Satu minggu setelah dia dicopot jabatannya dari CEO Helvion Group Fintech, Rafael duduk sendirian di cafe kecil di sudut kota.Topi ditarik rendah, tangan menggenggam cangkir kopi dingin yang bahkan tak disentuhnya.Dunia seolah berputar tanpa dirinya.Tak ada jabatan.Tak ada keluarga.Tak ada kehormatan.Saat ia nyaris tenggelam dalam pikirannya sendiri, seseorang menarik kursi di hadapannya.Rafael mengangkat wajah, membeku.Ananta.Dengan stelan sederhana—kemeja hitam, jeans—Ananta menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.“Kalau kamu mau meledekku atau menertawakanku, silakan,” kata Rafael pahit, membuang muka.Ananta tidak bereaksi.Ia hanya duduk, meletakkan kedua sikunya di meja, saling mengunci jari-jarinya.“Aku ke sini … untuk bicara baik-baik.”Rafael mendengus sinis. “Setelah semua yang aku lakukan? Setelah semua usahaku untuk menjatuhkan kamu?”Ananta menghela napas pelan.“Aku juga tid
Pagi itu, langit di atas mansion Rafael mendung, seolah mengantisipasi badai yang akan segera datang.Winna duduk di ruang tamu, wajahnya pucat.Sering kali Rafael pergi tanpa memberitahu ke mana tujuannya dan selama beberapa hari tanpa kabar, seperti sekarang—pria itu tidak pulang dan ia gelisah.Ada firasat buruk menusuk jantungnya.Itu kenapa Winna menyuruh orang untuk mencari dan mengawasi Rafael.Saat ia hendak meneguk kopi yang mulai dingin, ponselnya berdering.Sebuah pesan masuk.Dari orang kepercayaannya untuk mencari di mana Rafael tinggal selama beberapa hari ini.Dengan jari gemetar, Winna membuka pesan itu.Dan dunia di sekelilingnya runtuh.Foto-foto Rafael bersama seorang wanita muda tersebar di layar:• Mereka berpelukan di lobi hotel.• Rafael mencium gadis itu di mobil.• Rafael masuk ke kontrakan kecil sambil menggandeng wanita itu.Winna menahan napas, jantungnya seperti diremas.Tubuhnya
Beberapa bulan sebelumnya…Di tengah tekanan pekerjaannya sebagai CEO Helvion Group Divisi Fintech, dan tekanan sang istri yang terus membuat rencana untuk menjatuhkan Ananta meskipun tak satupun ada yang berhasil—Rafael sebenarnya merasa sesak. Dunia bisnis terasa seperti medan perang yang tak pernah berakhir, penuh intrik dan pengkhianatan.Sementara jika dirinya memegang posisi Chairman, dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan.Namun Ananta adalah lawan yang kuat, terkadang Rafael lelah tapi sang istri terus menekannya agar posisi itu bisa mereka raih.Sore itu, setelah rapat panjang dengan tim pengembangan aplikasi keuangan baru, Rafael memutuskan mampir ke salah satu cabang kecil mitra Helvion: sebuah koperasi digital berbasis komunitas di pinggiran kota.Ia datang tanpa pengawalan formal, mengenakan hanya kemeja putih lengan digulung dan celana panjang kasual, ingin melepas penat sejenak dari kehidupan megahnya.Saat itulah dia melihatnya—
Malam itu, langit di atas mansion keluarga Von Rotchschild berwarna kelam, seolah ikut mengabarkan bencana yang sebentar lagi akan meletus.Di ruang kerjanya, Winna duduk di balik meja besar, cahaya lampu redup hanya menerangi sebagian wajahnya.Ponsel di tangannya sibuk mengirimkan serangkaian perintah.Rencananya kali ini lebih berani—lebih gila.Dia menyuap seorang jurnalis kecil untuk memuat artikel tentang “masa lalu kelam” keluarga Zanitha, mengaitkannya dengan Zanitha yang merupakan anak haram dan anak dari musuh Helvion Group—bukan sebuah fitnah tapi kenyataan yang dilebih-lebihkan yang dirancang untuk menghancurkan reputasi Zanitha di mata keluarga besar dan publik.“Begitu berita ini keluar, mereka tidak akan pernah melihatnya sebagai bagian dari kita lagi,” gumam Winna, senyuman licik melengkung di bibirnya.Namun yang tidak ia ketahui:Zanitha, dibantu jaringan kepercayaan Ananta, telah diam-diam memasang perangkap.Pagi itu, lang
Di kamar pribadinya yang luas, Winna duduk di sofa beludru, wajahnya penuh perhitungan. Di seberangnya, Rafael berdiri gelisah, memandang istrinya dengan tatapan ragu.Mereka sedang membahas tentang rencana Winna untuk menjatuhkan Ananta melalui Zanitha.“Kita harus percepat serangan ke Zanitha,” ujar Winna dingin, membelai cincin berlian di jarinya.“Kalau kita bisa membuat Ananta jatuh, Rafael … posisi Chairman itu akan menjadi milikmu.”Rafael menghela napas berat, tangannya menyusup ke rambutnya dengan frustrasi. “Winna, ini mulai berlebihan. Ini bukan sekadar permainan.”Kasus pelayan yang tertangkap kamera CCTV menyimpan dokumen penting Helvion Group dengan maksud menjebak Zanitha malah berakhir dengan menyeret Rafael dan Winna karena pelayan itu masih keluarga Winna dari ibunya.Tentu saja itu membuat namanya semakin buruk di depan Sebastian.“Tidak ada permainan di dunia ini,” balas Winna tajam. “Hanya menang atau kalah.”Sebelum Rafae
Di sudut ruangannya, Winna duduk di depan cermin besar, membelai rantai kalung di lehernya, wajahnya menyeringai puas.“Jika menjatuhkanmu di hadapan publik gagal,” gumamnya, “Maka aku akan menyerang tempat paling rapuh: keluarga yang kamu cintai.”Tangannya meraih ponsel, menekan serangkaian pesan rahasia.Orang-orangnya telah siap.Sasaran berikutnya bukan hanya nama baik Zanitha. Tapi kepercayaan keluarga terhadapnya.Dan bahkan… mungkin juga Ares.Sementara itu, di lantai atas mansion milik Ananta, Zanitha berdiri di balkon, membiarkan angin malam membelai wajahnya. Ananta berdiri tak jauh darinya, diam, mengamati.“Aku merasa Winna sedang mengincarku,” bisik Zanitha tanpa berpaling, suaranya serak kecil.Dia mengungkapkan bad feeling—nya kepada Ananta.Ananta mendekat, memeluk bahunya dari belakang. “Apapun itu, kita hadapi bersama,” katanya pelan, tapi nadanya mengandung janji tak tergoyahkan.Zanitha tersenyum tipis. Tapi di hatinya, ia tahu—ujian mereka belum selesai