Home / Rumah Tangga / Pengantin Pengganti Tuan CEO / Bab 5 : Dia Tidak Pernah Mencintaimu

Share

Bab 5 : Dia Tidak Pernah Mencintaimu

Author: Hello Sii
last update Last Updated: 2023-06-21 16:08:41

Aksen memijat kepalanya yang terasa pening. Untuk menetralkan stressnya, ia memilih duduk di kursi pinggiran kolam renang belakang rumahnya. Merebahkan badan dan menikmati udara yang sejuk mungkin akan sedikit membantu otaknya kembali tenang.

“Lemon tea bagus untuk mengurangi stress berlebih,” ujar Amora seraya menyimpan segelas lemon tea buatannya di atas meja samping Aksen. Pria itu tak merespon sedikit pun. Posisinya masih tetap dengan kedua lengan dilipat dibelakang kepala dan tatapan lurus ke depan.

Amora menghela napas panjang ketika tak menerima respon apapun dari suaminya. “Aku ingin kau mendengar satu kebenaran dariku.” Amora masih setia berdiri disamping suaminya.

“Waktu itu, sehari sebelum hari pernikahan tiba- ”

“Aku tak peduli,” potong Aksen berucap tanpa intonasi.

“Setidaknya kau harus tahu kejadian sebenarnya, jangan menyimpulkan sendiri!”

Aksen menoleh kepada Amora dengan tatapan tak terbaca. Pria itu menampilkan senyum smirk-nya kemudian terkekeh meledek Amora.

“Kebenaran apa? Kebenaran kalau kau sengaja menyekap Aurel, supaya bisa merebut posisinya menjadi pengantinku? Hah, sama sekali tak bisa kubayangkan ada wanita sekeji dirimu, Amora!” ucap Aksen kembali ke posisi sebelumnya.

Tampak kerutan di antara jarak kedua alis Amora. Wanita itu sangat heran dengan apa yang diucapkan suaminya. Kenyataan diperoleh dari mana yang suaminya nyatakan tadi itu.

“Tuan Aksen, opinimu sangat berlebihan. Apa tidak bisa kau mendengar kenyataannya dariku langsung?” geram Amora.

“Untuk apa? Mendengar alibi-alibi bodohmu? Telingaku terlalu suci untuk menangkap kata-kata munafik dari mulutmu itu!”

Amora kembali menghela nafas. Kata-kata kejam yang dilontarkan Aksen masih sama seperti dulu. Kebenciannya terhadap Amora tidak pernah padam, apalagi ditambah sekarang dia dituduh sebagai perebut kebahagiaan Aurelia, kebencian Aksen semakin menggunung terhadap Amora.

“Baiklah. Terserah kau mau menganggap ucapanku ini apa. Yang penting, aku ingin kau mendengarnya. Pernikahan ini terjadi bukan karena aku yang merebutmu darinya, tapi karena wanitamu sendiri yang menyerahkanmu padaku, karena dia tidak mencintaimu sama sekali!”

“CUKUP! AKU BILANG AKU GAK BUTUH SEMUA OMONG KOSONGMU!!”

Amora menutup matanya sejenak. Lagi-lagi bentakan Aksen membuat dadanya berdebar tak beraturan. Ia mencoba mengatur nafasnya untuk lebih rileks agar meminimalisir detak jantung yang semakin kencang.

“Aku tau kau menyadari itu semua. Mau sampai kapan kau pura-pura percaya Aurelia mencintaimu?” ungkap Amora membuat Aksen beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekat menghampiri Amora yang masih berdiri menatapnya.

“Kau pikir aku akan percaya padamu, hm? Kau pikir dengan kau mengatakan itu semua, aku akan melepas Aurel lalu mencintaimu, begitu?!” Aksen berucap seraya menekuk kedua tangan menopang pinggangnya.

“Justru dengan kau mengatakan ini, aku semakin bertekad untuk menceraikanmu dalam waktu dekat!” lanjut Aksen seraya berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Amora yang masih mematung di tempat.

“Kau yakin mau menceraikanku, Aksen? Apa kau tak ingat dengan ucapan ibu ketika merobek map biru yang kau tinggalkan di meja kemarin?”

Aksen menghentikan langkahnya. Ia kembali ingat ancaman ibunya yang begitu mematikan. Kemarin setelah pertengkaran itu terjadi, malamnya Rina kembali mengomel kepada Aksen perihal map biru yang Aksen tinggalkan di atas meja.

Rina segera merobek map itu ketika ia tahu di dalamnya terdapat surat perceraian yang harus ditanda tangani oleh Amora. Rina murka, bahkan ia mengatakan kalau sampai Aksen bercerai dengan Amora, ia tak akan segan-segan mencoret nama Aksen dari daftar pewaris keluarga dan memberikan perusahaan miliknya kepada Amora.

Tangan Aksen mengepal mengingat itu. Rahangnya mengeras hingga memperlihatkan tulang pipi yang kokoh membentuk wajah tampannya. Ia berbalik dan berjalan menuju Amora kembali.

“Kau pikir aku takut?” ucap Aksen geram.

“Aku tak bilang begitu. Aku hanya tak ingin kau memutuskan sesuatu yang akan merugikan dirimu sendiri,” ucap Amora tak habis akal.

“Cih! Kau pintar sekali berbual. Pantas saja banyak perusahaan yang mau bergabung dengan perusahaanmu, itu semua pasti karena ucapanmu yang pintar berbual ini.” Aksen tersenyum miring mengejek Amora.

“Kau salah, Aksen. Mereka mau bergabung denganku bukan karena ucapanku yang menjanjikan. Tapi karena mereka pintar memilih, siapa partner terbaik untuk dijadikan tim agar menghasilkan sesuatu yang terbaik.” Amora masih berusaha bersikap tenang di depan Aksen. Jika saja emosinya terpancing, ia akan disebut kalah.

Aksen terkekeh pelan. “Pintar memilih? Atau jangan-jangan kau menjanjikan sesuatu diluar bisnis, nona Amora? Berapa malam yang kau habiskan untuk melayani mereka supaya mau bergabung dengan perusahaanmu?”

Amora kembali mengatur nafasnya perlahan. Ia harus tetap tenang meskipun Aksen terus memancing emosinya.

“Kau sangat berlebihan, tuan Aksen. Aku bahkan tidak kerpikiran untuk melakukan hal itu,” jawab Amora masih terlihat tenang.

“Tak usah mengelak. Aku bahkan tidak peduli kau berbuat itu atau tidak sekalipun!” cuek Aksen

“Aku peduli, karena kau suamiku,” ucap Amora kembali mempertegas statusnya sebagai istri dari Aksen.

“Tapi aku tidak pernah menganggap kau sebagai istriku! Jika saja bukan karena ancaman ibu, aku akan menceraikanmu hari ini juga!” tegas Aksen.

“Karena itulah aku tak mau bercerai denganmu. Aku ingin membantumu mendapatkan perusahaan itu,” ucap Amora lagi.

“Terserah kau saja! Tapi satu hal yang perlu kau ketahui, aku tidak akan menganggapmu istriku sampai kapanpun!” Aksen tetap dengan pendiriannya. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa Amora adalah musuhnya dan berbalas dendam kepadanya adalah hal yang wajib ia lakukan.

“Syukurlah. Aku senang jika kau tak mengungkit kata-kata cerai lagi.”

Aksen kembali tersenyum miring. “Kau pikir kau akan hidup tenang di rumah ini? Aku akan membuat hidupmu menderita, lebih dari apa yang kau bayangkan sebelumnya!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 77

    Amora termenung di depan gerbang setelah ia keluar dari bangunan itu dan meninggalkan dua orang yang paling Amora benci di dunia. Baron dan Frans sudah divonis hukuman mati oleh pengadilan sesuai tuntutan keluarga korban dan hukum yang berlaku.Setelah ini Amora akan belajar ikhlas atas semuanya. Ayah, ibu, kakek, semua keluarganya sudah tiada. Dan yang sekarang bisa menemaninya hanya keluarga dari sang suami. Mereka begitu terlihat peduli kepada Amora bahkan di kala perempuan itu dalam kesulitan.“Ayo, pulang!” Aksen merangkul pundak Amora dengan lembut.Amora kemudian menoleh. Perempuan itu tersenyum tipis membuat Aksen semakin erat memeluknya. Tak akan pernah Aksen lepaskan lagi seorang istri yang begitu berharga ini dalam hidupnya. Tak akan pernah.Amora kini merasa aman. Bersama orang-orang yang begitu menyayanginya. Seorang suami yang rela berbuat apapun demi menyenangkan hatinya, saudara-saudara yang selalu membuatnya tertawa dan seorang ibu mertua yang mementingkan kebutuhanny

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 76

    “Aku sudah tahu tempat persembunyian para bajingan itu!” Aksen mengepalkan tangan kirinya dengan erat setelah mengetahui beberapa hal yang membuatnya sangat jengkel. Sudah beberapa hari Aksen mencoba melayangkan senjata kepada dua bajingan itu tapi entah kesaktian apa yang mereka punya sampai selalu lolos dari segala rencananya.Tapi tidak untuk hari ini. Aksen, Diego, Anna, Riri dan Amora akan menyatukan rencana untuk menjebak Baron dan Frans itu. Amora sudah berangkat dengan beberapa pengawalnya menuju gedung tak terpakai yang beberapa tahun lalu terbakar.Benar sekali, di tengah jalan, Amora diculik oleh dua orang dengan topengnya. Amora berpura-pura pingsan untuk mengelabui musuhnya itu. Terdengar jelas di telinga Amora tawa renyah Frans Baron memenuhi ruangan kedap suara. Ingin sekali Amora menyumpal mulut sialan itu. Tapi ia harus menahan itu semua dan berpura-pura pingsan dulu untuk sementara waktu.“Am, kau merindukan panggilan itu, bukan?” tanya Frans dengan wajah berseri.

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 75

    Beberapa orang suruhan Diego dan Amora berhasil disebarkan untuk mencari keberadaan Aksen. Meskipun Amora nampak berdiam diri saja di rumah, tapi otak dan bawahan-bawahannya tidak pernah diam untuk terus menggali informasi perihal Aksen.Sehari berlalu, Amora belum mendapatkan kabar apapun dari Aksen. Hatinya semakin tak tenang dan otaknya sudah buntu tak bisa berpikir lagi. Apalagi ketika mendengar kabar terbaru dari televisi yang mengabarkan jika Baron dan Frans tidak terlacak kembali keberadaannya.Diego yang beberapa kali mencoba menghubungkan koneksi pelacak pun tetap tidak berhasil. Baron dan Frans sepertinya telah menyusun segala cara sebagus mungkin untuk hari ini dan hari-hari berikutnya demi menangkap Amora. Beberapa kali Diego berpesan untuk Amora tetap berjaga-jaga meskipun ia berdiam diri di rumah.Malam ini seperti biasa Amora tak berhasil memejamkan matanya. Pikiran yang terus berkecamuk dan kepala yang terasa pusing semakin membuatnya tak bisa tidur. Sesekali Amora men

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 74

    Amora mondar mandir tidak jelas sejak tadi karena pikirannya yang mulai kacau semenjak acara televisi menyajikan berita tentang berkeliarannya dua orang buronan yang kabur dari keamanan. Tentu saja mereka itu adalah Baron dan Frans.Sesuatu yang begitu mengoyakkan hati Amora kala ia mengetahui jika kedua orang itu merupakan ayah dan anak. Frans merupakan anak Baron sebelum ia menikahi ibunya Aurelia. Sungguh sangat lembut permainan Frans waktu itu, hingga membuat Amora tidak bisa melihat mana rekayasa mana nyata.Tentulah sekarang Amora paham mengapa Frans begitu jahat padanya. Ya, semua itu karena Baron dan dirinya menginginkan harta kakeknya Amora yang begitu banyak dan melimpah. Namun tidak semudah itu, setelah membunuh Artha mereka juga mesti menyingkirkan Amora terlebih dahulu untuk mendapatkan harta itu.Amora menggigit jari telunjuknya mencoba menenangkan diri. Meski dirinya sekarang berada di tempat yang aman yaitu di rumah ibu mertuanya. Tapi yang lebih membuat Amora panik ad

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 73

    “Amora kau harus mati!”“Amora kau harus mati!”“Amora kau harus mati!”“Huaa ...” Dada yang kembang kempis tak beraturan begitu terlihat disertai wajah ketakutan Amora. Perempuan itu menoleh ke samping dimana ada suaminya tengah memandang khawatir padanya. Bahkan tangan Aksen masih menjadi bantalan kepala istrinya.Untung saja semua itu hanya mimpi. Seseorang mendatanginya bahkan terbawa ke alam bawah sadarnya. Dia datang ingin merenggut nyawa dengan tanpa alasan. Amora sungguh ketakutan hingga tak sadar tangannya menggenggam lengan Aksen. “Ada apa, Mora?” Aksen mencoba menyadarkan istrinya yang terlihat kebingungan selepas sadar dari pingsannya.Menyadari dirinya begitu menempel ke tubuh Aksen, Amora segera berusaha duduk dan membenarkan posisinya. Meskipun dalam keadaan tak baik-baik saja, ia tak akan memperlihatkannya kepada Aksen. Saking gengsinya ia tak akan pernah merendahkan harga dirinya lagi di depan Aksen. “Mora, kau baik-baik saja?”Amora menghela napas panjang beberapa

  • Pengantin Pengganti Tuan CEO   Bab 72

    “Katakan, apa maumu? Aku tidak mempunyai waktu luang cukup lama untukmu,” ujar Amora langsung pada intinya ketika mereka sudah dihidangkan beberapa makanan di atas meja.“Mora, aku bukan klienmu. Sekarang ini aku berperan sebagai suamimu, apa pantas bicara begitu?”Amora menatap tanpa ekpresi ke arah suaminya. Aksen kini selalu menyebalkan di depan matanya. “Aku tak suka bertele-tel-““Makan dulu,” potong Aksen seraya menyodorkan sepotong beefsteak ke mulut Amora hingga perempuan itu terdiam.Melihat istrinya yang sama sekali tidak membuka mulut untuk melancarkan suapannya, Aksen menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya dengan isyarat. Beberapa detik kemudian Amora mengambil garpu yang dipegang Aksen kemudian menyuapkan potongan daging itu oleh tangannya sendiri.Aksen hanya tersenyum menanggapinya.“Tidak ada hal penting, aku hanya ingin makan siang bersamamu.” Aksen mulai menyuapkan potongan daging kepada mulutnya.Amora terdengar menghela napas panjang. Wanita itu tiba-tiba berdi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status