kedua arah. BRAK!!!Asura terlempar hingga ke pinggir laut. Apinya sempat padam. Tubuhnya seperti dilempar paksa oleh tekanan dari energi yang dihasilkan oleh suara kecapi itu. "Kau tidak apa-apa?" Dewi Sari Kencana sampai menahan tubuh Arya Santanu yang terlempar ke belakang menuju ke arahnya."Ke–keras sekali. Medan energi yang menyelimuti dirinya begi–," tiba-tiba ucapan Arya Santanu terpotong. Aseng keluar dari persembunyiannya dan langsung menghunuskan pedang bayangan miliknya ke arah Ki Janggan Nayantaka.JLEB!!!"Kakek!""Ki Janggan Nayantaka!" Keduanya berteriak ketika pedang bayangan yang memanjang telah menusuk punggung Petapa tua hingga tembus ke bagian perut. "Ku–kurang ajar! Aku lupa bila masih ada dirinya." Ki Janggan Nayantaka menghentakkan tongkat miliknya. Ia membuat bulan buatan sebesar tu
Di pagi buta, tiga kuda memacu kecepatan melewati jalanan utama antar kabupaten Nuswapala menuju ke arah utara Yawadwipa. Setelah menyelesaikan urusan mereka di Pantai Selatan, Arya Santanu dan dua orang temannya segera bergegas menuju ke arah pelabuhan utara. "Kenapa kita harus terburu-buru? Kita bisa melaju dengan santai dan sampai pelabuhan utara lusa, bukan?" Asura yang berlari paling depan dengan wujud harimau merasa kelelahan. "Kita sedang mengejar waktu agar tidak terlacak oleh para pendekar iblis hitam. Akan sangat bahaya bila keberadaan kita diketahui oleh mereka." Arya Santanu coba menjelaskan. "Ada daerah yang lumayan bersahabat di depan kita. Daerah itu dikenal sebagai Banda Indung. Kita bisa beristirahat di sana untuk makan dan membeli perbekalan." Ki Janggan Nayantaka menoleh ke arah kanannya. Ia melihat dari kejauhan matanya memandang. Dirinya seperti melihat seseorang yang terus melihat ke arah mereka bertiga.Dewi Sari Kencana menoleh ke arah kakek Petapa, ia melih
Arya Santanu langsung menggerakkan tangannya untuk menyiapkan semburan api dari mulutnya. Namun ketika ia ingin lakukan, Larasati langsung mengayunkan pedangnya ke arah seluruh anak panah tersebut. Ia menggagalkan serangan itu dan menumbangkan semua anak panah yang mengarah ke Arya Santanu. Larasati berdiri dengan gagah tepat di depan pendekar amatiran dan teman belalangnya. "Waw, aku beri nilai sembilan untuk ayunan pedangnya. Dan teknik menjatuhkan semua anak panah itu, aku beri nilai sepuluh." Tiba-tiba Asura bertepuk tangan menggunakan dua tangan belalang mungilnya. "Apa yang kau lakukan?" Arya Santanu malah bingung dengan aksi yang dilakukan oleh wanita itu."Itu disebut sebagai menolong. Kau tidak tahu istilah kata terima kasih? Apa perlu kau bertanya pertanyaan bodoh seperti itu?" Larasati malah sakit hati. Ia merasa kesal."Maaf, bisa kita sambung percekcokan ini nanti? Ada anak panah kloter kedua yang sedang mendekat ke sini!" Asura menoleh ke arah para prajurit yang mulai
Dari kejauhan empat orang manusia yang ditambah dengan seekor tikus kecil berwarna merah tua berjalan berdampingan dengan gagahnya memasuki kawasan Sundapura. Wilayah tersebut merupakan wilayah terbesar pertama di kawasan kerajaan Nuswapala bagian barat. Sundapura menjadi sebuah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Komoditas perdagangan dan perikanan menjadi salah satu penggerak roda ekonomi di wilayah itu.Mereka berlima menoleh ke arah para penduduk Sundapura yang sedang menikmati hari baru di pagi buta. Pasar besar menjulang di hadapan Arya Santanu. Begitu banyak yang diperjualbelikan hingga ia begitu tertarik dengan beberapa barang dagangan para pedagang Sundapura. Dan dalam waktu singkat, mereka berlima berpencar ke lapak-lapak pedagang yang berbeda-beda."Astaga, dasar manusia. Mereka seenaknya meninggalkan seekor tikus sendirian di pasar! Apa mereka tidak tahu bila nyawaku bisa terancam dengan kehadiran ku–," Asura mendengar sesuatu dari arah belakang.MEOW!!