Share

4. Luka Yang Tertinggal

“Kamu benar-benar harus memimpin perusahaan, Raja. Usiamu sudah sangat cukup dan om yakin kamu sudah lebih dari mampu untuk memimpin perusahaan peninggalan kakekmu. Berada di belakang layar saja, kamu bisa membuat perusahaan semakin maju. Akan lebih baik lagi kalau kamu terjun langsung.”

“Sudah cukup usia juga untuk menikah. Tahun depan usiamu sudah tiga puluh tahun. Kapan kamu mau kasih ibu cucu?”

Raja terkekeh geli saat sang ibu ikut-ikutan bicara padanya. “Om Ridwan sedang membahas perusahaan, Bu, bukan jodoh untuk Raja. Tidak nyambung.” Raja menggeleng.

“Apanya yang ‘tidak nyambung’?! Justru nyambung-nyambung saja. Nanti yang jadi penerus perusahaan setelah kamu tua siapa lagi kalau bukan cucu ibu? Kamu mau, perusahaan peninggalan kakekmu itu direbut sama anak wanita itu?”

Senyum Raja perlahan luntur. ‘Wanita itu’ yang ibunya maksud pasti istri siri mendiang ayahnya. Wanita yang baru diketahui keberadaannya setelah sang ayah meninggal. Membuat Magani dan seluruh keluarga Jagapati nyaris jantungan. Kemunculan wanita itu meninggalkan luka bagi Magani dan Raja.

Sang ayah memiliki satu orang putra dari ‘wanita itu’. Sudah pasti statusnya dan Raja adalah saudara seayah. Apakah anak itu satu-satunya saudara yang Raja miliki dari Herjuno?

Raja sangsi. Pasalnya, ayahnya itu doyan selingkuh dan menebar benih. Bisa saja yang ketahuan hanya anak dari wanita itu, karena wanita itu dinikahi sang ayah walaupun secara siri. Wanita bernama Weni Amanda, si wanita yang saat ini sedang mencari masalah dengan keluarga Jagapati.

“Wanita itu menuntut harta warisan yang diberikan ayahmu. Pria itu benar-benar!” Sang ibu kembali bersuara dengan geram.

Raja menatap ibunya, Magani Sari. Garis-garis tipis di sekitar mata sudah menghiasi wajah ayu itu. Menandakan kalau usianya sudah tak muda lagi.

“Apa yang ada di otak Herjuno saat memalsukan surat perjanjian pemegang saham dan memberikannya pada wanita itu untuk dijadikan warisan?! Sudah mati saja masih buat masalah.”

Senyum Raja kembali terbit. Kali ini senyum kecut.

Herjuno Jagapati. Pria itu adalah ayahnya, dan baru meninggal belum genap satu tahun. Sejak Raja kecil, Raja sudah kenyang disuguhkan semua masalah yang disebabkan sang ayah. Herjuno kerap kali membuat masalah, terlebih soal wanita. Kakek Raja dan Magani selalu menjadi pihak yang membereskan masalah yang dibuat pria itu.

Nama besar keluarga Jagapati bisa rusak sejak dulu jika saja kakek Raja dan Magani abai, dan perusahaan advertising yang sudah dibangun keluarga Jagapati puluhan tahun, bisa benar-benar hancur karena image anak sulung dari keluarga Jagapati yang doyan selingkuh dan gonta ganti pasangan. Entah sudah berapa banyak uang yang dikeluarkan Jaya Jagapati – Kakek Raja – untuk menghilangkan pemberitaan tentang kabar perselingkuhan Herjuno, anak laki-laki satu-satunya yang malah jadi beban alih-alih jadi pelindung keluarga.

“Bu, orang yang ibu bilang buat masalah adalah orang yang ibu cintai,” ucap Raja sedikit menyindir.

Raja sudah berkali-kali meminta Magani untuk melepaskan Herjuno. Apa pun sebutan untuk anak korban perceraian, Raja ikhlas menyandangnya daripada melihat Magani menderita hampir setiap malam menangisi kelakuan bejat Herjuno.

Namun selalu saja atas dasar cinta yang menjadi alasan ibunya mempertahankan Herjuno. Bisa dikatakan Magani terjebak cinta buta. Rela menderita asalkan dia tetap menjadi istri Herjuno. Magani selalu mengatakan pada Raja kalau Herjuno pasti bisa berubah.

Alhasil, Raja tidak dapat berbuat apa pun atas keputusan yang dipilih Magani. Maka dari itu, sejak lulus SMA Raja memutuskan memilih berkuliah ke luar negeri agar tak melihat dengan langsung penderitaan sang ibu. Setidaknya, selama ini Herjuno tidak pernah menggunakan kekerasan. Herjuno cenderung jarang berada di rumah. Mungkin sibuk menebar benih daripada bekerja. Perusahaan JCA ( Jagapati Creative Advertising ) memiliki CEO, tapi seperti tidak memiliki. Sebelum meninggal, kakek Raja lah yang masih memimpin dan menggerakkan perusahaan. Dibantu dua menantunya dari kedua anak perempuan pria tersebut. Salah satunya adalah Ridwan yang saat ini menjabat sebagai CEO.

Raja pernah mendengar cerita kalau Herjuno adalah cinta pertama Magani. Ibunya adalah gadis desa polos yang memiliki harta melimpah dari perkebunan orang tuanya. Ayah Magani dan Jaya Jagapati bersahabat sejak kecil. Namun mereka terpisah setelah ayah Magani menikah dan pindah ke sebuah desa. Menjalani kebun buah dan sayur milik keluarga dari ibu Magani.

Setelah anak-anak mereka sama-sama dewasa, Jaya dan ayah Magani dipertemukan kembali. Kebetulan saat mereka bertemu, Jaya bersama dengan Herjuno, sementara ayah Magani bersama anak satu-satunya, yaitu Magani Sari.

Saat itu perusahaan keluarga Jagapati nyaris bangkrut. Namun karena bantuan dana dari ayah Magani yang menanam modal di perusahaan itu, Perusahaan keluarga Jagapati terselamatkan. Perusahaan yang tadinya adalah perusahaan keluarga, berubah jadi perusahaan milik dua keluarga karena penanaman modal yang diberikan keluarga Magani.

Herjuno dan Magani dinikahkan setelah orang tua mereka melihat ketertarikan di antara keduanya sejak saat pertemuan pertama mereka. Kebetulan saat itu Magani baru lulus SMA dan sudah cukup usia. Jaya bersyukur karena sahabatnya tersebut mau menerima Herjuno sebagai menantu. Jaya berharap jika anak sulungnya yang sejak remaja sudah doyan buat masalah itu, bisa berubah menjadi lebih baik setelah menikah dengan Magani yang terkenal lembut dan santun. Mungkin karena keteledorannya yang tidak mendidik Herjuno dengan baik sejak sang istri meninggal, membuat kelakuan Herjuno menjadi tak terkendali saat remaja.

Beberapa tahun berlalu setelah pernikahan Herjuno. Ayah dan ibu Magani meninggal dalam sebuah kecelakaan. Perkebunan keluarga ibu Magani otomatis menjadi milik Magani, karena ia satu-satunya keluarga yang tersisa. 

Hal itu dimanfaatkan Herjuno meminta sejumlah uang pada sang istri dengan alasan agar perusahaan Jagapati semakin maju. Magani yang pada dasarnya memiliki hati yang murni dan pendidikan yang tidak setinggi Herjuno, tidak curiga sedikitpun dan mengikuti apa yang diinginkan sang suami. Setiap uang hasil panen perkebunan, selalu sebagian ia berikan pada Herjuno. Namun Magani tidak tahu saja, jika Herjuno menggunakan uang tersebut untuk pergi ke kelab malam dan berselingkuh. Herjuno terpaksa membohongi sang istri karena Jaya Jagapati selalu mengawasinya. Herjuno tidak bisa lagi diam-diam mengambil uang perusahaan.

Jaya ternyata tahu Herjuno tidak pernah berubah dan selama ini pura-pura setia pada Magani. Namun karena Jaya sangat menyayangi menantu dan cucunya yang saat itu sudah berusia empat tahun, ia tidak ingin Magani memutuskan meninggalkan Herjuno dan membawa Raja, cucu kesayangan Jaya.

Setelah tahu bagaimana piciknya sang putra, Jaya mulai memiliki rencana untuk melibatkan Magani secara langsung ke dalam perusahaan. Meminta Magani masuk perguruan tinggi agar suatu saat dapat masuk ke dalam perusahaan dengan posisi penting. Karena sebenarnya Magani mempunyai saham yang besar dari tanam modal mendiang ayahnya dulu.

Magani Sari menghela napas panjang. “Ibu tidak bisa mengelak.”

Raja memperhatikan sang ibu yang saat ini tatapannya kosong. Raja menelan saliva susah payah. Ia jadi tidak enak sendiri setelah mengatakan itu.

“Maaf, Raja tidak bermaksud membuat Ibu menyesal menikah dengan—” Raja menghentikan ucapannya saat melihat gelengan kepala Magani.

“Ibu tidak menyesal menikah dengan Herjuno. Percayalah. Karena kalau ibu menyesal, itu berarti ibu menyesal punya anak seperti kamu. Bagi ibu kamu segalanya, Raja.”

Mata Raja berkaca-kaca mendengar ucapan Magani. Ditambah dengan usapan lembut di punggung tangannya. Tak ada bedanya dengan mata Magani yang saat ini menatap putra anak penuh rasa sayang. Mereka duduk berdampingan di sofa ruang keluarga rumah Jagapati yang sudah menjadi tempat tinggal Magani selama bertahun-tahun setelah menikah dengan Herjuno.

“Ehm… suasananya jadi mendung. Buat saya jadi mau meneteskan air mata, Mbak Gani. Apakah di sini ada yang mengiris bawang bombay?”

Magani dan Raja terkekeh geli setelah mendengar suara Ridwan yang mencoba membangun candaan.

“Mas Ridwan, apa ada lagi yang mau dikenalkan buat jadi calon menantu saya?”

“Bu…” Raja merengek pada sang ibu. Meng-kode Magani untuk tidak membicarakan masalah itu lagi-itu lagi. Lelah sekali rasanya disinggung perkara jodoh yang sampai saat ini belum kelihatan hilalnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status