Share

7 - Lawan Kuat

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2024-02-15 11:39:29

‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.

“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.

Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.

Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.

“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.

Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.

“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Yao Chen dan mengakibatkan luka panjang menganga sehingga darah pun tumpah di tanah. “Sialan!”

Namun, Yao Chen sudah memiliki banyak pengalaman melawan hewan roh, maka dia tidak ingin kehilangan momentum dan pedangnya gesit meliuk bagaikan petir di leher bandit yang menjerit baru saja.

“Kkrrkkhh ….” Bandit itu memegangi lehernya yang sudah tertebas pedang Yao Chen.

Dua kawan lainnya menatap horor ke Yao Chen usai melihat kematian rekan mereka.

“Kau … kau ini hanya bocah tingkat 2 saja, tapi kenapa kau … kau sekuat itu?!” teriak tak rela bandit yang satu lengannya terpotong Yao Chen.

“Tanyakan saja ke Raja Neraka!” geram Yao Chen sambil bergegas menarikan pedang dan kapak panjangnya lebih cepat ke sisa lawan.

Gerakan kaki Yao Chen semakin gesit beserta tubuhnya bergerak harmonis bersama tebasan kedua senjatanya. Ajaran-ajaran dari Ouyang Hetian muncul di otaknya dan segera dia aplikasikan dalam serangan dan pertahanannya.

“Urgh!” Salah satu bandit tertusuk pedang Yao Chen setelah goloknya ditepis kapak panjang pemuda itu. “Argh!” Teriakan berikutnya keluar disebabkan lehernya tertebas dari pedang yang bergegas dicabut empunya dari perut dia.

Dalam sekejap, sudah ada 2 bandit tergeletak bersimbah darah di tanah karena Yao Chen.

‘Aku bisa! Ternyata aku bisa!’ Yao Chen menatap 2 mayat tak jauh darinya dengan perasaan haru-biru. Dia yang biasanya hanya tenang berjaga di jalan atau di pos sebagai polisi lalu-lintas, kini merasakan yang namanya medan pertempuran sesungguhnya meski di dunia berbeda.

Mata Yao Chen memandang lurus ke lawan satu-satunya. Tinggal satu itu lagi dan dia bisa meneruskan perjalanannya. Dia melirik ke kuda roh yang sedang tenang merumput di kejauhan, hewan roh yang menyebabkan dia mengalami pengadangan ini.

“Hyaaakhh!” Bandit itu menerjang ke Yao Chen dengan goloknya yang merupakan Senjata Tingkat Kuning, jenis senjata dengan level paling rendah di dunia kultivasi. “Jangan kau kira hanya karena senjatamu di Tingkat Hitam, kau bisa mengalahkan aku! Kultivasimu masih di bawahku, bocah!” teriaknya sembari meraung dan mengibaskan goloknya.

Yao Chen mencibir di balik topeng emas yang menutupi seluruh wajahnya. Kalau membunuh 2 bandit saja mampu dilakukan, apalagi hanya 1 orang?

Sebagai aparat penegak hukum di Bumi, mana bisa Yao Chen membiarkan bandit seperti mereka berkeliaran seenaknya menjarah setiap orang yang masuk ke hutan?

“Haarkh!” Yao Chen meraung sambil mengibaskan pedang dan kapak panjangnya secara bergantian, gerakannya semakin cepat dan tajam, menyebabkan si bandit kewalahan.

Trang! Tang! Trang!

Logam beradu menimbulkan bunyi berdentang yang riuh. Aura Yao Chen semakin melonjak sehingga energi berputar di sekeliling tubuhnya, mengakibatkan rambut dan bajunya berkibar-kibar seakan ada angin dari tanah yang dia pijak.

Crass!

Ujung pedang Yao Chen berhasil menebas paha si bandit.

‘Sialan! Kenapa bocah itu memiliki kekuatan di atasku? Tingkat kultivasinya di bawahku! Harusnya aku yang menekan dia, bukan sebaliknya!’ Si bandit meraung di hatinya dengan perasaan tak rela.

Bandit itu tak tahu bahwa Yao Chen dianggap genius oleh Ouyang Hetian karena bisa melawan musuh di tingkat yang lebih tinggi.

Yao Chen masih terus melonjakkan auranya sambil kedua tangannya terus bergerak bagaikan baling-baling, berputar cepat mendesak ke lawannya sehingga si bandit makin kewalahan.

‘Brengsek! Bagaimana bisa? Kenapa dia bisa sekuat itu? Dia hanya bocah di Tingkat 2 saja! Kenapa dia bisa mendesakku?!’ Si bandit menyesal memilih target seperti Yao Chen.

Dia kira Yao Chen anak orang kaya yang berilmu rendah saja ketika dia dan 2 rekannya melihat Yao Chen membeli kuda level 2 yang berharga cukup mahal di salah satu guild pemburu yang biasanya memperjualbelikan hewan roh.

Di saat goloknya bertemu secara keras dengan pedang di tangan kanan Yao Chen, si bandit merasa tulang pada lengannya bisa hancur sewaktu-waktu. Lantas, tiba-tiba saja perutnya sudah ditebas kapak panjang sehingga isinya mulai terburai keluar dikarenakan dia kehilangan fokus.

“Uhuk! Uhuk!” Si bandit memuntahkan darah bertubi-tubi sambil langkahnya terhuyung ke belakang seusai dia melompat menjauh dari Yao Chen.

Dia sama sekali tidak menyangka bila bocah yang dia remehkan bisa sehebat itu kekuatannya, sungguh di luar dugaan. Kemudian, dia terjatuh dengan kedua lututnya dan ambruk ke tanah, berkubang dalam darahnya sendiri.

“Fuuhh!” Yao Chen menghela napas lega. ‘Ternyata aku mampu melawan 3 orang dengan tingkat kultivasi di atasku.’ Dia sembari menatap tangannya yang terkepal setika kedua senjatanya sudah dia masukkan kembali ke cincin ruang.

Namun, baru saja dia hendak berjalan ke kuda rohnya, tiba-tiba datang seorang pria dengan membawa aura menggelegak di Ranah Penempaan Qi level akhir. Aura orang itu membuat rambut dan jubah hitamnya berkibar-kibar heboh di udara ketika terbang pelan menuju ke Yao Chen.

‘Sial! Dia 3 level minor di atasku! Pasti dia bos 3 bandit tadi!’ seru Yao Chen dalam hati setelah berpikir cepat.

“Kau yang membunuh anak buahku?” Pria berwajah bengis berpenampilan serampangan dengan rambut panjang sepunggung tanpa diikat sekilas mirip Ouyang Hetian jika mengabaikan perbedaan massa otot mereka.

Wuss!

Sekali kibasan tangan dari pria bos bandit itu sudah membuat deru angin bermuatan energi Qi tajam menerjang ke Yao Chen, mengakibatkan dia terdorong ke belakang sampai 5 meter lebih.

‘Sial! Dia kuat sekali!’ Yao Chen sampai harus menyilangkan kedua lengan di depan wajahnya demi melindungi kepalanya dari angin energi tajam tadi.

Akibatnya, lengan baju dan sebagian besar pakaiannya menjadi sobek-sobek. Ini menandakan kekuatan bos bandit tidak bisa dianggap remeh.

“Haakkhh!” Bos bandit itu mengirimkan energi menekan melalui telapak tangannya yang dijulurkan ke depan.

Qi yang menekan membuat Yao Chen terlempar beberapa meter dan memuntahkan seteguk darah seakan dia baru saja dihantam batu sebesar rumah.

‘Sialan! Kenapa harus bertemu dengan musuh sekuat itu?! Apakah aku akan mati sebelum mencapai Sekte Bilah Langit untuk membalaskan dendam Wu Zaochen?’ Benak Yao Chen bertanya-tanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Tanpa Wajah   598 - Kemunculan Tetua Terkuat

    “Kenapa Anda di sini?” Yao Chen masih bingung dengan kemunculan Guru Besar Tianji.Orang itu adalah tetua terkuat di Tanah Suci. Kemampuannya setara dengan Gongsun Huojun.Yao Chen tidak terlalu mengenalnya, tapi pernah beberapa kali bertemu.“Hm.” Guru Besar Tianji hanya menoleh ke Yao Chen tanpa mengatakan apa-apa selain gumaman.Tap! Tap! Tap!Langkah Guru Besar Tianji bergema pelan, namun tiap langkahnya mengguncang udara seolah alam semesta ikut menunduk. Cahaya putih dari tubuhnya menyebar seperti lautan, menelan semua aura iblis dalam radius puluhan li.Para kultivator iblis langsung mundur, tubuh mereka bergetar hebat seolah dikoyak dari dalam oleh hukum-hukum langit.Wajah Gongsun Yihang langsung mengeras. “Apa yang kau lakukan di sini, kentut tua?”“Menjaga penerus terbaik klan Gongsun, sesuai wasiat Tuan Huojun,” jawab Guru Besar Tianji datar. “Sekaligus membantu menyeimbangkan dunia. Kau—Yihang … telah melanggar batas.”Gongsun Yihang menggertakkan gerahamnya. Rasa irinya

  • Pendekar Tanpa Wajah   597 - Pertemuan Adik dan Kakak

    Gongsun Yihang tertawa ringan. “Aku datang ke sini lebih dulu sebelum kau bahkan tahu di mana letak Negeri Bayangan Timur.”Tatapan mereka saling mengunci. Ada ketegangan yang menggantung—tidak terlihat dari luar, tapi jelas terasa oleh mereka yang sensitif.Sheng Meiyu menggenggam cambuknya. Sima Honglian sudah bersiap dengan Api Phoenix-nya.Hanya Putri Suci yang tetap tenang, meski sorot matanya mengamati segala detail.“Putra Suci, jiwa Tuan Muda Ketiga … keruh. Ada yang salah dengannya.” Putri Suci berbisik lirih di dekat Yao Chen.Dia memiliki kemampuan ‘melihat’ jiwa karena teknik kultivasinya yang berasal dari Peri Cahaya Kuno.Mendengar ucapan Putri Suci, Yao Chen mengangguk.“Kenapa? Apa kau merasakan sesuatu yang aneh dariku, Adik Chen?” ujar Gongsun Yihang sambil melangkah pelan. “Kau curiga aku pernah mencoba mencelakaimu. Tapi aku ingin kau tau satu hal .…”Mendadak, tanah bergetar.“…kau tidak sepenuhnya keliru!”Seketika puluhan bayangan keluar dari balik pepohonan. So

  • Pendekar Tanpa Wajah   596 - Tiba di Tujuan

    Naga kuno itu memandang lama ke Putri Suci. “Jiwamu paling murni. Itulah kenapa kau paling bisa meredam amarahku, Putri Suci.”“Saya tau Anda sosok bijaksana.” Putri Suci menimpali dengan tidak melupakan senyum manisnya.Yao Chen paling paham, naga kunonya paling susah menolak kecantikan di depan mata. Oleh karena itu, alih-alih mengancamnya menggunakan Tasbih Semesta, kenapa tidak menggunakan cara yang lebih manusiawi?Err … tapi ini Gao Long. Maka … cara nagawi? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum naga merupakan kaum paling mesum di seantero jagat raya.“Tapi ini bukan sekadar tentang misi. Ini tentang harga diri seekor naga. Aku tidak suka diperintah.” Gao Long menyambung.Raut wajah keras kepalanya masih belum hilang.“Tidak ada yang memerintah Anda,” ujar Putri Suci. “Ini adalah permintaan dari seorang kawan yang sedang mempertaruhkan segalanya.”K

  • Pendekar Tanpa Wajah   595 - Gao Long Dibutuhkan

    “Aku tak tau,” jawab Yao Chen jujur. “Dia naga yang keras kepala dan sangat selektif. Dia hanya akan bergerak jika ingin saja.”“Saya bisa bantu bicara pada Beliau,” ucap Putri Suci, tersenyum tipis.Yao Chen mengangguk setuju, lalu berdiri dan menatap ke depan. “Kalau begitu, kita bisa mulai setelah ini. Kita terbangkan Gao Long menuju Bayangan Timur. Tapi sebelum itu, kita perlu menyamarkan keberadaan kita.”Dia lalu mengeluarkan beberapa batu formasi dari Tasbih Semesta di tubuhnya. Dalam sekejap, puluhan simbol muncul di udara. Api, angin, dan cahaya membentuk jaring-jaring perlindungan dan penyamaran di sekitar gua.“Formasi Ilusi Lima Lapisan dan Penyekat Langit,” bisik Sima Honglian, pelan.Sebagai orang yang mempelajari formasi, tentu saja Sima Honglian paham. Meski dia tak tau, bagaimana dan dari mana Yao Chen menguasai formasi tingkat tinggi semacam itu.Yao Chen menganggu

  • Pendekar Tanpa Wajah   594 - Menuju Negeri Bayangan Timur

    “Negeri Bayangan Timur—argh!”Altar meledakkan cahaya. Yao Chen terlempar keluar dari penglihatan masa lalunya, terjatuh di atas lutut. Napasnya memburu, tubuhnya berkeringat deras.Sima Honglian segera memapahnya. “Chen! Kau baik-baik saja?”“Ya.” gumamnya lemah. “Aku melihatnya … Kakak Ketigaku dan juga ayah. Mereka masih hidup. Tapi … ada sesuatu yang menghalanginya. Sesuatu yang sangat gelap.”Sheng Meiyu mendekat. “Kau tadi menyebut ayahmu?”Yao Chen menatap mereka semua dengan sorot mata baru—penuh tekad. “Ayahku juga masih hidup. Mereka berdua berhasil selamat dari kehancuran klan kami … tapi sekarang mereka dalam bahaya. Mereka ditahan atau berada di bawah pengaruh kekuatan iblis.”“Rupanya begitu.” Putri Suci menggumam.“Negeri Bayangan Timur. Aku mendengar suara yang menyebutkan nama itu.” Tak lupa

  • Pendekar Tanpa Wajah   593 - Ritual Warisan Darah

    “Aku berangkat sekarang.” Yao Chen memandang altar di depannya dengan keteguhan sikap.Melangkah mantap, dia menaiki anak tangga batu menuju altar warisan darah. Di sisi altar terdapat batu merah tua sebesar meja bundar, dikelilingi delapan pilar giok berukir simbol kuno. Aura misterius mengalir dari dasar ruang suci itu, seolah menarik setiap helai rambut berdiri.Kepala Biara menatapnya serius. “Altar ini dibangun oleh para leluhur sebagai jembatan antara darah dan takdir. Begitu ritual dimulai, ingatan dan keberadaan kerabat sedarahmu yang masih hidup akan tertarik ke dalam penglihatanmu. Tapi bersiaplah, Tuan Muda … karena ritual ini bisa menunjukkan lebih dari sekadar kebenaran.”Yao Chen mengangguk. “Aku sudah siap.”“Lepaskan beberapa tetes darahmu ke tengah altar dan biarkan jiwamu terbuka.” Kepala biara memberikan instruksi.Tanpa ragu, Yao Chen menggenggam pedangnya, menggores telapak tangannya, dan meneteskan darah ke atas altar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status