Share

4. Nama untuk bayi

Author: Liachuu
last update Last Updated: 2023-05-25 21:37:38

"Satu tahun. Pernikahan ini hanya berjalan sampai satu tahun saja. Dan sampai saat itu, kau tidak boleh menyentuhku."

Arletta begitu yakin saat berkata demikian. Karena menurutnya, mungkin dengan begitu dia juga bisa membantu mengurus bayi itu tanpa harus melakukan kewajibannya sebagai istri Davian. Dia masih belum siap kalau seperti itu.

Terlebih, dalam waktu satu tahun, mungkin Arletta bisa meninggalkan bayi ini nantinya. Sedikitnya, selama satu tahun itu Arletta mungkin akan membuat Davian lebih menyayangi bayinya sendiri. Karena dengan begitu, Arletta jadi bisa meninggalkan bayi perempuan itu nantinya dengan cukup tenang.

"Baiklah. Lagipula, aku juga tidak tertarik padamu. Aku benar-benar tidak akan pernah menyentuhmu!" Tegas Davian tanpa ragu sama sekali.

Ya, pria itu menyetujuinya. Dia sama sekali tidak keberatan dengan persyaratan yang diberikan oleh Arletta. Baginya, itu bukanlah hal yang sulit. Sebab dia memang tidak tertarik pada Arletta sama sekali. Gadis muda itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan Tiara, wanita yang dia cintai. 

"Selain itu, aku juga ingin alasan pernikahan ini hanya kita yang mengetahuinya. Katakan pada orangtuaku, kalau kau menikahiku karena memang benar-benar ingin menikah denganku, bukan karena kau memaksaku," ucap Arletta sekali lagi.

Dia mengkhawatirkan kedua orangtuanya. Entah apa yang akan dilakukan mereka seandainya tahu kalau anak gadisnya ini justru malah menikah dengan pria yang baru hari ini ditemuinya.

"Tentu. Itu bukanlah hal yang sulit," ucap Davian dengan persetujuannya lagi.

Dia benar-benar tidak perduli lagi dengan apa pun syarat yang diajukan oleh Arletta. Karena alasannya untuk menikahi gadis itu adalah demi membuat ibunya sendiri tidak menyalahkannya jika pernikahan itu dibatalkan, apalagi menyalahkan Tiara yang sudah meninggal. Dia juga menikahi Arletta karena merasa jika gadis itu, adalah pilihan yang tepat untuk merawat bayinya.

***

Pernikahan itu hanya tinggal terhitung beberapa hari lagi. Kecemasan Arletta semakin dia rasakan. Belum lagi, dengan Arletta yang harus sibuk mengurus ini dan itu sembari menjaga bayi milik Davian. Membuatnya harus mengajukan libur ke kampusnya. Karena sangat tidak mungkin Arletta meneruskan kuliahnya saat dia memiliki kesibukan seperti ini.

"Ikut aku untuk melakukan fitting baju. Kau tidak mungkin memakai gaun milik Tiara," ucap Davian yang sudah tiba-tiba menghampiri Arletta yang sedang menggendong bayi perempuan itu di kamarnya.

Lebih tepatnya mungkin kamar yang beberapa waktu ini dia tempati di rumah Davian.

"Lalu, bagaimana dengan bayinya?" tanya Arletta terlihat kebingungan.

"Tinggalkan saja dia dulu di sini. Dia sedang tidur bukan? Lagipula kita tidak akan pergi lama," ucap Davian seolah tanpa beban sedikit pun saat mengatakannya. 

Dan jelas hal itu membuat Arletta menatap pria itu tak percaya. Bisa-bisanya Davian memiliki pemikiran seperti itu.

"Tuan Davian, bagaimana mungkin kau membiarkan bayimu sendiri ditinggalkan di rumah sendiri?!" Protes Arletta pada pria itu di sana.

Mendengar hal itu, Davian nampak menghela nafasnya panjang. "Lalu bagaimana? Kau mau membawanya pergi bersama? Begitu?" tanyanya dengan raut wajah yang benar-benar begitu dingin.

Arletta jelas tidak mungkin menyetujuinya. Dia juga ragu untuk membawa bayi itu keluar. Apalagi untuk membawanya saat dia melajukan fitting gaun pengantin. Arletta tidak tega kalau harus membawa bayi itu menunggu lama di tempat itu.

"Boleh aku meminta temanku untuk datang kemari?" tanya Arletta dengan sedikit ragu.

Lantas, itu membuat Davian mengernyitkan keningnya menatap Arletta di sana. "Untuk apa? Bukankah kau tidak ingin orang lain tahu alasan kita menikah?"

Arletta menganggukkan kepalanya. "Iya, memang. Tapi, dia yang paling aku percaya," jawabnya.

Sekali lagi Davian terlihat mengernyitkan keningnya menatap Arletta di sana. "Lalu? Kau mau menyuruhnya datang kemari untuk menjaga bayi ini?"

"Tidak. Bukan begitu. Dia tidak pandai menjaga bayi," jawab Arletta dengan gelengan cepat di kepalanya.

"Lalu apa? Kenapa kau mau meminta temanmu itu datang kemari?!" Kesal Davian akan Arletta.

Dengan ragu pada akhirnya Arletta menjawab pertanyaan Davian. "Tuan Davian yang menjaga bayimu di sini. Biar aku dan temanku yang datang ke butik untuk fitting bajunya. Bukankah kita ke sana hanya untuk memilih gaunku saja? Aku yakin kalau pakaian Tuan Davian sudah dipilih sebelumnya," ucap Arletta dengan keraguannya.

Arletta memang benar, Davian sudah memiliki pakaian sendiri untuk pernikahannya. Tapi, menjaga bayinya? Gila saja, Davian bahkan nyaris tak pernah menjaga bayi itu selama beberapa hari ini!

"Tidak. Bawa bayi itu juga bersama kita. Tidak ada penolakan!" Tegas Davian pada akhirnya.

Davian benar-benar sudah tidak perduli apa pun lagi. Daripada dia yang diam di rumah dsn menjaga bayi itu, dia lebih memilih untuk membawanya bersama. Setidaknya, Arletta yang juga akan menjaga bayinya. Itu lebih baik bagi Davian.

Pria itu bahkan tidak membiarkan Arletta berkata apa pun lagi. Saat dia lebih memilih melangkahkan kakinya terlebih dahulu untuk pergi dari sana.

Sepuluh menit Davian menunggu di dalam mobilnya, dia belum juga mendapati Arletta keluar dari rumahnya. Namun, saat Davian hendak menyusul gadis itu, dia justru telah mendapati Arletta tepat di depan pintu rumahnya. Bersama dengan bayi yang ada di dalam gendongannya dan satu tas yang dia bawa dengan kesulitan di tangan kanannya.

"Sial!" Keluh Davian kemudian saat melihat hal itu.

Mau tidak mau Davian juga mendekat pada gadis itu. Tanpa banyak bicara, Davian sudah meraih tas yang ada di tangan Arletta dengan cepat dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Masuklah," perintah Davian yang sudah membukakan pintu mobilnya untuk Arletta.

Arletta lantas sedikit menyunggingkan senyumnya. Ternyata, meskipun menyebalkan, ada sisi lain dalam diri Davian yang terlihat perduli.

"Terima kasih," ucap Arletta kemudian.

Lantas, beberapa saat kemudian keduanya sudah berada di dalam mobil yang sama. Dengan Davian yang sudah duduk berdampingan dengan Arletta. Sementara Jerry yang melajukan mobil tersebut.

"Apa saja yang kau bawa hingga merepotkan diri sendiri seperti itu?" tanya Davian saat dia penasaran akan isi tas yang dibawa Arletta.

"Aku membawa beberapa keperluan bayi ini saja. Seperti susu, pakaian dan— Ah, benar. Apa Tuan Davian belum memberinya nama?" tanya Arletta saat dia menyadari hingga saat ini hanya memanggil bayi tersebut dengan 'bayi ini'.

Davian terdiam. Karena jawabannya jelas 'belum'. Dia sama sekali tidak pernah memikirkan nama dari bayi itu. Dia dan Tiara dulu berniat memberikan nama saat bayi itu lahir saja. Siapa sangka, kalau Tiara justru malah meninggalkannya. Membuat Davian cukup enggan melihat bayinya sebab akan mengingatkannya pada Tiara dan membuatnya bersedih.

"Ah, belum, ya?" Tebak Arletta kemudian.

Lantas Arletta telah menatap bayi dalam gendongannya yang sedang terpejam dengan begitu polosnya. Senyumnya terlukis. "Boleh aku menyarankan nama untuknya?"

"Apa?"

"Sena."

"Sena?"

"Ya. Artinya bulan atau kilauan cahaya. Saat melihatnya tertidur seperti ini, mengingatkan aku pada hal itu," ucap Arletta sekali lagi dengan senyumannya yang terlihat begitu tulus.

"Baiklah. Kita gunakan nama itu. Sena Amara Navileon," ucap Davian tanpa menoleh sedikit pun. 

"Amara?" tanya Arletta penasaran saat nama itu ikut disebutkan.

"Cantik abadi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   24. Bukan istri pengganti lagi

    "Apa kamu sedih saat Ghava tidak lagi menginap di sini?" tanya Davianq tiba-tiba. Hal itu membuat Arletta nyaris terlonjak dan menoleh ke arah Davian di sana. "Apa maksudnya?" Tidak menjawab, Davian hanya terlihat mengangkat kedua bahunya. Dimana Arletta hanya bisa melihat ketidakramahan Davian di sana. Apa, pria itu cemburu? Rasanya tidak mungkin kalau pria itu cemburu padanya. Karena sejak awal, mereka ini menikah hanya karena keadaan saja. Tidak benar-benar menikah karena ingin menikah dan saling mencintai. Arletta menikah dengan Davian karena paksaan pria itu, dan begitu pun sebaliknya. Davian menikahi Arletta tidak lebih dari meminta pertanggung jawaban wanita itu karena dia harus kehilangan Tiara. Menjadikan Arletta sebagai istri penggantinya dan mengurus bayinya bersama Tiara. Maka sekarang Arletta lebih memilih untuk menyingkirkan perasaan itu. Dia tidak bisa kalau harus berpikir kemustahilan tersebut. Teramat tidak mungkin untuk Arletta. "Aku merindukan Sena," gum

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   23. Kecemburuan

    Arletta tidak begitu yakin apakah dia memang harus berteman dengan Ghava atau tidak. Dia tidak begitu yakin akankah dia memang bisa melakukannya. Saat kenyataannya, dia itu adalah pria yang pernah dia sukai. Pria yang pernah menyita perhatian Arletta selama beberapa tahun. Meski begitu, Arletta juga hanya bisa menganggukkan kepalanya untuk merespon apa yang dikatakan oleh pria itu. Rasanya akan terlalu tak enak kalau dia menolaknya. Bagaimana pun, pasti niat Ghava juga baik. Agar mereka tidak lagi merasa canggung satu sama lain, saat Ghava adalah merupakan salah satu keluarga dekat Davian, suaminya. Jadi, mungkin tidak akan menjadi masalah kalau Arletta mencoba menerima permintaan Ghava untuk berteman di sana dan melupakan apa pun yang pernah terjadi di antara mereka berdua. "Davian pergi kemana?" tanya Arletta kemudian. Ya, dia mencoba mengalihkan pembicaraan mereka sekarang. "Entahlah, katanya dia harus menemui temannya. Mungkin dia juga akan segera kembali," jawab Ghava k

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   22. Berteman?

    "Jangan melewati batas yang lebih jauh! Sena juga masih kecil, kamu juga harus ingat kalau pernikahan kita cuma sementara. Aku tidak mau hamil, aku masih mau melanjutkan sekolahku!" Tegas Arletta yang sudah memegang perutnya sendiri. Davian langsung menoleh ke arah Arletta saat gadis itu berkata demikian. Dia juga melihat Arletta yang sedang meremat perutnya sendiri. Seolah gadis itu sudah merasa ngilu sebelum dia benar-benar membuatnya hamil. Tapi, jelas Davian juga tidak akan pernah menghamilinya. Dia jelas tidak pernah sekali pun memiliki pikirannya yang seperti itu. Tidak pernah sekali pun terlintas di dalam pikirannya untuk membuat Arletta hamil di sana. Gila saja kalau dia benar-benar membuat gadis itu hamil. Pasti semuanya akan semakin merepotkan. "Jangan terlalu percaya diri. Aku juga tidak akan melakukannya," ucap Davian kemudian dengan begitu yakin. Di mana setelahnya, Davian langsung berjalan untuk memasukan obat yang berada di tangannya itu ke dalam tempat sampah yang

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   21. Penyubur kandungan

    Melipat kedua tangannya di depan dada, sekarang Arletta tengah menatap pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Dia menatap Davia yang baru saja mengatakan pada Arletta untuk tidur lagi dan memberikan beberapa obat-obatan yang sudah diberikan padanya. Meski begitu, Arletta sekarang lebih memilih untuk tetap terdiam menatap Davia yang berdiri tak jauh dati sofa yang saat ini tengah dia duduki. Memperhatikan saat pria itu tengah berbicara dengan seseorang di seberang telfonnya. "Baiklah, kabari aku lagi kalau kalian sudah selesai," ucap Davian sebelum akhirnya mengakhiri panggilan tersebut. Dimana dia juga lantas kembali menyimpan ponselnya pada saku celana yang dia kenakan saat ini. Davian juga sudah menoleh pada gadis yang masih saja melipat kedua tangannya di depan dada. Dengan sorot mata gadis itu yang menatapnya dengan lekat, seolah penuh tanya. Bahkan, Selatan juga yakin setelah ini Arletta memang akan melayangkan beberapa pertanyaan pada dirinya. "Bukankah sudah a

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   20. Pikiran liar

    Apa yang dikatakan Ghava semalam membuat Arletta benar-benar terus memikirkan hal itu. Dia benar-benar tidak mengerti sepenuhnya akan apa yang pria itu katakan padanya, akan tetapi, dia juga tidak berniat bertanya padanya secara langsung. Sebab, entah kenapa Arletta malah merasa takut jika dia mengetahui apa yang sebenarnya dimaksud oleh Ghava.Untuk itu, Arletta juga lebih memilih untuk melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Ghava begitu saja setelah dia berkata demikian. Tanpa bicara apa pun lagi, Arletta lebih memilih melarikan diri. Tanpa dia memikirkan tentang pagi ini dimana dia harus kembali berhadapan dengan Ghava."Ayo keluar, Ghava mungkin sudah bangun juga. Kita harus sarapan," ucap Davian yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaiannya yang sudah rapi.Arletta menoleh ke arahnya. Dia menatap Davian dengan cukup ragu. "Apa hari ini kau mau membantu Ghava?" tanya Arletta kemudian.Davian menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

  • Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan   19. Nostalgia

    "Kalian saling mengenal bukan?" tanya Davian. Membuat Arletta menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan. "Kalau begitu, sedekat apa kalian dulu? Karena sepertinya, Ghava memang terlihat senang sekali saat bertemu dengan kamu."Seharusnya pertanyaan yang diberikan oleh Davian adalah pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Akan tetapi, entah kenapa Arletta kesulitan untuk menjawabnya. Entah apa yang harus dia katakan pada pria itu. Dia terlalu bingungkan apakah memang harus mengatakan semuanya dengan benar atau tidak. Meski begitu, Davian kini menatapnya dengan begitu lekat. Sorot matanya menajam dengan raut wajah yang terlihat begitu dingin. Semua itu jelas membuat Arletta jadi semakin gugup dibuatnya."Sebenarnya ... Ghava itu, dia pria yang aku suka saat di sekolah dulu," jawab Arletta pada akhirnya. Ya, dia mengatakannya. Dia mengatakan yang sesungguhnya pada Davian. Sebab, Arletta merasa jika dia tidak haru mengatakan sebuah kebohongan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status