Share

4. Nama untuk bayi

"Satu tahun. Pernikahan ini hanya berjalan sampai satu tahun saja. Dan sampai saat itu, kau tidak boleh menyentuhku."

Arletta begitu yakin saat berkata demikian. Karena menurutnya, mungkin dengan begitu dia juga bisa membantu mengurus bayi itu tanpa harus melakukan kewajibannya sebagai istri Davian. Dia masih belum siap kalau seperti itu.

Terlebih, dalam waktu satu tahun, mungkin Arletta bisa meninggalkan bayi ini nantinya. Sedikitnya, selama satu tahun itu Arletta mungkin akan membuat Davian lebih menyayangi bayinya sendiri. Karena dengan begitu, Arletta jadi bisa meninggalkan bayi perempuan itu nantinya dengan cukup tenang.

"Baiklah. Lagipula, aku juga tidak tertarik padamu. Aku benar-benar tidak akan pernah menyentuhmu!" Tegas Davian tanpa ragu sama sekali.

Ya, pria itu menyetujuinya. Dia sama sekali tidak keberatan dengan persyaratan yang diberikan oleh Arletta. Baginya, itu bukanlah hal yang sulit. Sebab dia memang tidak tertarik pada Arletta sama sekali. Gadis muda itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan Tiara, wanita yang dia cintai. 

"Selain itu, aku juga ingin alasan pernikahan ini hanya kita yang mengetahuinya. Katakan pada orangtuaku, kalau kau menikahiku karena memang benar-benar ingin menikah denganku, bukan karena kau memaksaku," ucap Arletta sekali lagi.

Dia mengkhawatirkan kedua orangtuanya. Entah apa yang akan dilakukan mereka seandainya tahu kalau anak gadisnya ini justru malah menikah dengan pria yang baru hari ini ditemuinya.

"Tentu. Itu bukanlah hal yang sulit," ucap Davian dengan persetujuannya lagi.

Dia benar-benar tidak perduli lagi dengan apa pun syarat yang diajukan oleh Arletta. Karena alasannya untuk menikahi gadis itu adalah demi membuat ibunya sendiri tidak menyalahkannya jika pernikahan itu dibatalkan, apalagi menyalahkan Tiara yang sudah meninggal. Dia juga menikahi Arletta karena merasa jika gadis itu, adalah pilihan yang tepat untuk merawat bayinya.

***

Pernikahan itu hanya tinggal terhitung beberapa hari lagi. Kecemasan Arletta semakin dia rasakan. Belum lagi, dengan Arletta yang harus sibuk mengurus ini dan itu sembari menjaga bayi milik Davian. Membuatnya harus mengajukan libur ke kampusnya. Karena sangat tidak mungkin Arletta meneruskan kuliahnya saat dia memiliki kesibukan seperti ini.

"Ikut aku untuk melakukan fitting baju. Kau tidak mungkin memakai gaun milik Tiara," ucap Davian yang sudah tiba-tiba menghampiri Arletta yang sedang menggendong bayi perempuan itu di kamarnya.

Lebih tepatnya mungkin kamar yang beberapa waktu ini dia tempati di rumah Davian.

"Lalu, bagaimana dengan bayinya?" tanya Arletta terlihat kebingungan.

"Tinggalkan saja dia dulu di sini. Dia sedang tidur bukan? Lagipula kita tidak akan pergi lama," ucap Davian seolah tanpa beban sedikit pun saat mengatakannya. 

Dan jelas hal itu membuat Arletta menatap pria itu tak percaya. Bisa-bisanya Davian memiliki pemikiran seperti itu.

"Tuan Davian, bagaimana mungkin kau membiarkan bayimu sendiri ditinggalkan di rumah sendiri?!" Protes Arletta pada pria itu di sana.

Mendengar hal itu, Davian nampak menghela nafasnya panjang. "Lalu bagaimana? Kau mau membawanya pergi bersama? Begitu?" tanyanya dengan raut wajah yang benar-benar begitu dingin.

Arletta jelas tidak mungkin menyetujuinya. Dia juga ragu untuk membawa bayi itu keluar. Apalagi untuk membawanya saat dia melajukan fitting gaun pengantin. Arletta tidak tega kalau harus membawa bayi itu menunggu lama di tempat itu.

"Boleh aku meminta temanku untuk datang kemari?" tanya Arletta dengan sedikit ragu.

Lantas, itu membuat Davian mengernyitkan keningnya menatap Arletta di sana. "Untuk apa? Bukankah kau tidak ingin orang lain tahu alasan kita menikah?"

Arletta menganggukkan kepalanya. "Iya, memang. Tapi, dia yang paling aku percaya," jawabnya.

Sekali lagi Davian terlihat mengernyitkan keningnya menatap Arletta di sana. "Lalu? Kau mau menyuruhnya datang kemari untuk menjaga bayi ini?"

"Tidak. Bukan begitu. Dia tidak pandai menjaga bayi," jawab Arletta dengan gelengan cepat di kepalanya.

"Lalu apa? Kenapa kau mau meminta temanmu itu datang kemari?!" Kesal Davian akan Arletta.

Dengan ragu pada akhirnya Arletta menjawab pertanyaan Davian. "Tuan Davian yang menjaga bayimu di sini. Biar aku dan temanku yang datang ke butik untuk fitting bajunya. Bukankah kita ke sana hanya untuk memilih gaunku saja? Aku yakin kalau pakaian Tuan Davian sudah dipilih sebelumnya," ucap Arletta dengan keraguannya.

Arletta memang benar, Davian sudah memiliki pakaian sendiri untuk pernikahannya. Tapi, menjaga bayinya? Gila saja, Davian bahkan nyaris tak pernah menjaga bayi itu selama beberapa hari ini!

"Tidak. Bawa bayi itu juga bersama kita. Tidak ada penolakan!" Tegas Davian pada akhirnya.

Davian benar-benar sudah tidak perduli apa pun lagi. Daripada dia yang diam di rumah dsn menjaga bayi itu, dia lebih memilih untuk membawanya bersama. Setidaknya, Arletta yang juga akan menjaga bayinya. Itu lebih baik bagi Davian.

Pria itu bahkan tidak membiarkan Arletta berkata apa pun lagi. Saat dia lebih memilih melangkahkan kakinya terlebih dahulu untuk pergi dari sana.

Sepuluh menit Davian menunggu di dalam mobilnya, dia belum juga mendapati Arletta keluar dari rumahnya. Namun, saat Davian hendak menyusul gadis itu, dia justru telah mendapati Arletta tepat di depan pintu rumahnya. Bersama dengan bayi yang ada di dalam gendongannya dan satu tas yang dia bawa dengan kesulitan di tangan kanannya.

"Sial!" Keluh Davian kemudian saat melihat hal itu.

Mau tidak mau Davian juga mendekat pada gadis itu. Tanpa banyak bicara, Davian sudah meraih tas yang ada di tangan Arletta dengan cepat dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Masuklah," perintah Davian yang sudah membukakan pintu mobilnya untuk Arletta.

Arletta lantas sedikit menyunggingkan senyumnya. Ternyata, meskipun menyebalkan, ada sisi lain dalam diri Davian yang terlihat perduli.

"Terima kasih," ucap Arletta kemudian.

Lantas, beberapa saat kemudian keduanya sudah berada di dalam mobil yang sama. Dengan Davian yang sudah duduk berdampingan dengan Arletta. Sementara Jerry yang melajukan mobil tersebut.

"Apa saja yang kau bawa hingga merepotkan diri sendiri seperti itu?" tanya Davian saat dia penasaran akan isi tas yang dibawa Arletta.

"Aku membawa beberapa keperluan bayi ini saja. Seperti susu, pakaian dan— Ah, benar. Apa Tuan Davian belum memberinya nama?" tanya Arletta saat dia menyadari hingga saat ini hanya memanggil bayi tersebut dengan 'bayi ini'.

Davian terdiam. Karena jawabannya jelas 'belum'. Dia sama sekali tidak pernah memikirkan nama dari bayi itu. Dia dan Tiara dulu berniat memberikan nama saat bayi itu lahir saja. Siapa sangka, kalau Tiara justru malah meninggalkannya. Membuat Davian cukup enggan melihat bayinya sebab akan mengingatkannya pada Tiara dan membuatnya bersedih.

"Ah, belum, ya?" Tebak Arletta kemudian.

Lantas Arletta telah menatap bayi dalam gendongannya yang sedang terpejam dengan begitu polosnya. Senyumnya terlukis. "Boleh aku menyarankan nama untuknya?"

"Apa?"

"Sena."

"Sena?"

"Ya. Artinya bulan atau kilauan cahaya. Saat melihatnya tertidur seperti ini, mengingatkan aku pada hal itu," ucap Arletta sekali lagi dengan senyumannya yang terlihat begitu tulus.

"Baiklah. Kita gunakan nama itu. Sena Amara Navileon," ucap Davian tanpa menoleh sedikit pun. 

"Amara?" tanya Arletta penasaran saat nama itu ikut disebutkan.

"Cantik abadi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status