Abraham dan Ivy kembali pulang, sesampainya di rumah masing-masing, Ivy langsung masuk ke dalam kamar dengan suasana hati yang ceria.
Ia baringan di tempat tidur dengan senyum mengembang, yang tak pernah luntur dari wajahnya cantiknya. Ivy menatap lagi jarinya yang dihiasi cincin pemberian Abraham, lebih tepatnya lamaran Abraham.
Di kecupnya cincin itu dan di usap-usapnya dengan sayang, dia benar-benar bahagia sekali. sampai rasanya tak ingin melupakan hal tadi bersama Abraham.
"Aku mencintaimu om Bram," ucapnya sambil menatap cincin itu.
Hal yang sama pun terjadi pada Abraham, pria tampan itu selalu tersenyum lebar. kala mengingat momen kebersamaannya dengan Ivy.
Ingin segera rasanya Abraham memiliki Ivy seutuhnya, dan berstatus sebagai istrinya. ah rasanya Abraham sudah tak sabar.
******
Hari-hari mereka lewati seperti biasanya, namun ada perbedaan. perbedaannya adalah semakin hari Ivy dan Abraham tambah mesra.
Mencari kesempatan unt
Ivy bangun di pagi harinya dengan tubuh yang berasa remuk, ia meringis perih merasakan di daerah selangkangannya saat dirinya perlahan bergerak."Awwhh!" rintih Ivy kesakitan.Ia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya setelah melepas status perawan, Abraham mulai terusik dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara Ivy."Sayang." ucapnya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa sangat mengantuk sekali.Bagaimana tidak mengantuk?
21+ Setelah acara resepsi pernikahan selesai, pengantin baru pulang ke rumah Abraham, yang akan menjadi tempat yang di tinggali Ivy bersama keluarga kecilnya. Ivy sangat setuju, karena dengan begitu ia masih tetap berdekatan bersama kedua orang tuanya, yang memang tetanggaan dengan Abraham."Akhirnya sampai juga," ucap Abraham lega."Sini sayang!" titah Abraham menyuruh Ivy untuk duduk di dekatnya.Ivy menggeleng membuat Abraham cemberut. "gerah Om." "Ya sudah, ganti baju sana gih, kan barang-barang kamu juga udah di pindahkan kesini kemarin." Ivy mengangguk dan berjalan ke arah kamar mereka.Ivy tercengang saat membuka pintu kamar, kamarnya di hias begitu indahnya sebagai tanda kamar pengantin baru. ia tersenyum melihat keindahan kamar yang di hias, Ivy menebak pasti ini Jennie dan Eka yang mengerjakannya."Kamu suka?" tanya Abraham yang tiba-tiba datang memeluk tubuh Ivy dari belakang."Suka banget om," jawab Ivy matanya masih terhipnoti
1 Tahun kemudian...Hari yang di nanti sudah tiba, hari pernikahan Ivy dan Abraham. Yupsss, setelah insiden itu, Ivy memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. dan memilih untuk meneruskan pendidikannya yang tinggal semester akhir, Ivy berjanji setelah ia dan Eka lulus, maka Ivy akan menikah dengan Abraham.Awalnya Abraham menolak rencana Ivy, tapi begitu mendengar ancaman Ivy jika Abraham menolak keinginannya, maka Ivy tidak akan pernah mau menikah dengannya. tentu saja Abraham tidak mau, dengan berat hati Abraham menurutinya meskipun harus menunggu waktu yang memakan lama, 1 tahun berasa seperti 1 abad.Kini setelah Ivy dan Eka sudah wisuda, seminggu kemudian acara pernikahan Ivy langsung di lakukan. Ivy terlihat begitu cantik sekali, dengan balutan gaun putih super indah sederhana, namun terkesan mewah. Abraham sendiri tampak sangat tampan dan gagah, terlebih lagi terlihat dewasa dan hot.Ivy berdiri dengan memegang sebuah buket bunga, ia tampak te
Jari tangan Eka bergerak, wanita itu seakan bermimpi mengingat kejadian yang ia alami, dari saat penyiksaan Chintya padanya.Hingga kejadian saat dia menembak tantenya sendiri, tangannya semakin bergerak, dan keningnya berkerut serta berkeringat dingin.Kejadian itu seakan berputar di ingatannya, tak lama matanya terbuka melotot. saat membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit atap rumah sakit.Pintu terbuka, Javi masuk ke dalam ruang rawat inap Eka, Javi kaget begitu melihat Eka sudah sadar dari komanya, dengan cepat ia memanggil dokter dan suster.Tak lama dokter dan suster pun masuk untuk melihat kondisinya, selagi Eka di periksa, Javi memilih untuk keluar dan mengabari Ivy juga Abraham.Ya, setelah berhasil membujuk Ivy untuk pulang ke rumahnya, dan Javi lah yang menyodorkan diri untuk menjaga Eka."Bagaimana keadaannya?" tanya Jennie pada Javi."Masih di periksa dokter." "Ah, syukurlah dia sudah sadar dari komanya." ungkap kel
Langit hari ini begitu cerah, seakan membenarkan kenyataan yang sekarang terasa ringan tanpa beban. tapi tak membuat seorang wanita cantik yang kini terbaring koma di rumah sakit, pasca terkena tembakan di tubuhnya.Seorang wanita menangis melihat keadaan sahabatnya, ia genggam tangan sahabatnya seakan memberi kekuatan untuk kembali sadar.Seorang pria memegang lembut kedua pundaknya, tanpa perlu wanita itu menoleh, ia sudah bisa menebak tangan siapa itu."Aku merasa sangat bersalah padanya, dan berhutang nyawa om." ucap gadis itu dengan badan bergetar karena tangis yang tak mau berhenti."Sabar sayang, kita harus mendoakannya agar cepat sadar dari komanya." wanita itu mengangguk.Dokter masuk ke ruangan pasien dimana Eka terbaring koma. "keluarga pasien Eka." Abraham dan Ivy mengangguk."Pasien wanita yang satu lagi berhasil melewati operasinya dengan lancar, dan sekarang juga masih dalam keadaan koma." rahang Abraham mengeras mendengarnya."It
"Bukankah ini sandal milik Ivy yang kita belikan untuknya?" tanya Javi pada Jennie.Jennie melihat sandal itu dan mengangguk, mereka menemukan sandal itu tepat di jalanan saat Abraham dan Ivy akan di culik. sepertinya Ivy memang sengaja melepaskan sandalnya yang sebelah."Apakah mungkin mereka di culik?" tebak Javi mengingat jalanan ini sepi, jarang di lewati orang."Aku rasa juga begitu, tapi... siapa yang menculik mereka?" ucap Jennie penasaran."Ini semua sudah di rencanakan." tebak Jamil.Javi menoleh ke arahnya dan mengangguk. "seseorang telah mengutus para bodyguard palsu untuk mengantarkan Abraham dan Ivy."Tebakan Javi tepat sasaran. "kau benar! sedari awal aku sudah curiga, banyak musibah yang menimpa kami sewaktu perjalanan menuju alamat rumah mu.""Sekarang kita harus memikirkan bagaimana caranya menemukan keberadaan Abraham dan Ivy."