Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi
Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha
"Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S
Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung
Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka."Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun."Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang.Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah.Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi untukmu, S
Langkahnya terhuyung-huyung perlahan menghampiri pria yang duduk di sofa memandangnya dengan penuh kebingungan dan tanda tanya yang bersarang di otaknya. Entah kenapa perempuan itu nampak lemah tak sanggup menatap kekasih hati yang duduk itu. "Nikahi aku, Kunang ...." terucap dari bibir seorang gadis. Ia menahan air mata yang mau mengucur deras."Tentu saja Honey! Aku akan menikahimu setelah kita lulus kuliah. Okey?" Tanpa keraguan Kunang menjawab. Ia berusaha meyakinkan gadisnya. Nampak terukir lengkungan senyum manis bak bulan sabit. Namun wanitanya hanya mematung dengan bibir pucat yang seperti tidak minum beberapa hari. Bola mata indah itu menatap kosong ke depan seakan tak bernyawa. Relung hatinya tak puas mendengar jawaban Mahasiswa itu.Wanita itu hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak Kunang! Bukan jawaban itu yang aku butuhkan. Nikahi aku sekarang juga. Kalau tidak, maka cepatlah kamu menjauh dariku."Seperti belati yang menancap tepat menghunus hati Kunang. Pria itu m
Kemarin hariku yang paling buruk saat dosen beku memarahiku dan membuat hukuman berlarian 50 kali putaran keliling kampus. Namun, gak sampai diputaran 50 baru sampai di putaran ke 4 aku pingsan dan dibawa ke unit kesehatan kampus (UKK).Berharap semoga saja hari ini nasibku baik. Selama masuk kampus dan mengambil jurusan Akuntansi di BEU. Aku belum punya musuh. Walau musuhku cuman Dosen phobia wanita itu.Aku mendapat julukan Miss Balsem, ratu balsem, nenek pembawa balsem tetap harus kuat iman, serta membentengi hati supaya tidak membalas cacian mereka yang kadang tepat menghunus jantung. Tapi, cacian itu tak sebanding dengan perlakukan dosen beku yang membuatku kewalahan kemaren.Hari ini hujan begitu mengguyur kampus. Suasana mendingin lebih kunikmati daripada harus berpapasan atau bertemu dosen beruang kutub itu. Kejam sekali kalau di pikir-pikir aku menyebutnya beruang dalam hati. So, tak apa yang penting cuma dalam hati kan?Kebiasaan saat hujan semakin deras. Aku paling suka mema
Kupegangi kepala yang sakit dan berdenyut. Entah apa yang terjadi. Membuka perlahan mata. Suasananya berbeda, aroma kamar juga beda. Ini seperti bukan kamarku? Lemari yang bewarna gelap. Lampu tidur dan semua perabotan mewah. Ini kamar siapa? Apakah aku sudah mati dan berada di surga? Aku berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Oh iya aku kan mau mengantar Pak Kunang pulang? Kenapa bisa berada di kamar asing?Aku bangkit dan berkaca di kaca berukuran besar, badanku terlihat jelas. Wah aku terlihat sangat memukau dengan gamis baru merah jambu. Kerudung yang menjuntai. Aku seperti bidadari yang turun dari kayangan, hehe.Tercium aroma kamar yang berbau khas kamar pria. Hah kamar pria? Berarti aku sedang berada di kamar siapa? Dan tunggu, siapa yang menganti pakaianku?"AAAA ...." Aku menjerit diiringi tangisan yang meraung-raung. Aku seperti kesurupan, Kulemparkan semua barang yang ada di dalam kamar dan tak terkecuali vas. Hingga pecahan vas itu menyakiti kakiku. Aku tak peduli. Y