Share

Janji

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-05-03 10:18:20

Sementara itu, di sudut kota yang lain, Petal Home tampak lengang dalam balutan malam. Dari luar, toko bunga kecil itu gelap tanpa penerangan etalase seperti biasanya. Hanya lampu temaram di bagian dalam yang masih menyala, memancarkan cahaya samar ke trotoar melalui celah tirai jendela.

Bella baru saja tiba di depan Petal Home setelah bertemu dengan suplier. Ia merasa heran melihat pintu toko yang belum terkunci padahal hari sudah larut. Biasanya Zanitha selalu menutup tokonya tepat waktu.

Dengan alis berkerut cemas, Bella mendorong pintu kaca berbingkai kayu itu. Sebuah lonceng kecil di atasnya berdenting pelan, mengumumkan kedatangannya. Begitu melangkah masuk, inderanya disambut aroma bunga mawar dan anyelir yang samar, namun tak ada senyuman ceria sahabatnya seperti biasanya.

Matanya segera menangkap kekacauan kecil di dalam toko. Beberapa tangkai bunga segar tergeletak di lantai, terlepas dari wadahnya. Air dari vas yang terguling membasahi papan lantai kayu, membentuk genang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
iieqhachayank
masih menunggu sampai mereka berdua bahagia . ananta dan zanitha..
goodnovel comment avatar
Elissa faiha
jangan sampai kecewa akhirnya ya Thor.... saya udah setia baca
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
kasian tokoh2 mu kk thor. sep kisah Romeo n Juliet. jangan ya?! plis bikin mrk bersatu n bahagia.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Sangat Menyesali

    Pagi itu, di ruang rapat kantor Helvion Group Jakarta, Ananta memimpin inspeksi rutin proyek perluasan Pelabuhan Tanjung Mas. Dengan tenang ia duduk di ujung meja panjang, mengenakan setelan abu-abu rapi yang menegaskan wibawanya sebagai direktur. Berkas-berkas laporan tertata di depannya. Di sekelilingnya, beberapa manajer proyek dan insinyur memaparkan perkembangan terbaru proyek pelabuhan tersebut.Sinar matahari menembus jendela-jendela tinggi, menerangi ruangan dengan cahaya hangat. Ananta mendengarkan dengan saksama setiap laporan yang disampaikan. Sesekali ia mengangguk kecil, matanya tajam meneliti bagan progres di layar proyektor. “Jadi pengerukan kolam pelabuhan sudah mencapai 80%?” tanyanya memastikan, suaranya terdengar mantap namun bersahabat. Seorang manajer berseragam kemeja putih segera menjawab, “Betul, Tuan. Target kita bulan depan rampung, sesuai jadwal.”Ananta tersenyum tipis, sebuah ekspresi langka yang mengejutkan beberapa orang di ruangan itu. “Bagus. Pertaha

    Last Updated : 2025-05-04
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Setitik Harapan

    Malam harinya, di penthouse Zanitha yang berada di puncak gedung apartemen mewah, suasana hening menyelimuti. Zanitha meringkuk di sofa ruang tengah dengan selimut menutupi tubuhnya. Tubuhnya masih lemas, bekas-bekas air mata pagi tadi tampak di sudut matanya yang sembap. Sejak petang menjelang, ia tertidur karena efek obat penurun demam, kelelahan setelah tangis semalam.Terdengar suara pintu terbuka kemudian tertutup dan langkah kaki mendekat,Di hadapannya berdiri Bella, membawa sebuah buket bunga besar nan indah, serta kantong kertas berlogo toko es krim terkenal. “Bella?” suara Zanitha serak, kaget namun lega melihat sahabatnya. “Kenapa kamu bawa bunga dan ini ice cream, tumben kamu beli ice cream.”Bella tersenyum hangat. “Ada kiriman untuk kamu, Zanitha,” ujarnya lembut sembari duduk di single sofa. Bella meletakkan buket bunga segar berwarna putih dan merah muda itu. “Bunga ini dikirim untukmu, juga es krim favoritmu. Tadi sore diantar ke toko, jadi sekalian kubawa ke sin

    Last Updated : 2025-05-04
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pergolakan Batin

    Keesokan paginya, di dua kantor yang berbeda, dua pria terhubung dalam panggilan video. Layar datar di ruang kerja Mathias memunculkan wajah tegas Sebastian Von Rotchschild dari kantornya sendiri yang megah. Pagi baru saja menjelang, namun kedua pria itu sudah bersiap dengan urusan penting.Sorot mata Sebastian tampak dingin namun penuh kewaspadaan. Setelah membahas sepintas progres inspeksi proyek yang dilakukan Ananta kemarin, ia langsung menuju topik yang lebih personal namun tak kalah genting di benaknya. “Apakah Ananta menemui Zanitha selama di Jakarta?” tanyanya tanpa basa-basi. Suara Sebastian rendah berwibawa, menuntut kejujuran.Di sisi lain layar, Mathias duduk tegap. Pria paruh baya itu sempat melemaskan kerah batiknya sebelum menjawab. Ia tahu, Sebastian selalu menghargai keterusterangan. “Ya, Ayah,” jawab Mathias mantap. “Ananta sempat berusaha menemui Zanitha begitu dia sampai di Jakarta.”Alis tebal Sebastian berkerut tipis mendengar jawaban itu. Ada kilatan emosi en

    Last Updated : 2025-05-04
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Wanita Luar Biasa

    Pagi itu di sebuah meja makan yang diterangi sinar matahari pagi, Ananta dan Mathias duduk berhadapan menikmati sarapan ringan. Aroma kopi hitam dan roti panggang tersaji di antara mereka, namun pikiran Ananta melayang entah ke mana.Setelah beberapa saat hening, ia mengangkat wajah dan menatap Mathias dengan sorot mata penuh tekad sekaligus kegelisahan.“Kemarin aku sudah pergi untuk menemui Zanitha di toko bunga miliknya,” ujar Ananta pelan, memecah keheningan. Jemarinya menggenggam cangkir kopi yang sejak tadi tak tersentuh. “Tapi Zanitha… Zanitha tidak ada di sana.” Suara Ananta terdengar berat, kecewa karena harapannya bertemu sang istri pupus. “Aku meminta karyawannya untuk mengirim buket bunga mawar putih dan membelikannya es krim stroberi.”Mathias menurunkan koran yang sedari tadi dibacanya. Ia memperhatikan Ananta dengan tenang. “Es krim stroberi?” ulangnya, seakan memastikan ia mendengar dengan benar.Ananta mengangguk lirih. “Itu kesukaannya,” lanjutnya seraya tersenyu

    Last Updated : 2025-05-05
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Demi Ares

    Di dalam mobil sedan hitam yang mengantar pulang dari bandara, Ananta menggenggam kedua tangannya gelisah. Perjalanan singkat dari bandara menuju mansion terasa begitu panjang baginya karena tak sabar ingin segera bertemu Ares. Hatinya berdebar kencang membayangkan putra kecilnya.“Baru beberapa hari saja Daddy meninggalkanmu, Nak, rindu ini udah tak tertahankan,” batinnya nelangsa.Lalu terbayang olehnya sosok Zanitha. Jika ia saja merasa sesak berpisah dengan Ares dalam hitungan hari, apalagi Zanitha yang sudah berminggu-minggu tak bisa menimang buah hati mereka.Dada Ananta terasa nyeri membayangkan kerinduan dan kesedihan istrinya selama ini. Jemarinya mengepal di atas pangkuan.“Aku harus segera memperbaiki semua ini, tekadnya dalam hati. Demi Ares….” Ananta berjanji di dalam hati.Kembali ke mansion ….“Hari ini cukup bermainnya, Ares,” gumam Sebastian lembut seraya menyerahkan Ares kembali ke gendongan Nanny yang ikut mengawasi Ares . “Mommy dan daddy sangat menyayangimu

    Last Updated : 2025-05-05
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gertakan

    Keesokan harinya, Ananta berjalan di lorong mansion Sebastian dengan langkah mantap meski hati kecilnya berdegup tak menentu.Tadi saat sarapan, Klaus memberitahu kalau Sebastian memintanya datang untuk berdiskusi.Ananta masih berpikiran positif mungkin sang kakek ingin mendengar report dari pekerjaan yang dia selesaikan di Jakarta.Sesampainya di depan pintu kayu berukir ruang kerja Sebastian, Ananta mengetuk pelan. “Masuk,” terdengar suara bariton Sebastian dari dalam, tegas dan dingin.Ananta membuka pintu dan melangkah masuk. Di balik meja kerja besar, Sebastian duduk dengan punggung tegak. Raut wajahnya keras tak terbaca emosi, namun sorot matanya tajam mengunci pada cucunya.“Kakek memanggilku?” Ananta memulai dengan suara tenang sambil mendekat ke meja. Ia berusaha menjaga sikap hormat, meski firasatnya mengatakan pembicaraan ini tidak akan mudah.Sebastian menghela napas perlahan sebelum berbicara, seakan menahan amarah yang menggelegak di dada

    Last Updated : 2025-05-06
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Beban Yang Terlalu Berat

    Pagi itu di mansion Von Rotchschild, layar televisi yang terpasang di ruang kerja Sebastian menampilkan berita internasional dari kanal ekonomi dan kriminalitas.Latar belakang pembicara berisi foto-foto keluarga Von Rotchschild, berganti-ganti: Leonardo Von Rotchschild yang masih mendekam di tahanan Indonesia karena kasus pembunuhan seorang gadis bernama Erina, Elias Von Rotchschild yang telah resmi dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan Swiss karena penculikan Zanitha.Padahal hubungannya dengan Ananta yang memanas karena sang cucu kebanggaannya itu tidak mau menceraikan Zanitha yang merupakan anak dari musuh keluarga Von Rotchschild sudah sangat membebani pikiran Sebastian. Jari Sebastian mengetuk-ngetuk meja. Dada tuanya terasa sesak. Ia menatap layar dengan rahang mengatup.Heinz yang berdiri di belakangnya langsung meraih remote untuk mematikan televisi.Sunyi seketika menyelimuti ruangan. Sebastian bersandar di kursinya dengan Heinz kembali berdiri di belakang, mengawasi

    Last Updated : 2025-05-07
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Chairman

    Malam itu, lorong rumah sakit tampak lebih lengang dari biasanya. Lampu-lampu neon memantul di lantai putih yang dingin, menciptakan kesan sepi dan sunyi.Di depan ruang ICU tempat Sebastian Von Rotchschild dirawat, tiga orang duduk berjajar di deretan kursi tunggu: Ananta, Rafael dan Winna. Mereka duduk dalam diam, masing-masing dengan pikirannya sendiri, namun tatapan mereka sama—terarah ke pintu berwarna putih di depan mereka. Pintu yang sejak siang belum terbuka lagi dengan kabar apapun.Ananta duduk tegak dengan tangan bersilang di dada, wajahnya tenang namun jelas menunjukkan kekhawatiran.Rafael tampak gelisah, setelah mondar-mandir kecil tadi dan kini akhirnya duduk kembali. Sementara Winna-istri Rafael, menopang dagunya menggunakan tangan, sesekali melirik suaminya, lalu ke arah Ananta dan kembali menunduk.Beberapa menit yang panjang terlewat hanya dengan suara alat ventilasi dari ujung lorong. Tiba-tiba Rafael bersuara, nada suaranya ringan namun terdengar sumbang di te

    Last Updated : 2025-05-07

Latest chapter

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Rencana Membawa Zanitha Ke Zurich

    Tiga hari setelah pengumuman itu, mansion berubah drastis. Para paman dan bibi Ananta yang dulu menatapnya dengan iri kini bersikap ramah dan penuh senyum.Banyak di antara mereka mengundang makan malam, mengirim hadiah simbolik, bahkan menawarkan koneksi bisnis seperti yang dilakukan istri dari Leonardo.Yang paling mengejutkan datang dari Simon—adik bungsu Mathias-ayahnya Ananta yang dulu dikucilkan dari keluarga karena kelakuan putra bungsunya-Elias yang menculik Zanitha dan nyaris melenyapkan nyawanya.Pria tua itu datang sendiri ke kantor pusat Helvion dengan setelan yang terlalu sederhana untuk standar keluarga mereka.Ananta menemuinya di ruang kerja.“Aku tidak datang untuk menjilat atau meminta kekayaan,” ujar Simon langsung. “Aku datang karena aku sadar… kamu membawa perubahan. Dan aku ingin jadi bagian dari Helvion Group lagi. Tak lebih.”Ananta mengamati wajah pamannya yang dulu begitu ia hindari. Ada ketulusan di sana.“Aku tidak akan memberi Paman jabatan hanya ka

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjadi Chairman

    Malam itu, lorong rumah sakit tampak lebih lengang dari biasanya. Lampu-lampu neon memantul di lantai putih yang dingin, menciptakan kesan sepi dan sunyi.Di depan ruang ICU tempat Sebastian Von Rotchschild dirawat, tiga orang duduk berjajar di deretan kursi tunggu: Ananta, Rafael dan Winna. Mereka duduk dalam diam, masing-masing dengan pikirannya sendiri, namun tatapan mereka sama—terarah ke pintu berwarna putih di depan mereka. Pintu yang sejak siang belum terbuka lagi dengan kabar apapun.Ananta duduk tegak dengan tangan bersilang di dada, wajahnya tenang namun jelas menunjukkan kekhawatiran.Rafael tampak gelisah, setelah mondar-mandir kecil tadi dan kini akhirnya duduk kembali. Sementara Winna-istri Rafael, menopang dagunya menggunakan tangan, sesekali melirik suaminya, lalu ke arah Ananta dan kembali menunduk.Beberapa menit yang panjang terlewat hanya dengan suara alat ventilasi dari ujung lorong. Tiba-tiba Rafael bersuara, nada suaranya ringan namun terdengar sumbang di te

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Beban Yang Terlalu Berat

    Pagi itu di mansion Von Rotchschild, layar televisi yang terpasang di ruang kerja Sebastian menampilkan berita internasional dari kanal ekonomi dan kriminalitas.Latar belakang pembicara berisi foto-foto keluarga Von Rotchschild, berganti-ganti: Leonardo Von Rotchschild yang masih mendekam di tahanan Indonesia karena kasus pembunuhan seorang gadis bernama Erina, Elias Von Rotchschild yang telah resmi dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan Swiss karena penculikan Zanitha.Padahal hubungannya dengan Ananta yang memanas karena sang cucu kebanggaannya itu tidak mau menceraikan Zanitha yang merupakan anak dari musuh keluarga Von Rotchschild sudah sangat membebani pikiran Sebastian. Jari Sebastian mengetuk-ngetuk meja. Dada tuanya terasa sesak. Ia menatap layar dengan rahang mengatup.Heinz yang berdiri di belakangnya langsung meraih remote untuk mematikan televisi.Sunyi seketika menyelimuti ruangan. Sebastian bersandar di kursinya dengan Heinz kembali berdiri di belakang, mengawasi

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Gertakan

    Keesokan harinya, Ananta berjalan di lorong mansion Sebastian dengan langkah mantap meski hati kecilnya berdegup tak menentu.Tadi saat sarapan, Klaus memberitahu kalau Sebastian memintanya datang untuk berdiskusi.Ananta masih berpikiran positif mungkin sang kakek ingin mendengar report dari pekerjaan yang dia selesaikan di Jakarta.Sesampainya di depan pintu kayu berukir ruang kerja Sebastian, Ananta mengetuk pelan. “Masuk,” terdengar suara bariton Sebastian dari dalam, tegas dan dingin.Ananta membuka pintu dan melangkah masuk. Di balik meja kerja besar, Sebastian duduk dengan punggung tegak. Raut wajahnya keras tak terbaca emosi, namun sorot matanya tajam mengunci pada cucunya.“Kakek memanggilku?” Ananta memulai dengan suara tenang sambil mendekat ke meja. Ia berusaha menjaga sikap hormat, meski firasatnya mengatakan pembicaraan ini tidak akan mudah.Sebastian menghela napas perlahan sebelum berbicara, seakan menahan amarah yang menggelegak di dada

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Demi Ares

    Di dalam mobil sedan hitam yang mengantar pulang dari bandara, Ananta menggenggam kedua tangannya gelisah. Perjalanan singkat dari bandara menuju mansion terasa begitu panjang baginya karena tak sabar ingin segera bertemu Ares. Hatinya berdebar kencang membayangkan putra kecilnya.“Baru beberapa hari saja Daddy meninggalkanmu, Nak, rindu ini udah tak tertahankan,” batinnya nelangsa.Lalu terbayang olehnya sosok Zanitha. Jika ia saja merasa sesak berpisah dengan Ares dalam hitungan hari, apalagi Zanitha yang sudah berminggu-minggu tak bisa menimang buah hati mereka.Dada Ananta terasa nyeri membayangkan kerinduan dan kesedihan istrinya selama ini. Jemarinya mengepal di atas pangkuan.“Aku harus segera memperbaiki semua ini, tekadnya dalam hati. Demi Ares….” Ananta berjanji di dalam hati.Kembali ke mansion ….“Hari ini cukup bermainnya, Ares,” gumam Sebastian lembut seraya menyerahkan Ares kembali ke gendongan Nanny yang ikut mengawasi Ares . “Mommy dan daddy sangat menyayangimu

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Wanita Luar Biasa

    Pagi itu di sebuah meja makan yang diterangi sinar matahari pagi, Ananta dan Mathias duduk berhadapan menikmati sarapan ringan. Aroma kopi hitam dan roti panggang tersaji di antara mereka, namun pikiran Ananta melayang entah ke mana.Setelah beberapa saat hening, ia mengangkat wajah dan menatap Mathias dengan sorot mata penuh tekad sekaligus kegelisahan.“Kemarin aku sudah pergi untuk menemui Zanitha di toko bunga miliknya,” ujar Ananta pelan, memecah keheningan. Jemarinya menggenggam cangkir kopi yang sejak tadi tak tersentuh. “Tapi Zanitha… Zanitha tidak ada di sana.” Suara Ananta terdengar berat, kecewa karena harapannya bertemu sang istri pupus. “Aku meminta karyawannya untuk mengirim buket bunga mawar putih dan membelikannya es krim stroberi.”Mathias menurunkan koran yang sedari tadi dibacanya. Ia memperhatikan Ananta dengan tenang. “Es krim stroberi?” ulangnya, seakan memastikan ia mendengar dengan benar.Ananta mengangguk lirih. “Itu kesukaannya,” lanjutnya seraya tersenyu

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pergolakan Batin

    Keesokan paginya, di dua kantor yang berbeda, dua pria terhubung dalam panggilan video. Layar datar di ruang kerja Mathias memunculkan wajah tegas Sebastian Von Rotchschild dari kantornya sendiri yang megah. Pagi baru saja menjelang, namun kedua pria itu sudah bersiap dengan urusan penting.Sorot mata Sebastian tampak dingin namun penuh kewaspadaan. Setelah membahas sepintas progres inspeksi proyek yang dilakukan Ananta kemarin, ia langsung menuju topik yang lebih personal namun tak kalah genting di benaknya. “Apakah Ananta menemui Zanitha selama di Jakarta?” tanyanya tanpa basa-basi. Suara Sebastian rendah berwibawa, menuntut kejujuran.Di sisi lain layar, Mathias duduk tegap. Pria paruh baya itu sempat melemaskan kerah batiknya sebelum menjawab. Ia tahu, Sebastian selalu menghargai keterusterangan. “Ya, Ayah,” jawab Mathias mantap. “Ananta sempat berusaha menemui Zanitha begitu dia sampai di Jakarta.”Alis tebal Sebastian berkerut tipis mendengar jawaban itu. Ada kilatan emosi en

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Setitik Harapan

    Malam harinya, di penthouse Zanitha yang berada di puncak gedung apartemen mewah, suasana hening menyelimuti. Zanitha meringkuk di sofa ruang tengah dengan selimut menutupi tubuhnya. Tubuhnya masih lemas, bekas-bekas air mata pagi tadi tampak di sudut matanya yang sembap. Sejak petang menjelang, ia tertidur karena efek obat penurun demam, kelelahan setelah tangis semalam.Terdengar suara pintu terbuka kemudian tertutup dan langkah kaki mendekat,Di hadapannya berdiri Bella, membawa sebuah buket bunga besar nan indah, serta kantong kertas berlogo toko es krim terkenal. “Bella?” suara Zanitha serak, kaget namun lega melihat sahabatnya. “Kenapa kamu bawa bunga dan ini ice cream, tumben kamu beli ice cream.”Bella tersenyum hangat. “Ada kiriman untuk kamu, Zanitha,” ujarnya lembut sembari duduk di single sofa. Bella meletakkan buket bunga segar berwarna putih dan merah muda itu. “Bunga ini dikirim untukmu, juga es krim favoritmu. Tadi sore diantar ke toko, jadi sekalian kubawa ke sin

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Sangat Menyesali

    Pagi itu, di ruang rapat kantor Helvion Group Jakarta, Ananta memimpin inspeksi rutin proyek perluasan Pelabuhan Tanjung Mas. Dengan tenang ia duduk di ujung meja panjang, mengenakan setelan abu-abu rapi yang menegaskan wibawanya sebagai direktur. Berkas-berkas laporan tertata di depannya. Di sekelilingnya, beberapa manajer proyek dan insinyur memaparkan perkembangan terbaru proyek pelabuhan tersebut.Sinar matahari menembus jendela-jendela tinggi, menerangi ruangan dengan cahaya hangat. Ananta mendengarkan dengan saksama setiap laporan yang disampaikan. Sesekali ia mengangguk kecil, matanya tajam meneliti bagan progres di layar proyektor. “Jadi pengerukan kolam pelabuhan sudah mencapai 80%?” tanyanya memastikan, suaranya terdengar mantap namun bersahabat. Seorang manajer berseragam kemeja putih segera menjawab, “Betul, Tuan. Target kita bulan depan rampung, sesuai jadwal.”Ananta tersenyum tipis, sebuah ekspresi langka yang mengejutkan beberapa orang di ruangan itu. “Bagus. Pertaha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status