Home / Romansa / Pengantin Dadakan Sang Mafia / Bab 76. Aku Sudah Memiliki Seorang Pria di Hatiku

Share

Bab 76. Aku Sudah Memiliki Seorang Pria di Hatiku

Author: Lafiza
last update Last Updated: 2025-08-15 23:05:34

Nyonya Langford tertawa marah begitu Anna selesai dengan ucapannya.

"Seorang pelayan kafe bicara tentang moral, bagus sekali," ujarnya penuh penghinaan. Nada suaranya naik hingga beberapa tamu di sekitar mereka menoleh dengan pandangan penasaran. "Kau bahkan tidak mengerti apa yang sedang kau ucapkan."

Wanita itu hampir histeris. Wajahnya kini memerah. Pertama, puterinya dipukuli tanpa bisa membalas. Lalu, di depan banyak orang penting, pelayan kecil ini berani merendahkannya dengan kata-kata penghinaan. Benar-benar tidak tahu posisi dirinya. Bagaimana mungkin seorang gadis miskin seperti Anna bisa berbicara seolah memiliki kedudukan yang setara dengannya?

"Anna sudah tidak bekerja di kafe lagi, nyonya Langford," Thomas mencoba membela Anna. Dia melangkah sedikit ke depan, berusaha melindungi Anna. Perasaan tidak enak menyelimuti dadanya karena telah menjadi penyebab Anna terseret dalam situasi menjengkelkan ini. Orang-orang sombong seperti keluarga Langford memang banyak bertebaran d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Razee
Kak update lagi ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 91. Nyonya Harrington Adalah  Malaikat Kematian

    Helena merasa makanan yang dikunyahnya tiba-tiba menjadi hambar. Tangannya berhenti di udara, sumpit yang dipegang hampir terjatuh.Mulai lagi.Kekhawatiran Adam terbukti. Dia sudah menduga Anna tidak akan diam saja.“Kenapa?” Anna melihat dua orang itu bergantian dari wajah ke wajah dengan ekspresi polos yang menjengkelkan. Lanjutnya, “Apa kalian tidak berencana menikah? Bukankah nantinya aku harus memanggil Helena sebagai nenek.”Itu benar. Aku tidak keberatan. Tapi bukan itu masalahnya.Adam mengambil segelas air dan meminumnya hingga habis demi menenangkan diri. Tenggorokannya terasa kering sekali.Helena di seberang sana juga tampak kesulitan menelan. Dia meminum air dari gelasnya sedikit sambil berusaha mencerna situasi.Dia merasa sangat tua dengan panggilan nenek. Hanya itu. Selebihnya tidak ada yang salah. Tapi kenapa rasanya seperti ada yang mengganjal?“Untuk saat ini kau bisa memanggilku Helena saja. Untuk ke depan, kita lihat saja nanti.” Helena menjawab dengan tenang, be

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 90. Berkencan dengan Seorang Pria Tua

    Pintu kaca berat dengan ukiran naga emas terbuka perlahan, menyambut Anna dan Adam dengan hembusan udara sejuk yang tercampur aroma khas rempah Asia. Seorang pelayan berbalut cheongsam sutra biru tua membungkuk sopan, suaranya lembut menyapa para tamu yang datang.“Selamat datang di Jade Palace.”Langkah kaki mereka diredam karpet Persia tebal saat melewati deretan meja yang diterangi cahaya lentera merah. Interior restoran dipenuhi dengan ukiran kayu gelap dan vas porselin biru putih yang elegan. Suara gemericik air dari air mancur kecil di sudut ruangan berpadu dengan alunan musik tradisional yang lembut.Anna datang dengan dress putih selutut yang sederhana dan rambut yang dikuncir, membuatnya tampak sangat muda dan cantik. Gadis itu mulai masuk restoran sudah menggelantung di lengan Adam, menciptakan bisik-bisik sepanjang jalan yang dilewatinya.“Lihat gadis muda itu. Tidak tahu malu, berkencan dengan seorang pria tua.”“Yah, mengandalkan kecantikan untuk mendapatkan uang.”“Sayan

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 89. Tidak Bisakah Kau Diam?

    Perjalanan menuju tempat pertemuan berlangsung dalam suasana yang tegang. Adam duduk di kursi belakang dengan wajah cemberut, menatap keluar jendela tanpa minat. Lengannya terlipat erat di dada, bahunya tegang menunjukkan betapa kesalnya dia. Setiap beberapa menit dia menghela napas panjang, seperti sedang menyiapkan mental untuk menghadapi bencana yang akan datang. Anna duduk di sebelahnya dengan semangat yang sangat berlawanan. Gadis itu tidak bisa diam, matanya berkeliling mengamati pemandangan di luar sambil sesekali mencoba mengajak Adam berbicara. Tangannya sesekali bergerak-gerak menunjuk sesuatu di luar mobil, seolah-olah mereka sedang dalam perjalanan wisata yang menyenangkan. “Kakek, kita akan ketemu Helena di mana?” Anna bertanya dengan nada penasaran sambil menoleh pada Adam dengan mata berbinar. Adam hanya menggumam tidak jelas tanpa menoleh. Rahangnya mengeras, tanda bahwa kesabarannya sudah hampir habis. “Ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan baginya.” Anna mela

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 88. Mengadu

    Anna tiba-tiba teringat malam ketika mereka pergi ke taman hiburan. Dia merasa sangat bodoh karena berpikir bisa mengelabui Felix. Tapi dia tidak ingin memikirkannya saat ini.“Jadi, bagaimana Helena ini? Apa kau sudah menyelidikinya? Aku merasa dia mencoba memanfaatkan kakek.” Anna mendekatkan dirinya pada Felix dan merendahkan suaranya, seperti takut didengar orang.“Bukankah semua wanita sama saja? Mereka yang mendekati keluarga Harrington hanya ingin mengambil manfaat.” Felix melanjutkan langkahnya yang pergi ke kamar tidur.Anna buru-buru mengikuti di belakang pria itu.“Wu wu wu, sebentar. Jangan katakan semua wanita. Aku tidak termasuk di antaranya. Sebaliknya, kaulah yang mengambil keuntungan.” Anna segera protes. “Aku terpaksa menikah denganmu hanya demi menenangkan kakek. Jangan bilang tidak. Aku tidak bodoh.”“Kalau begitu, kau tidak pandai menghitung.” Felix mempercepat langkahnya. “Kau mendapat status sebagai nyonya Harrington dan semua fasilitas. Sementara aku, aku tida

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 87. Negosiasi

    Adam menatap Anna dengan pandangan putus asa. Gadis itu berdiri di depannya dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tidak akan mundur dari keinginannya. Lengan Anna terlipat di dada, dagu terangkat dengan penuh tekad. Pria tua itu menghela napas panjang, otaknya bekerja keras mencari jalan keluar dari dilema ini.Keheningan mengisi ruangan selama beberapa saat. Adam memijit pelipisnya yang mulai terasa sakit. Dia sudah terlalu tua untuk menghadapi pertengkaran seperti ini, apalagi dengan menantu yang keras kepala.“Baiklah,” Adam akhirnya berkata dengan nada menyerah. Pundaknya merosot, tanda bahwa dia telah kalah dalam pertarungan ini. “Apa yang kau inginkan?”Anna menaikkan alis, tidak mengerti dengan pertanyaan kakek mertuanya. Ekspresinya berubah bingung. “Maksudmu?”“Sesuatu yang kau inginkan selain pergi denganku. Sebutkan saja.” Adam berjalan menuju meja nakas di samping tempat tidurnya dengan langkah berat. Dia membuka laci dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna emas. Kartu

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 86. Aku Akan Mengadu Pada Felix

    Dia berbalik dari cermin dengan ekspresi terkejut, lupa kalau cucu menantunya sangat pintar dalam hal menebak. Adam bahkan curiga jika Anna memiliki kemampuan supranatural untuk membaca situasi.“Eh... aku...” Adam tergagap, tangannya baru saja selesai merapikan dasi sutra biru tuanya. “Aku ada pertemuan bisnis.”Anna berdiri di ambang pintu dengan lengan terlipat. Matanya menyipit penuh kecurigaan, kemudian melangkah lebih dekat ke arah pria iru “Pertemuan bisnis apa? Bukankah kakek tidak mengurusi bisnis lagi? Lagi pula pertemuan bisnis apa yang membutuhkan cologne mahal dan jas terbaik?”Adam dapat mencium aroma parfum yang baru saja dia semprotkan. Dia diam-diam mengutuk dirinya sendiri karena berlebihan dalam bersiap-siap. “Ini hanya bisnis untuk mengisi waktu luang.” Adam memutar otaknya dengan cepat, memperkirakan pertanyaan Anna selanjutnya sambil berharap gadis itu tidak menggali lebih dalam.“Hm....” Anna yang sudah berjalan mendekati Adam, mulai memutari pria tua itu. Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status