Share

Chapter 59 | Sang Musuh

Author: MJeona
last update Huling Na-update: 2025-08-02 23:33:18

Ruang bawah tanah di pabrik tua pinggiran Distrik ke-8 Paris kini benar-benar senyap. Suasana lembap dan gelap hanya dihiasi nyala senter kecil yang masih tergolek di lantai, memantul samar dari genangan air dan debu yang menumpuk.

Sosok lelaki yang memukul Edmund hingga tak sadarkan diri berdiri di atas tubuh korban yang kini tergeletak tak bergerak. Balok kayu besar yang tadi digunakan untuk menghantam tengkuk Edmund kini disandarkan ke dinding.

Lelaki itu menyeringai miring. Wajahnya tersorot samar cahaya senter, menunjukkan garis wajah yang keras dan tajam. Ia membungkuk, mengambil kartu identitas Javier yang tadi terjatuh dari tangan Edmund.

"Sialan," gumamnya, memandangi foto Javier dengan seringai mengejek. "Terlalu banyak tahu untuk seorang asisten pribadi. Sudah waktunya dia keluar dari permainan ini."

Tanpa membuang waktu, lelaki itu—yang ternyata adalah Luan, sopir pribadi Kennard—mengantongi kartu identitas tersebut ke dalam saku jas hitamnya. Kemudian, dengan gerakan cepa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (26)
goodnovel comment avatar
AlbyMalik
LUAN.... astagaaa ternyata kamu berkhianat yaaaa......... Edmund gimana nasibnya kamu ini astagaaa ken... kamu cepetan sadar nohhh asisten pribadinya ga ada dia diambang maut ken.. cepetan selamatkan Edmund bukan hanya Joana yg dalam bahaya ken tapi Edmund pun dalam siks4an pastinya
goodnovel comment avatar
AlbyMalik
SAYA SUAMINYA.... ............ untung si suster ga pengsan yaaa 1 wanitaa 2 laki-laki yang mengaku menjadi suaminya...... mantap emang Joana.. dalam keadaan hancur pun dia selalu diperebutkan 2 laki-laki hebat... suami hebat mu jooo cepatlah membaik agar kamu bisa memilih dan melanjutkan hidupmu
goodnovel comment avatar
Mbak Nana
sama sama mengaku sebagai suami Joana tapi sayang Ken nama mu tak di panggil saat Joana sadar
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 60 | Luka dan Rencana

    Sepasang kelopak mata Joana perlahan tersibak. Cahaya putih lampu ruangan ICU menusuk pandangannya, membuat ia sempat menyipitkan mata, lalu mengerjap pelan. Bau disinfektan yang tajam menyeruak masuk ke indra penciumannya bersamaan dengan kesadaran yang mulai mengalir ke seluruh tubuh. Tubuhnya masih lemas, seolah-olah tak ada energi tersisa, tetapi ia bisa merasakan genggaman hangat di tangannya.Wajah itu. Mata itu. Sorot cemas itu."K-Ken ...?" gumamnya lemah. Suaranya serak, nyaris tak terdengar.Kennard mendekat cepat, menggenggam tangan istrinya lebih erat. Matanya membelalak dengan campuran kelegaan dan ketegangan. "Sayang ... kamu sadar. Syukurlah."Joana menatapnya sayu, pun bingung. "Kenapa aku ... di rumah sakit?"Kennard mengusap pipinya dengan lembut. "Kamu pingsan, tapi jangan pikirkan itu sekarang. Kamu masih lemah. Fokus saja untuk pulih, oke?"Joana langsung menarik lemah tangannya dari genggaman Kennard. Hatinya masih perih meski rasa rindunya ingin meledak. Ia ingi

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 59 | Sang Musuh

    Ruang bawah tanah di pabrik tua pinggiran Distrik ke-8 Paris kini benar-benar senyap. Suasana lembap dan gelap hanya dihiasi nyala senter kecil yang masih tergolek di lantai, memantul samar dari genangan air dan debu yang menumpuk.Sosok lelaki yang memukul Edmund hingga tak sadarkan diri berdiri di atas tubuh korban yang kini tergeletak tak bergerak. Balok kayu besar yang tadi digunakan untuk menghantam tengkuk Edmund kini disandarkan ke dinding.Lelaki itu menyeringai miring. Wajahnya tersorot samar cahaya senter, menunjukkan garis wajah yang keras dan tajam. Ia membungkuk, mengambil kartu identitas Javier yang tadi terjatuh dari tangan Edmund."Sialan," gumamnya, memandangi foto Javier dengan seringai mengejek. "Terlalu banyak tahu untuk seorang asisten pribadi. Sudah waktunya dia keluar dari permainan ini."Tanpa membuang waktu, lelaki itu—yang ternyata adalah Luan, sopir pribadi Kennard—mengantongi kartu identitas tersebut ke dalam saku jas hitamnya. Kemudian, dengan gerakan cepa

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 58 | Antara Hidup dan Mati

    Suara roda brankar darurat bergesekan cepat di lantai marmer koridors sebuah rumah sakit swasta yang terletak tak jauh dari pusat Distrik ke-8 Paris. Lampu-lampu silau menyorot wajah pucat Joana yang tidak sadarkan diri. Tubuhnya lunglai dengan wajah penuh luka memar dan darah yang merembes dari bawah gaun hitamnya. Perempuan muda itu dalam kondisi sangat lemah karena penyiksaan yang dialaminya. “Denyut nadinya lemah! Pasien sedang mengandung dan mengalami pendarahan. Siapkan ruang penanganan darurat untuk pencegahan keguguran!” teriak seorang dokter sambil berlarian dengan tiga perawat lain yang juga mendorong brankar. “Baik, Dok,” sahut perawat. Vernon masih ikut berlarian mendampingi Joana yang terbaring tak sadarkan diri di atas brankar itu, tak peduli pada keringat dingin yang mengalir dari pelipisnya. Kemejanya kusut dan bercak darah Joana menodai lengannya. Matanya merah dan rahangnya mengeras karena perasaan tidak tenang terus menggerogotinya sejak dalam perjalanan. “Selam

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 57 | Darah Joana dan Air Mata Kennard

    Satu jam setelah pesan itu diterima, kini Kennard sudah berdiri di depan bangunan reot yang pernah menjadi gudang produksi logam tua. Pandangannya awas ke sekitar. Belasan pengawal berpakaian serba hitam menyebar dalam formasi tempur, bersenjata lengkap—Glock dan belati. Edmund berada tepat di sampingnya, membawa tablet terus memantau sinyal GPS dari pelacak digital yang berhasil ia sematkan lewat sistem milik salah satu nomor penculik yang mengirimkan pesan satu jam lalu."Sinyal terakhirnya di sini, Tuan muda. Setelah itu sinyal terputus. Sepertinya ponsel sengaja dimatikan. Seharusnya, Nyonya muda berada di sini," ujar Edmund.Kennard tidak menjawab. Rahangnya masih mengeras, dan langkahnya dipercepat. Ia tak menunggu aba-aba. Begitu pintu baja tua itu terlihat, ia langsung menendangnya keras hingga engselnya terlepas separuh. Kemudian diselesaikan pengawalnya dengan tembakan beruntun hingga pintu itu rubuh. Kini, para pengawalnya masuk terlebih dahulu, menyisir setiap sudut bangu

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 56 | Penyiksaan

    Petir menyambar langit Paris. Hujan kini turun deras, menciptakan ritme dentingan di atas atap pabrik tua yang sudah hampir rubuh di pinggiran Distrik ke-8. Di dalam ruangan lembap itu, Joana menggigil hebat. Darah mengering di sudut bibir dan pelipisnya. Wajahnya sembap karena tangis dan tamparan bertubi-tubi dari salah satu anak buah Javier yang menjijikkan.Sebuah tamparan tiba-tiba kembali diterimanya, lalu anak buah Javier yang lain menekan pipinya dengan kasar. Kepalanya menunduk, rambutnya kusut berantakan, dan tubuhnya gemetar. Bukan hanya karena dingin, tetapi juga karena ketakutan akan pelecehan yang menimpanya."Jangan sampai dia pingsan!" bentak pria bertubuh besar yang bernama Remi. "Bos belum puas bermain dengannya.""Ah, Bos Javier, kita mulai saja. Lihat dia, sudah lemas dan pasrah. Aku semakin tergoda kalau begini," ujar pria besar bertubuh tambun yang mencengkeram rahang tirus Joana dengan kasar.Javier hanya duduk santai sambil menyilangkan kaki di atas kursi reyot,

  • Pengantin Miskin Milik CEO Dingin   Chapter 55 | Javier Is Back

    Sementara itu, hujan rintik mulai membasahi jalanan besar di Distrik ke-8 Paris. Lampu-lampu jalan mulai menyala, menyorot basahnya aspal yang gelap. Joana duduk di jok belakang sedan hitam milik keluarga Moreau. Ia baru saja menyelesaikan presentasi panjang di kantor dan merasa cukup lelah, tetapi hatinya sedikit tenang karena tahu ada rumah hangat yang menantinya malam ini.Sopir tua keluarga Moreau, Gerard, menyapa ramah dalam bahasa Prancis yang lembut, “Mademoiselle Joana, apakah Anda ingin berhenti sebentar untuk membeli sesuatu?”Joana hanya menggeleng pelan. “Tidak, Gerard. Kita langsung pulang saja. Aku ingin cepat sampai di mansion.”“Baik,” sahut pria loyal itu. Namun, tak sampai lima menit setelah mereka keluar dari pusat kota, mobil perlahan masuk ke jalan kecil yang agak sepi. Tiba-tiba, dari gang kiri, sebuah van putih berhenti melintang di depan mobil mereka. Gerard sontak menginjak rem mendadak.“Mon Dieu …,” gumam Gerard panik, saat dua pria yang memakai penutup waj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status