Share

CHAPTER 6 (Menyesal)

Kedua wanita cantik itu telah berada di sebuah restaurant bernuansa Asia. Tempat ini dipilih oleh Isabelle karena sejak dulu ia menyukai masakan oriental seperti menu ala Thailand atau China. Tak ada masalah dengan lidahnya jika harus bersinggungan dengan makanan pedas seperti Thai Green Curry yang ia nikmati saat ini. Sementara Hanna lebih memilih Green Salad dari pada makanan berat yang dipilih sahabatnya sepagi ini.

Isabelle sesekali melirik Hanna yang sejak tadi hanya diam menikmati menu sarapan paginya. "Apa kamu merasa kesal denganku, Hanna? Sejak tadi kamu bahkan tidak berbicara sama sekali."

"Kamu tidak membuatku kesal.  Hanya saja ide bodohmu itu membuatku ingin menenggelamkan diri ke dasar lautan!" ketus Hanna.

"Maksudmu? Bukankah sepertinya tadi kamu tidak begitu peduli dengan pernikahan ini. Lalu mengapa sekarang sepertinya kamu terlihat gelisah?"

Hanna mendesah malas, "Aku berpikir sepertinya hal ini akan menjadi masalah besar."

Isabelle dengan seksama mendengarkan penjelasan Hanna. Namun wajahnya menunjukkan gestur menyelidik. "Jangan pikir aku sedang cemburu saat ini. Tapi bagaimanapun juga wanita itu cukup mengganggu pikiranku," ucap Hanna setelah melihat tatapan Isabelle yang seolah-olah sedang menuduhnya.

"Sepertinya wanita itu bukan orang sembarangan. Itu berarti Bart juga demikian." Hanna melanjutkan ucapannya.

Dengan wajah bersalah, Isabelle menundukkan pandangannya. Menyesalkah? Namun, yang dipikirkan Isabelle saat ini adalah bagaimana caranya agar pernikahan tak biasa itu berubah menjadi pernikahan yang sesungguhnya. Meski tidak mengenal sosok Bart secara pribadi, akan tetapi Isabelle merasa tidak rela jika Bart bersama wanita lain selain Hanna. Sepasang suami istri itu begitu serasi di matanya.

"Jika dia adalah seseorang yang memiliki posisi penting, aku rasa kehadiranku akan menjadi sebuah masalah. Aku bahkan tidak bisa membayangkan apa maksud pria yang bernama Bart itu tiba-tiba saja menikahiku. Siapapun pasti tahu saat itu aku hanya bercanda, dan aku yakin Bart juga mengerti  soal itu." Hanna masih saja mengoceh, sementara Isabelle masih terdiam sambil memikirkan ucapan Hanna.

"Tidakkah kamu merasakan ada sesuatu yang aneh? Aku sampai berpikir jika Bart memanfaatkan situasi saat itu."

"Baiklah ... Begini saja, kamu boleh memukulku sekarang, tapi tolong jangan tampar aku karena aku tidak ingin pulang dalam keadaan wajah yang membengkak!" Isabelle memelas.

Plak! Hanna tiba-tiba memukul bibir Isabelle yang meracau, "Siapa yang ingin menyakitimu? Aku pikir sejak aku berbicara tadi kamu berpikir tentang solusi dari permasalahan ini. Tapi nyatanya tidak!" Hanna nampak kesal dengan reaksi bodoh sahabatnya.

"Maaf, tapi aku mengakui pernikahan itu berasal dari ide bodohku dan sekarang kamu berada dalam situasi yang sulit. Bagaimana jika kita mencari Bart dan membicarakan ini?" lanjut Isabelle bersemangat.

"Selalu itu yang kamu ucapkan. 'Maaf, ini ide bodohku'. Sudahlah, aku memiliki ingatan yang cukup baik tanpa harus kamu ingatkan hal itu berkali-kali. Ck ... harus diakui aku begitu bodoh mengorbankan diri sendiri demi mendapatkan hadiah dari tantanganmu itu." Air mata sedikit membasahi bulu mata lentik Hanna.

"Sungguh aku benar-benar minta maaf," ucap Isabelle kembali menundukkan wajahnya.

"Sudahlah, temani aku berbelanja. Aku harus berhemat dan menghindari sesering mungkin untuk makan di luar." Hanna beranjak dari tempat duduknya yang disusul oleh Isabelle.

***

Megens Glory Company.

"Berhenti menempeli saya, Samantha!" Bart menggertakkan giginya menahan kesal dengan wanita yang kini bergelayut manja di sisi lengan kekarnya. Samantha justru semakin mempererat rangkulannya di lengan Bart. Dengan wajah dingin khas miliknya, Bart mengibaskan lengannya agar terlepas dari rangkulan Samantha.

Samantha menyebik setelah mendapatkan perlakuan kasar Bart, "Sayang, seperti itukah kamu memperlakukan kekasihmu ini?"

"Ingat Samantha, saya sudah bersikap terlalu baik. Di hadapan khalayak saya bersikap manis agar tidak membuat ketenaran yang kamu agung-agungkan itu menjadi tercoreng. Sebaiknya kamu tidak memaksakan diri. Karena sewaktu-waktu saya tidak akan mau bersikap manis lagi." Seringai sinis menyebar di wajah Bart saat mengucapkan kata-kata yang menyakitkan bagi Samantha, "Sungguh kamu membuat saya mual!"

"... Saya rasa kamu sudah cukup paham jika saya bukanlah orang yang suka mengulangi ucapan. Jadi, sebaiknya kamu pergi!" Sebelum Samantha berniat untuk kembali mendekati Bart, pria tampan itu lebih dahulu mengusirnya.

Memang rumor yang beredar saat ini menyatakan bahwa Samantha memiliki seorang kekasih yang dalam waktu dekat akan segera menikahinya. Menurut pengakuan Samantha, pria itu bernama Bart. Bart seolah menutup mata dan telinganya ketika mendengar beberapa berita yang lebih dari sepekan sudah menghebohkan jagad pertelevisian.

Tentu saja hal ini berkaitan dengan ketenaran Samanta sebagai seorang model sekaligus putri tunggal dari Direktur Stasiun TV Aurora, Tuan Oliver.

Tuan Oliver sendiri adalah salah satu sahabat dekat dari ayah Bart, Chris Megens.

"Bart!" Samantha menginterupsi Bart yang ingin beranjak meninggalkannya, "jangan lupa jika orang tua kita menginginkan pernikahan antara kamu dan aku," ucap Samantha dengan senyum yang dipaksakan. Senyum tipis melengkung dari sudut bibir Bart, "Kamu pikir sesulit itukah saya untuk menolaknya?" Kemudian tanpa peduli Bart meninggalkan Samantha yang telihat memerah di seluruh bagian wajahnya karena menahan amarah.

"Arrrrgggh ..." Samantha menggeram karena tak mampu mengendalikan Bart seperti yang dia inginkan. Samantha menyadari apa yag dikatakan oleh Bart merupakan sebuah sinyal buruk baginya, karena memang selama ini tak sekalipun Bart mengucapkan kata penolakan dengan perjodohan mereka berdua.

Akan tetapi, perlu disadari juga bahwa tak sekalipun Bart pernah mengungkapkan persetujuan dari mulutnya. Satu hal yang membuat Samantha semakin merasa ketakutan, Tuan Chris bukanlah ayah yang pemaksa. Sehingga hal itu tidak akan menyulitkan Bart untuk menolak Samantha.

Sejauh ini Bart tidak melakukan tindakan apapun terhadap perjodohan dari Tuan Chris dan Tuan Oliver. Namun, sikap Bart menyiratkan bahwa untuk kedepannya tidak akan terjadi apapun di antara dirinya dengan Samantha.

Bart melangkah menuju tempat  dia bekerja. Pria tampan itu selalu saja menebarkan karismatik di hadapan orang-orang. Meskipun raut wajahnya selalu terlihat dingin. Pria itu sangat sulit tersenyum kepada siapa pun. Akan tetapi, tak sedikitpun mengurangi kadar ketampanan yang dia miliki. Sebagai pria tampan yang berasal dari keluarga kaya, Bart telah menerima banyak pujian selama bertahun-tahun.

"Tuan Megens, apa lagi yang menimpamu hari ini sehingga wajahmu nampaknya begitu kusut?" Tonny tertawa mengejek Bart yang merupakan atasan sekaligus merangkap sebagai sahabatnya.  Tonny bekerja sebagai sekretaris pribadi Bart di Perusahaan Ekstraktif yang bergerak di bidang pertambangan, Megens Glory Company.

Meskipun didirikan kurang dari sepuluh tahun, perusahaan ini berkembang sangat pesat. Terlebih lagi ketika berada di bawah pimpinan Bart yang terkenal sangat handal dalam menangani setiap persoalan yang berkaitan dengan kemajuan perusahaan. 

"Bisakah kau bersikap lebih sopan dengan atasanmu, atau kau datang kemari hanya untuk mengajukan pensiun dini?" Senyum ejekan Tonny perlahan mengendur setelah mendengar ucapan Bart dengan wajah dinginnya. 

"Ti-tidak, maksudku jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, kau bisa mengatakan kepadaku. Kita sudah cukup lama mengenal, dan aku merasakan bahwa saat ini kamu sedang tidak baik-baik saja. Benarkah demikian?" ucap Tonny berhati-hati. 

Bart menghembuskan nafas kasarnya. Pria berkulit coklat khas pria dewasa itu sesekali mengetuk-ngetukkan ballpoint ke atas meja kerjanya, "Aku hanya bingung mengapa akhir-akhir ini selalu bertemu dengan wanita tak punya rasa malu."

Tonny menyipitkan salah satu kelopak matanya. Menelisik raut wajah Bart yang terlihat kurang bersahabat, "Maksudmu wanita yang kemarin kau nikahi itu? Jika ini ada hubungannya dengan penampilan wanita itu, bukankah sangat mudah bagimu untuk membuat perubahan pada penampilannya, sehingga kamu tidak akan merasa malu untuk membawanya ke hadapan publik?"

Bukan dia yang aku maksud!" Wajah Bart memerah mengingat sikap Samantha yang terlalu berlebihan kepadanya. Sejenak bayangan Hanna melintas di dalam pikiran Bart, wanita cantik yang dia nikahi secara sembarangan. 

"Aku tidak pernah berniat untuk memperkenalkannya ke hadapan publik." Bart sedikit berpikir sebelum melanjutkan kalimatnya,

"...Setidaknya, tidak untuk saat ini." Sekelebat bayangan Hanna kembali mengganggu pikiran Bart. Terlintas jelas bagaimana senyum manis bibir merah muda milik wanita itu. Kulitnya yang cerah dan berkilau saat disentuh cahaya lampu, "Begitu banyak wanita yang lebih cantik dan berkelas, jadi kamu tidak perlu bertanya lagi kepadaku," lanjutnya.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk berhati-hati bersikap. Jangan sampai kamu nanti menyesalinya. Baiklah, lupakan saja. Mari kita bersiap makan malam dengan beberapa investor perusahaan malam ini," ucap Tonny mengakhiri percakapan sebelum dia keluar dari ruang yang terasa panas itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status