Home / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 5 - Jalan Menemukan Musuh

Share

5 - Jalan Menemukan Musuh

Author: Gauche Diablo
last update Huling Na-update: 2024-01-15 10:30:09

Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”

Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.

“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.

Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.

“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.

Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.

Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di salah satu dahan pohon terdekat. “Sebentar lagi akan datang hewan buas! Lawan dia!”

Yao Chen mengangguk dan menyadari kedatangan hewan buas yang dimaksud gurunya. Itu seekor babi hutan dewasa bertaring panjang.

“Hmgh!” Yao Chen mengibaskan pedangnya ke babi hutan yang menerjang. Namun, hewan buas itu sudah melompat lebih cepat. “Argh!”

Yao Chen terkena terjangan moncong babi hutan dan terhempas ke belakang, tapi segera meneguhkan kuda-kudanya sebelum kembali menerjang.

“Hraakhh! Graakhh!” Yao Chen terus menebaskan pedang ke depan sambil membawa energi Qi pada tebasannya.

Taring panjang babi hutan bergelut dengan pedang Yao Chen. Namun, ketika ada kesempatan, pemuda itu mengayunkan kapak di tangan kirinya saat melihat kelengahan si hewan buas.

“Grookkhh!” Babi hutan berhasil terkena tebasan kapak Yao Chen di bahunya.

Namun, Yao Chen tidak menjeda serangannya dan menebaskan pedangnya lebih beruntun.

Crasshh!

Tebasan pedang Yao Chen berhasil menebas hidung babi hutan, lalu menebas putus salah satu taringnya hingga tak bisa dihindari si hewan buas, mengakibatkan babi hutan pun roboh ke tanah dalam genangan darah.

“Bagus! Cukup cepat juga eksekusimu!” Ouyang Hetian berkomentar dari atas dahan pohon. “Lihat! Ada lainnya yang mendekat!”

Sepanjang hari ini, Yao Chen melawan banyak hewan buas dengan pengawasan Ouyang Hetian karena ini pertama kali baginya berlatih menggunakan hewan buas.

Minggu berikutnya, Yao Chen sudah mahir menangani hewan buas dan beberapa hewan roh tingkat 1 tanpa bantuan Ouyang Hetian. Sang guru hanya perlu mengawasi dari atas pohon.

“Hraakkhh! Arrhhh!” Yao Chen meraung keras ketika dia menebaskan pedang ke beruang roh level rendah (level 1) setinggi 2 meter lebih ketika berdiri.

Hewan roh itu berjuang melawan pedang Yao Chen dengan mengayunkan cakar besarnya yang bermuatan energi Qi. Akan fatal apabila Yao Chen terkena tebasannya.

“Menyerahlah! Hyaakhh!” seru Yao Chen dengan lafal yang lebih jelas karena pertumbuhan lidahnya semakin cepat dikarenakan perkembangan kultivasinya.

Pedang kembali diayunkan ke arah perut beruang.

“Groaahh!” Beruang roh belum menyerah. Bulu tebalnya turut berperan besar dalam pertahanan sehingga tebasan pedang Yao Chen tidak terlalu fatal untuknya.

“Beruang sialan!” Yao Chen menggeram kesal karena satu jam lebih melawan beruang roh, tapi hewan itu belum tumbang. Padahal dia juga menderita beberapa luka akibat hempasan angin Qi cakar beruang roh. ‘Aku harus menemukan titik lemahnya! Tak mungkin guru membantuku atau aku takkan berkembang!’

Yao Chen berguling menghindari kibasan lengan beruang roh yang sedang berdiri. Ini dimanfaatkannya mengincar kaki belakang. Mengumpulkan energi Qi sebanyak mungkin di pedangnya, dia menebas.

Angin energi Qi berputar ganas menyelubungi bilah pedang Yao Chen dan berhasil memotong kaki gemuk berbulu tebal si beruang roh.

“Groaahhh!” Beruang roh meraung kesakitan dan rubuh ke tanah.

Tak mau kehilangan momentum, Yao Chen melonjak di udara dan menukik ke bawah, mengarahkan mata pedangnya ke perut beruang roh yang terbaring kesakitan.

Jlebb!

Pedang tenggelam sepenuhnya ke perut beruang roh. Tapi sebelum si hewan menyambar tubuh Yao Chen, remaja itu bergegas mencabut pedangnya dan menebas leher beruang roh.

Craasss!

Darah menyembur keluar bagaikan air mancur. Yao Chen bergegas melompat menjauh dari tubuh terkapar beruang roh.

‘Ini hewan roh cukup kuat dan merepotkan yang kutaklukkan selama berlatih di hutan ini.’ Yao Chen menilai.

Seperti dikatakan Ouyang Hetian, hewan roh dibagi menjadi 5 level: rendah, menengah, tinggi, raja, dan kaisar. Satu level pada hewan roh setara dengan 6 tingkatan pada kultivator manusia. Beruang yang dibunuh Yao Chen adalah hewan roh level 1, termasuk lawan kuat untuk Yao Chen saat ini.

Ketika Yao Chen menoleh ke gurunya, Ouyang Hetian mengangguk dari atas pohon. Kemudian, tubuh beruang roh itu dibawa pulang untuk dimasak. Daging hewan roh sangat bergizi untuk kultivator, itu sudah pasti.

“Kau ingin mencoba mempelajari penempaan senjata?” tanya Ouyang Hetian ketika selesai makan malam.

Terkesima oleh tawaran Ouyang Hetian, mata Yao Chen berbinar. Dia memang berniat mempelajari ilmu penempaan senjata setelah menguasai ilmu dasar alkimia.

“Unh! Tentu saja mau, Guru!” Yao Chen mengangguk. Dia akan mencoba semua cara untuk membuat dirinya bertambah kuat dan bernilai. Lidahnya belum tumbuh sempurna sehingga ucapan masih belum sejelas manusia normal.

Maka, esok harinya dia mulai berkutat dengan tungku setinggi 7 meter yang ternyata ada di belakang gubuk, di sebuah ruangan tersembunyi.

“Hati-hati, jangan sampai tercebur ke dalamnya.” Ouyang Hetian berjalan lebih dulu menaiki anak tangga batu menuju ke puncak tungku. “Ini adalah tungku untuk pemula sepertimu. Kuharap kau bisa menguasainya dalam beberapa minggu.”

Berbekal kegigihan tekadnya, Yao Chen mempelajari penempaan senjata. Dia rela terkena panas dari tungku, banjir peluh, dan rasa sakit di tangan ketika harus terus-menerus mengayunkan palunya, tapi dia tak mau menyerah.

Menyerah berarti kalah! Menyerah berarti tak bisa pulang!

“Tingkatan pembuat senjata ada 3. Pertama, Penempa. Kedua, Pemurni. Ketiga dan paling tinggi, Pencipta.” Ouyang Hetian menjelaskan di suatu sore usai Yao Chen berlatih.

Yao Chen ingin bertanya Ouyang Hetian sudah di level yang mana, tapi sepertinya itu kurang sopan.

“Aku di tingkat Pemurni Senjata.” Seakan tahu isi hati Yao Chen, Ouyang Hetian menguak sendiri tingkatannya. “Level Pencipta masih jauh bagiku. Itu hanyalah level mahaguru luar biasa yang sangat sulit digapai, karena untuk mencapai level itu, harus mampu menciptakan senjata menggunakan energi Qi dan menggabungkan elemen miliknya. Juga, senjata itu nantinya akan memiliki rohnya sendiri.”

Senjata Roh! Rupanya begitu. Yao Chen akan mengingatnya.

***

Tidak terasa, 11 bulan lebih terlewati dan Yao Chen semakin kuat secara fisik.

“Jangan bilang kamu naik tingkat lagi, Yao Chen!” Ouyang Hetian takjub saat menyadari kenaikan kultivasi anak didiknya.

Yao Chen mengangguk. Dia sudah mencapai Ranah Dasar Pemurnian Qi tahap puncak, setara kultivator tingkat 2. Untuk diketahui, naik satu tingkat minor saja membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan. Namun, Yao Chen bisa menggapainya hanya beberapa bulan singkat.

“Sepertinya kau termasuk genius bila kenaikan tingkat minormu hanya terjadi dalam satu atau dua bulan.” Demikian penilaian Ouyang Hetian. “Hm, kuyakin kau siap berlatih dengan hewan roh yang lebih tinggi levelnya. Besok akan kubawa ke hutan yang lebih dalam. Coba taklukkan mereka!”

Yao Chen mengangguk sebelum merenung. ‘Yang kuketahui, hewan roh jauh lebih kuat dari hewan buas biasa. Bahkan mereka ada level kekuatannya yang sebanding dengan para kultivator.’

Keesokan harinya, sesuai janji Ouyang Hetian, Yao Chen dibawa ke hutan yang lebih dalam. Dengan bangga dia menenteng kapak kecil dan pedang panjang hasil tempaan dia sendiri.

“Tenang saja, hanya ada hewan roh tingkat 1 dan 2 di sini. Aku yakin kau bisa menanganinya.” Ouyang Hetian memiliki keyakinan pada muridnya. Itu artinya hewan roh tersebut berada di level menengah.

Benar saja, Yao Chen dengan cepat menaklukkan beberapa hewan roh yang menghampirinya seharian ini. Sungguh pengalaman luar biasa untuknya yang merupakan manusia bumi.

***

“Yao Chen, aku memiliki informasi untukmu.” Ouyang Hetian duduk di ruang tengah gubuknya yang kecil.

Segera, Yao Chen ikut duduk, siap mendengar informasi dari gurunya.

“Kudengar dari pelangganku, beberapa bulan lagi akan ada perekrutan tahunan di Sekte Bilah Langit. Konon, mantan tunanganmu dan Di Yuxian juga akan mendaftar ke sana.” Ouyang Hetian membuka informasi. "Apa kau berminat?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Tanpa Wajah   590 - Kenaikan Tingkat 11

    “Kau bisa kembali, Gao Long.” Yao Chen berkata ke naga kunonya.“Hmph! Bocah bau pemaksa! Kau berhutang padaku!” Gao Long mendengus dan masuk kembali ke tubuh Yao Chen.Yao Chen hanya bisa terkekeh canggung.Udara malam masih menyisakan bara dari pertempuran yang barusan usai. Langit gelap dihiasi bintang-bintang kecil yang berkelip samar.“Tian Niao,” panggil Yao Chen pada Garuda Nirwana.“Ya, Tuan.” Binatang roh milik Yao Chen itu menjawab sambil terbang rendah.Sayapnya membentang sepanjang puluhan meter, dan tubuhnya memancarkan aura angin yang lembut.“Kalian semua, naiklah! Kita tak bisa tinggal di tempat ini terlalu lama,” ucap Yao Chen, membantu Sima Honglian yang masih sedikit terhuyung, lalu mengangkat Sheng Meiyu yang masih lemah ke punggung garuda.Mereka terbang melesat menuju arah timur laut, menuju hutan terpencil yang tersembunyi dari penglihatan dunia.

  • Pendekar Tanpa Wajah   589 - Yao Chen Datang

    “Gongsun … Yichen? Kau seharusnya sudah mati!” Zhong Hu membatu.Matanya membelalak saat melihat siluet pria bertopeng emas berdiri gagah di atas reruntuhan.Aura tekanan dari tubuh Yao Chen bagaikan gelombang tsunami, menghantam dada siapa pun yang menyentuhnya.“Aku takkan mati sebelum kau!”Yao Chen melangkah turun perlahan, setiap langkahnya menggetarkan tanah. Pedang Keseimbangan menyala terbalut api murni di punggungnya mengalirkan aura api Tasbih Semesta.Di belakangnya, Gao Long dengan mata merah menyala menyemburkan lidah api yang melilit pilar-pilar hancur.Sima Honglian menatapnya. “Chen .….”Yao Chen mendekat ke istri pertamanya. Dengan suara lembut, dia bertanya, “Kau baik-baik saja?”Sima Honglian mengangguk cepat, menahan air mata bahagia. “Aku baik-baik saja. Dia hendak mencelakai Meiyu .…” Tangannya terarah ke Zhong Hu.Tanp

  • Pendekar Tanpa Wajah   588 - Murka Sima Honglian

    "Kau ... kau bajingan busuk!" pekik Sheng Meiyu.Wajahnya mulai memucat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Entah dia akan direnggut kehormatannya dalam kultivasi ganda paksa, atau dia akan diserap sampai kering dan mati.Kini dia mengerti wajah asli Zhong Hu. Rasa sesalnya menjalar saat teringat peringatan yang diberikan Sima Honglian. Tapi sudah terlambat. Dia berada di ruang bawah tanah yang pastinya tidak terjangkau Sima Honglian. Dia berusaha menjerit, tapi suaranya melemah.Zhong Hu menatapnya dingin. "Aku tidak pernah berbohong, Nona. Aku memang membantumu mencari suamimu. Tapi aku berubah pikiran. Kurasa aku tidak berniat membiarkanmu menemukannya. Setelah semua kekuatanmu menjadi milikku, mungkin aku yang akan mendatanginya … sebagai wujud barumu."Tangan Zhong Hu terangkat, siap menyentuh wajah Meiyu yang kini tak mampu bergerak.Namun sebelum dia bisa melakukannya—Dua kilat cahaya merah menyilang di pintu ruangan. Ledakan terjadi, formasi di lantai terguncang.

  • Pendekar Tanpa Wajah   587 - Demi Kultivasi Ganda

    Zhong Hu terkekeh. "Lalu siapa yang akan menenangkan hatinya? Kau? Kau bahkan tak mungkin bisa menahan jika dia menangis di malam hari.""Cukup!" teriak Meiyu tiba-tiba. Aura dingin menyembur dari tubuhnya. Mata air mulai membeku di sekitar mereka. "Aku ... akan ikut dia. Sendiri. Kalau kau tak mau, itu urusanmu!"Sima Honglian terpaku. Hatinya remuk. Dia tak habis pikir kenapa Sheng Meiyu sebodoh itu. Madunya bukan anak kecil, kan? Yang gampang diiming-imingi gulali dan langsung luluh begitu saja?Zhong Hu mengangkat tangan. "Jangan khawatir, Nona Phoenix. Aku akan menjaminnya aman. Tapi kalau kau berubah pikiran, istanaku akan selalu terbuka."Dan dengan satu gerakan, Zhong Hu membuka portal bercahaya ke arah langit barat.Sheng Meiyu memandang Sima Honglian satu kali lagi. Lalu melangkah masuk ke dalam cahaya itu.Sima Honglian menggenggam tinjunya erat, api berkobar di sekelilingnya. Dia ingin melakukan sesuatu, tapi dia paham … S

  • Pendekar Tanpa Wajah   586 - Penguasa Barat: Zhong Hu

    “Kenapa aku masih juga belum merasakan aura Chen?” keluh lirih Sima Honglian.Sheng Meiyu diam dan tertunduk. Batinnya juga mengeluhkan hal sama seperti Sima Honglian.Langit yang semula dipenuhi hawa pertempuran kini terasa tenang, tapi tak benar-benar damai. Aura kehadiran seseorang yang luar biasa kuat mendadak turun dari angkasa, menindas udara dan membuat debu-debu beterbangan ke segala arah.Tap. Tap. Tap.Langkah kaki berat terdengar dari balik reruntuhan. Seorang pria paruh baya dengan jubah panjang berwarna hitam-emas muncul perlahan. Wajahnya tampan namun tajam, penuh wibawa. Di sisi kanan dan kiri kepalanya tumbuh helaian rambut putih mencolok yang disatukan dengan tatanan rapi, menambah kesan agung dan mengintimidasi.Matanya tajam seperti elang, menatap lurus ke arah dua wanita yang baru saja meratakan belasan pria."Aku tidak menduga akan melihat pemandangan seindah ini di tempat seburuk ini." Pria itu tersenyum samar. Suaranya dalam dan bergema, membuat beberapa burung

  • Pendekar Tanpa Wajah   585 - Kami Dewi Kematianmu!

    "Nona, kau terlalu kejam!" Seorang pria menyeru ke Sima Honglian.Namun, ucapan itu hanya mendapat tanggapan tawa mengejek dari Sima Honglian.Sedangkan pria lainnya menyahut dengan bentakan, "Jalang sialan! Apa yang kau tertawakan?"Sikap Sima Honglian masih tenang menanggapi hardikan tersebut."Aku menertawakan kalian yang tak tau apa-apa dan salah." Sima Honglian menyeringai."Kesalahan macam apa sehingga kau sekejam itu memotong tangan kawanku?" Teman dari pria yang dimutilasi Sima Honglian mendelik tak terima."Kesalahan pertama, kalian menghadang aku dan adikku." Sima Honglian melirik Sheng Meiyu. "Kesalahan kedua, kami bukan lagi nona, karena kami sudah memiliki suami! Jadi bersikaplah yang benar!"Usai mengatakan itu, Sima Honglian mengumpulkan energinya pada telapak tangan.Semua pria yang mengganggu mereka segera siaga. Ada juga yang mulai menyalurkan energi Qi mereka di kepalan tinju.Dhaarrr!Sima Honglian meledakkan energi apinya sehingga ada beberapa pria pengepungnya ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   584 - Seperti Anjing Kalah

    “Ja…ngan harap!” Dengan suara lemah, Yao Chen berkata sebelum dia berteriak, “Api Murni!”Swooosshh!Langsung saja keluar semburan api murni dari tubuhnya yang berlari cepat menyambar Raja Iblis Mo.“Tidak! Jangan!” Raja Iblis Mo terkesiap bukan kepalang.Dia sama sekali tidak mengira akan ada api jenis lain muncul menyergapnya. Jika tadi api Gao Long masih bisa ditangani, kali ini dia tak bisa meremehkan.“Arghhhh!” Raja Iblis Mo menjerit keras ketika tangan kanannya mulai dijilat api murni.Dia sudah secepat mungkin menghindari terjangan api murni yang mengejutkan, tapi rupanya masih belum cukup dan ujung tangan kanannya terjilat.Di tengah kepanikannya, Raja Iblis Mo memotong tangan kanannya sambil hatinya berdarah.Namun, Yao Chen masih belum selesai.Swoosshhh!Ketika Raja Iblis Mo sedang memotong tangan kanannya, Yao Chen menggunakan kesempatan sekian detik yang ada untuk menyemburkan api murni lagi.“Aaarrkkkhhhhh!” Jeritan Raja Iblis Mo semakin kencang ketika api murni berikut

  • Pendekar Tanpa Wajah   583 - Keluarnya Sosok Kaisar Manusia

    “Keinginanmu terlalu tinggi!” balas Yao Chen.Dia berdiri dengan napas berat, keringat dan darah bercampur di wajahnya. Tubuhnya sudah terluka dalam akibat pertempuran sebelumnya, dan kini harus menghadapi musuh dari tingkat yang jauh lebih tinggi.“Berani kau menghina Panglima Gu, bocah!” raung Raja Iblis Mo yang masih hidup. Tubuhnya diselimuti pusaran energi kegelapan yang siap diledakkan ke lawan.Raja Iblis cantik berjulukan Panglima Gu mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Raja Iblis Mo diam.“Tentu saja keinginanku tinggi karena aku memiliki kemampuan.”Setelah mengucapkan itu, Panglima Gu menjulurkan kedua tangannya ke depan.Bagaikan ada daya hisap kuat, Yao Chen dan Putri Suci langsung tertarik ke arah tangan Panglima Gu.“Arkkhh!”Yao Chen dan Putri Suci tidak berdaya ketika leher mereka dicengkeram tangan Panglima Gu. Masing-masing jarinya lentik, berkuku panjang warna merah darah yang menindas.Mata Panglima Gu membelalak gila diiringi senyuman lebar. “Lihat, sudah k

  • Pendekar Tanpa Wajah   582 - Raja Iblis Cantik

    Asap darah belum sepenuhnya hilang ketika Mo Gu — Raja Iblis berkepala botak — akhirnya menyadari bahwa kakaknya, Raja Iblis Mo Yang, benar-benar telah dibakar habis oleh api mengerikan milik Yao Chen.“K-Kau ... KAU MEMBUNUH KAKAKKU!!!” raungnya, suara parau, gemetar antara amarah dan ketakutan.Wajahnya pucat, matanya liar menatap jasad hangus yang tak lagi menyerupai makhluk hidup.“Tidak! Ini belum waktunya! Aku harus pergi dari sini! Aku harus membalasnya suatu hari nanti!”Tanpa ragu, Mo Gu menghantam tanah dengan teknik iblis pelarian, membelah udara dan membuka celah dimensi.Namun suara dari belakang membuat darahnya membeku."Kamu pikir bisa seenaknya muncul dan kabur di hadapanku?"Langkah kaki bergema, disusul aura iblis menyelimuti tanah seperti malam menelan siang."Dasar anjing busuk!" bentak Yao Chen.Tubuhnya masih dalam Mode Asura Neraka, namun kini tampak goyah. Asap hitam mengepul dari punggungnya, darah mengalir deras dari hidung dan telinganya.Tubuh Tingkat 8-ny

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status