Share

Bab 8 (Kehilangan jejak)

Arya tetap menyasar setiap tempat dan memasang tatapan penuh pada setiap apa yang ia temukan di dalam hutan. Dia tidak ingin menyakiti sedikitpun penduduk hutan dan membuat masalah di tempat yang terkenal angker itu. 

Arya memerhatikan setiap bentuk daun yang baru ia temui di hutan tersebut. Namun belum juga ia temui ciri-ciri yang sesuai dengan apa yang ia cari dalam misi kali ini. "Dimana si ekor tiga?" ucapnya dengan lirih. Arya yang mulai merasakan lapar kemudian menghentikan langkahnya dan berteduh di sebuah pohon besar. "Aku makan lebih dulu kalau begitu, aku kehilangan jejaknya," batin Arya. Dia merasa ragu untuk membuka bekal sendirian dan meninggalkan ekor tiga. Namun ia tidak memiliki pilihan lain. Dia merasa sangat lapar.

Tanpa dia sadar, sosok yang mengikutinya sedari awal perjalanan masih terus mengawasinya. Dia adalah sosok halus tak kasat mata yang tidak mampu di tangkap oleh mata manusia biasa. Hanya mereka yang memiliki ilmu tinggi dan siluman saja yang mampu merasakan keberadaannya.

Arya sebetulnya sudah merasakan ada yang tidak beres disekitarnya namun dia tetap berpikir positif dan dengan pendiriannya untuk tetap mencari daun langka tersebut. Lama-kelamaan dia merasa risih dan mencari tau apa yang menjadi pertanyaannya.

"Siapa kamu? apa maumu membuntutiku dari tadi?" teriak Arya pada sekitarnya. Tidak ada suara apapun setelahnya. Arya tetap penasaran atas apa yang ia rasakan. "Kamu siapa?" ucap Arya kembali. 

Sosok itu tetap tidak mau menampakkan diri. Arya kemudian melanjutkan perjalanan hingga menjelang senja. Dia telah tertinggal jauh dari kawannya-si ekor tiga. Namun dia berusaha sendiri mencari daun tersebut. 

Di alam terbuka tersebut Arya kemudian mencari kayu bakar untuk persiapan menghadapi malam. Dia akan mendirikan api di tengah-tengah hutan tersebut demi menghindari binatang buas. "Hari sudah mulai gelap sebaiknya aku segera bergegas untuk mencari tempat yang lebih aman," ucap Arya.

Tidak sulit baginya mengumpulkan ranting kering untuk di jadikan kayu bakar. Tak lupa dia mencari persediaan air di pinggir sungai untuknya minum sepanjang malam dan bekal untuk esok hari. Arya masih memikirkan keberadaan si Ekor tiga yang masih juga belum bertemu dengannya. Arya merasa bersalah karena telah bersikeras tidak mau mengalah padanya.

"Mungkin aku harus lebih sabar dengannya," lirih Arya. Tak lama kemudian ia merasa sangat mengantuk di ujung senja. Padahal itu adalah larangan untuk waktu tidur di saat-saat pergantian siang dan malam. Tanpa banyak pertimbangan Arya merebahkan dirinya di bawah pohon dan menutup kedua matanya. Seperti tampak mendapat sihir tak butuh waktu lama Arya berada di alam bawah sadarnya. Dia berada dalam mimpinya.

Di alam mimpinya dia bertemu dengan sesosok wanita cantik dengan rambut panjangnya. Dia sangat mengagumkan. Dengan senyum manis dan aroma tubuhnya yang sangat harum membuatnya terbuai dan ingin sekali berkenalan dengan wanita tersebut.

"Siapakah gerangan wanita secantik bidadari itu?" ucap Arya sambil mengejar wanita tadi. "Hey, tunggu aku. Siapakah dirimu sebenarnya, bolehkah aku tau namamu?" tanya Arya dengan suara lembut namun tetap dengan suara yang mampu di dengar oleh lawan bicaranya.

Wanita itu tidak henti menjauhi Arya namun menggodanya dengan tetap memasang tatapan tajam dan senyum manisnya. "Tunggu, jangan pergi. Kemarilah."

Arya terus mengejarnya namun semakin jauh wanita tersebut pergi. Arya tidak menyadari jika dia sedang di permainkan di alam mimpinya. Dia tidak tahu siapa yang sedang mempermainkannya. Arya tidak peduli dengan larangan dari gurunya untuk tidak tertidur di saat-saat larangan tersebut. Akhirnya dia terperangkap dalam mimpinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status