Anna tiba-tiba teringat malam ketika mereka pergi ke taman hiburan. Dia merasa sangat bodoh karena berpikir bisa mengelabui Felix. Tapi dia tidak ingin memikirkannya saat ini.“Jadi, bagaimana Helena ini? Apa kau sudah menyelidikinya? Aku merasa dia mencoba memanfaatkan kakek.” Anna mendekatkan dirinya pada Felix dan merendahkan suaranya, seperti takut didengar orang.“Bukankah semua wanita sama saja? Mereka yang mendekati keluarga Harrington hanya ingin mengambil manfaat.” Felix melanjutkan langkahnya yang pergi ke kamar tidur.Anna buru-buru mengikuti di belakang pria itu.“Wu wu wu, sebentar. Jangan katakan semua wanita. Aku tidak termasuk di antaranya. Sebaliknya, kaulah yang mengambil keuntungan.” Anna segera protes. “Aku terpaksa menikah denganmu hanya demi menenangkan kakek. Jangan bilang tidak. Aku tidak bodoh.”“Kalau begitu, kau tidak pandai menghitung.” Felix mempercepat langkahnya. “Kau mendapat status sebagai nyonya Harrington dan semua fasilitas. Sementara aku, aku tida
Adam menatap Anna dengan pandangan putus asa. Gadis itu berdiri di depannya dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tidak akan mundur dari keinginannya. Lengan Anna terlipat di dada, dagu terangkat dengan penuh tekad. Pria tua itu menghela napas panjang, otaknya bekerja keras mencari jalan keluar dari dilema ini.Keheningan mengisi ruangan selama beberapa saat. Adam memijit pelipisnya yang mulai terasa sakit. Dia sudah terlalu tua untuk menghadapi pertengkaran seperti ini, apalagi dengan menantu yang keras kepala.“Baiklah,” Adam akhirnya berkata dengan nada menyerah. Pundaknya merosot, tanda bahwa dia telah kalah dalam pertarungan ini. “Apa yang kau inginkan?”Anna menaikkan alis, tidak mengerti dengan pertanyaan kakek mertuanya. Ekspresinya berubah bingung. “Maksudmu?”“Sesuatu yang kau inginkan selain pergi denganku. Sebutkan saja.” Adam berjalan menuju meja nakas di samping tempat tidurnya dengan langkah berat. Dia membuka laci dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna emas. Kartu
Dia berbalik dari cermin dengan ekspresi terkejut, lupa kalau cucu menantunya sangat pintar dalam hal menebak. Adam bahkan curiga jika Anna memiliki kemampuan supranatural untuk membaca situasi.“Eh... aku...” Adam tergagap, tangannya baru saja selesai merapikan dasi sutra biru tuanya. “Aku ada pertemuan bisnis.”Anna berdiri di ambang pintu dengan lengan terlipat. Matanya menyipit penuh kecurigaan, kemudian melangkah lebih dekat ke arah pria iru “Pertemuan bisnis apa? Bukankah kakek tidak mengurusi bisnis lagi? Lagi pula pertemuan bisnis apa yang membutuhkan cologne mahal dan jas terbaik?”Adam dapat mencium aroma parfum yang baru saja dia semprotkan. Dia diam-diam mengutuk dirinya sendiri karena berlebihan dalam bersiap-siap. “Ini hanya bisnis untuk mengisi waktu luang.” Adam memutar otaknya dengan cepat, memperkirakan pertanyaan Anna selanjutnya sambil berharap gadis itu tidak menggali lebih dalam.“Hm....” Anna yang sudah berjalan mendekati Adam, mulai memutari pria tua itu. Dia
Keluarga Langford dalam kepanikan total. Suasana rumah besar mereka yang biasanya tenang kini dipenuhi ketegangan yang mencekik. Dorothy disalahkan sepenuhnya karena tidak hati-hati dalam bertindak. Sejujurnya, itu telah jadi kebiasaan orang-orang seperti mereka yang membuat penilaian dari penampilan. Mereka terlalu sombong untuk menyelidiki lebih dalam sebelum bertindak.“Plak!”Ini adalah tamparan ketiga yang diterima Dorothy di wajahnya. Gadis yang sudah babak belur dipukuli Anna itu kini harus menanggung hukuman dari ayahnya sendiri. Tangan besar tuan Langford tidak mengenal belas kasihan saat ini.Sudut bibirnya telah meneteskan darah, pipinya bengkak dan penampilannya tidak lagi menyerupai gadis kesayangan keluarga Langford. Wajah cantik yang pernah menjadi kebanggaannya kini hancur. Airmatanya sudah tidak terhitung lagi mengalir deras di pipinya. Dia hanya bisa mengeluarkan erangan kesakitan dan suara tangis yang tidak dipedulikan siapa pun yang mendengar.“Ayah, kumohon henti
“Tidak ada yang menindasku. Akulah yang menindas gadis itu. Dia gadis Langford yang menuntutku di pengadilan. Dia tidak pernah jera, masih saja bermulut kotor. Setelah bertemu ibunya, aku jadi tahu dari mana dia mewarisi sifat itu. Telingaku sakit setiap mereka menggerakkan lidah. Jadi, aku memukuli gadis itu. Karena nyonya Langford mencoba menghalangi, aku melemparnya ke tanah.” Anna sangat bersemangat menceritakan kejadian di pesta, tangannya bergerak-gerak menirukan adegan pertarungan. “Kakek, harusnya kau melihatnya. Kau akan tahu siapa yang membully dan yang dibully.”Adam mendengarkan dengan tercengang. Mulutnya terbuka sedikit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sepanjang sejarah keluarga Harrington yang tua, tak satu pun dari nyonya Harrington yang akan bertarung di sebuah pesta. Lagi pula tidak pernah ada yang berani mengejek mereka. Para wanita keluarga Harrington selalu diperlakukan dengan hormat dan mulia di mana pun mereka berada.Pasti orang-orang itu t
Tiba di rumah sakit, Anna menjalani pemeriksaan menyeluruh. Ruang pemeriksaan yang steril itu dipenuhi suara mesin-mesin medis yang berdengung halus. Dokter berusia sekitar lima puluhan itu memeriksa kepala Anna dengan cermat."Bagaimana rasanya sekarang, Nona?" tanya dokter setelah selesai melakukan pemeriksaan."Masih sangat sakit," jawab Anna sambil meringis. "Seperti ada yang bergerak di dalam kepala saya."Selain memar di kepala, tidak ada luka yang lain. Hasil pemeriksaan CT scan juga negatif. Layar monitor menampilkan gambaran otak Anna yang tampak normal tanpa ada tanda-tanda pembengkakan atau pendarahan internal."Semuanya terlihat baik," kata dokter sambil menunjuk gambar di layar. "Tidak ada indikasi kerusakan serius."Tapi Anna berkeras untuk mengulangi pemeriksaan di kepalanya. Wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan yang jelas. "Tidak mungkin. Saya merasa ada yang tidak beres.""Baiklah, kita ulangi sekali lagi untuk memastikan," dokter itu menghela napas panjang.Tetap sa