Share

Perjanjian Darah Dengan Sang Iblis

Asura mencengkeram erat para bandit yang tidak membiarkan Arya Santanu berdiri. Ia membakar habis wajah dan sekujur tubuh bandit itu hingga hancur menjadi abu. Para bandit memilih untuk mundur dari tubuh Raka Caraka. Mereka semua ketakutan saat melihat sosok tinggi besar dan berperawakan sungguh mengerikan. Baru pertama kali ini, mereka melihat bentuk iblis yang sesungguhnya. Bahkan di antara mereka ada yang terjatuh ke tanah dengan mulut menganga.

"Apa yang kau minta, Arya Santanu?" Asura menoleh ke arah temannya.

Arya Santanu mendekap dan memeluk erat tubuh adiknya. Tangis menetes bagai rintik hujan. Ia berteriak dan terus memanggil sosok adiknya. Ia menyadari bila hidupnya telah berubah ketika Raka Caraka tewas tepat di hadapannya. Tujuan hidup yang semula untuk bahagia bersama sang adik telah berubah menjadi benih dendam yang bergejolak. Tunasnya kian tumbuh saat bisikan Asura semakin menggema di telinga Arya Santanu. Ia memiliki pilihan untuk membantai para bandit itu.

"Asura, bersatulah denganku. Berikan aku kekuatanmu. Jadikan aku pendekar terkuat, maka aku akan penuhi janjiku untuk membunuh Maghanada Indrajit dan raja Kala Karna. Aku juga akan pastikan saudaramu yang lain akan tewas di tanganku." Kedua mata Arya Santanu terbelalak. Namun pandangannya kosong. Ia terpaku pada kenyataan yang pahit.

Darah segar mengucur dari telapak tangan Arya Santanu. Ia menusuk telapak tangannya untuk membuat perjanjian dengan Asura. Dengan darahnya, Arya Santanu mengukir sebuah simbol tepat di telapak tangan Asura. Sebuah simbol yang melambangkan Asura itu sendiri sebagai sang iblis api. Simbol tersebut meleleh dan terbakar menjadi api merah yang membakar seluruh lengan Asura. Kobaran api merah pun menjalar hingga sekujur tubuh iblis bertangan banyak itu.

"Bersiaplah … kita mulai proses penyatuannya!"

Asura memegang salah satu pundak Arya Santanu. Ia mengubah dirinya menjadi api merah yang berkobar dan menyala terang. Perlahan dirinya merasuki tubuh Arya Santanu dan menyatukan energi dirinya dengan energi dari sang wadah. Para bandit yang melihat Asura masuk ke dalam tubuh Arya Santanu memilih untuk melarikan diri. Mereka semua berhamburan bagai beras yang ditabur. Ada yang menunggang kuda dan pergi dengan tergesa-gesa, lalu ada yang diam ditempat sambil menyaksikan proses penyatuan tersebut. Beberapa bandit lainnya pun ada yang berlarian menuju ke dalam hutan untuk bersembunyi.

"Saatnya untuk membalas."

Arya Santanu membakar tubuh adiknya sendiri. Ia membiarkan tubuh dari Raka Caraka menjadi abu dan bersemayam di tanah Kulon Anyar. Hela napas Arya Santanu begitu berat, uap napasnya sampai terlihat dan terasa panas.

"Matilah …."

Arya Santanu melesak sangat cepat. Dengan tangan kanannya, ia mencengkeram salah satu wajah dari bandit. Lengan tangannya perlahan berubah bentuk menjadi sebuah tangan iblis. Uap panas mengepul dari retakan tangan tersebut yang bentuknya seperti bebatuan di pinggir aliran sungai lahar yang mengalir. Bahkan terlihat cahaya merah terang dari lahar yang berasal dari aliran darah Arya Santanu yang mendidih.

AAAAAARRRHHHH!!!

Teriakan keras menggema. Bandit tersebut mengerang kesakitan saat tangan iblis api milik Arya Santanu membakar habis kepalanya. Api merah yang berkobar menyulut lebih besar lagi kobaran api hingga akhirnya membakar seluruh tubuh dari bandit itu. Seketika tubuh dari bandit itu hancur menjadi abu hitam yang jatuh ke tanah.

"Selanjutnya, siapa?" Arya Santanu menoleh ke arah bandit lainnya.

Mereka yang ditatap oleh Arya Santanu langsung memilih bertolak pergi. Namun dengan cepat, Arya Santanu menusuk punggung salah satu bandit hingga membuat sekujur tubuhnya terbakar menjadi abu. Ia juga bergerak kembali dan menghabisi para bandit lainnya. Wajahnya tidak menunjukkan emosi marah, Arya Santanu hanya diam dan datar, seakan perasaannya telah menghilang.

"Apa aku bisa membunuh para bandit yang telah melarikan diri?" Arya Santanu bertanya kepada Asura yang telah menjadi bagian dari roh pendamping dirinya.

"Tentu bisa, aku merasakan energi keberadaan sepuluh orang yang berada di dalam hutan. Lalu ada sepuluh orang lagi yang merikan diri dengan menunggang kuda ke arah kota. Mana yang ingin kau habisi dahulu?" Asura bertanya balik.

"Mereka yang dihutan pantas untuk mati. Mari kita bunuh mereka." Dengan raut wajah datar, Arya Santanu melesak cepat menjadi sebuah energi api yang menghilang di udara.

Beberapa bandit yang lari ke dalam hutan berusaha mencari tempat perlindungan. Banyak dari mereka memilih untuk bersembunyi di balik semak-semak tinggi dan belakang pepohonan yang rindang dengan batang besar. Ada juga yang memilih untuk terus berlari hingga mendaki bukit Kulon.

"Ketemu …."

Arya Santanu langsung mengayunkan tangan iblisnya dan memenggal kepala salah satu bandit yang bersembunyi dibalik pohon. Tubuh dari bandit yang terpenggal kepalanya perlahan terbakar bagai obat nyamuk dan terus menjadi abu.

"Akan sangat menyulitkan bila kita mengejar mereka semua. Apa kau tidak punya senjata untuk membakar mereka semua dalam satu kali gerakan?" Arya Santanu meminta saran dari sang ibIis Asura.

"Cih, kau meminta terlalu banyak!" Asura mengajarkan Arya Santanu untuk memanggil busur panah Wijaya.

Dengan memusatkan energi api ditangan kirinya, Arya Santanu membentuk sebuah senjata milik Asura yang begitu kuat, busur panah Wijaya. Busur tersebut adalah pemberian dari seorang Dewa yang memiliki elemen api. Dengan senjata tersebut, Asura pernah menghancurkan satu armada perang para Dewata.

"Busur Wijaya, atas nama Asura, aku perintahkan untuk melesakkan sebuah anak panah. Bunuh para bandit yang lari dariku. Jangan biarkan mereka lolos dan bernapas. Bakar habis semuanya." Sambil menarik tali busur Wijaya, sebuah anak panah api berwarna merah tua terbentuk. Pancaran energinya begitu luar biasa.

Arya Santanu mengangkat dan mengarahkan busur tersebut ke langit. Dengan cepat, panah api merah melesak ke atas dan membelah diri menjadi sembilan buah. Semuanya melesak mengejar masing-masing bandit yang sedang bersembunyi di dalam hutan.

"Apa?!"

"AAAARGH!!!"

Semua bandit tewas menjadi abu setelah panah api menembus dada mereka.

"Terima kasih telah memberikanku kekuatan," ucap Arya Santanu.

Busur Wijaya menghilang perlahan dari tangan kiri Arya Santanu. Ia berutang budi kepada Asura atas bantuannya.

Namun, Asura tidak menganggapnya sebagai utang semata. Janji di atas darah telah dibuat. Mereka berdua akan terus saling terikat sampai janji atas perjanjian itu terpenuhi. Asura akan menjadikan Arya Santanu sebagai boneka baginya untuk membalaskan dendamnya.

"Jangan berterima kasih dahulu. Kita baru saja memulai perburuan para iblis itu. Ingatlah janjimu. Ingatlah perjanjian kita. Dan ingatlah dendammu atas kematian Raka Caraka." Asura tersenyum. Ia yang hidup di dalam alam bawah sadar Arya Santanu merasa nyaman dan senang.

"Kita harus menuju ke arah timur. Banyak iblis dan manusia berhati iblis yang mesti dibakar, bukan?" Arya Santanu menutup kedua matanya. Sesaat kemudian, saat ia membukanya lagi, mata dari Arya Santanu telah menjadi berwarna merah tua.

Asura telah menyatu dengan sempurna. Tubuh dari Arya Santanu pun menjadi wadah seutuhnya dari sang iblis api.

"Arya Santanu, kita harus mengambil jubah api milikku di gunung berapi di wilayah selatan. Kita harus menggabungkan seluruh zirah milikku untuk melepaskan segel yang mengunci kekuatanku yang asli." Asura mengarahkan pikiran Arya Santanu untuk menatap ke arah sebuah gunung berapi besar di wilayah selatan Kulon Anyar.

"Baiklah, ayo pergi." Arya Santanu membuat dua buah sayap yang berasal dari api merah. Sayap tersebut berbentuk seperti sayap burung merpati. Ia melesak terbang menuju ke arah selatan.

Di lain tempat, Iblis Rahu dan iblis Ketu merasakan energi dari saudara jauhnya. Iblis Ketu menggunakan cermin Mayasha untuk melihat keberadaan dari Asura.

"Ini gawat, kak Rahu! Makhluk biadab itu telah keluar dari penjaranya!" Iblis Ketu begitu khawatir.

"Ia menuju ke selatan, apa yang hendak ia lakukan di sana?" Iblis Rahu begitu penasaran.

"Apa perlu kita ikuti Asura?" Iblis Ketu menoleh ke arah kakaknya.

"Siapkan pasukan para mayat hidup. Suruh mereka berkuda menuju ke arah selatan. Bawa 2000 pasukan ke sana, jenderal." Iblis Rahu bicara kepada jenderal yang merupakan salah satu mayat hidup buatan kedua iblis itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status