Beranda / Romansa / Pengantin Pengganti / Bab.3 Bukan kah Aku hanya Pengantin Pengganti?

Share

Bab.3 Bukan kah Aku hanya Pengantin Pengganti?

Penulis: Aida Anida
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-28 13:03:22

“Alia…” Panggilan Erland terdengar bersama suara langkah mendekat. Harum aroma sabun mandinya langsung menyerbu indra pencumanku. Tetap saja kupejamkan mata sambil berbaring miring dan menahan selimut hingga ke leher.

“Kamu pura-pura tidur? Bukannya kamu bilang sangat gerah dengan gaun itu, kenapa sekarang bergelung selimut hmh?”

Astaga. Aku memang bodoh sekali. Memaksa Erland segera pulang ke rumah ini, tapi mandi pun bahkan tak bisa karena koper pakaianku masih belum tiba. Dan Kamar tidur tamu yang rencananya kujadikan privacy, atau tepatnya persembunyian itu pun malah kosong melompong.

Sreeet! Selimut ditarik hingga melorot ke betisku. Sontak aku bangun duduk dengan mata melotot.

“Er….?”

“Mandi lah, kau bisa menggunakan jubah mandi ini."

“Nanti saja,” Aku berpaling dengan jengkel, lelaki itu kini tersenyum dan duduk di tepi tempat tidur. Kulit wajahku terasa menghangat, matanya menyapu penampakanku yang tak karuan.

Gelungan rambutku yang oleh MUA ditata cantik sudah kulepaskan tapi gaun pengantin pas badan ini masih melekat dengan sepanjang punggungku deretan kancing bungkusnya telah terlepas. Dan apa katanya tadi, aku bisa segera mandi lalu setelahnya hanya mengenakan jubah handuk itu? Oh My god!

“Kau bisa pilih, segera mandi atau kutemani ngobrol di sini sambil menunggu koper dan pesanan makanan kita datang.” tawararannya membuatku mules.

Glek.Badan sih pasti segar kalau diguyur air, tapi tubuhku polos hanya dibalut handuk model baju itu?

“Kenapa harus dipilih segala?” dengkusku menarik selimut kembali sampai pinggang.

“Hidup itu pilihan Alia….tadi kan kamu yang pilih pulang kesini. Padahal kalau kita ke rumah Om Rudi, aku banyak teman ngobrol di sana dan tidak akan mengganggumu.”

Kini kuberanikan menatap manik matanya. Oh God, Erland bukan hanya memandangiku dengan intens, tatapannya itu seolah memindai setiap inci wajah ini.

“Itu bukan rumahku, dan Kamar pengantin itu harusnya Rivana….”

“Ups, betul sekali! Kamar pengantinmu di sin ikan?” Erland tertawa nakal menggoda, sudah pasti mukaku seperti kepiting rebus oleh ulahnya.

Ah. Lelaki ini, tingkah jenakannya berhasil mencairkan kekakuan di antara kami. Lelaki semenarik ini, kenapa Rivana meninggalkannya?

“Alia….” Erland mengulurkan tangan meraih wajahku. Aku menggerakkan wajah ke samping dengan jengah. Erland menahan tangannya dan ibu jarinya kini malah membelai anak rambut di sisi wajahku.

Bagaimana ini, aku benar-benar tidak siap. Posisiku hanya Pengantin Pengganti, kenapa sikapnya semesra ini?

“Erlan….Aku bukan Riva….”

“Sssttt…..” Kini telunjuk dan ibu jarinya bergerak ke bibir, membungkamku. Tubuhnya bergeser maju dan sebelah tangannya yang lain menahan bahuku.….Cup.

Sebuah kecupan menyentuh keningku. Dadaku berdebar keras. Ini merupakan kecupan kedua setelah sebelumnya ia juga mencium keningku pada saat kami di sandingkan.

Setelah akad nikah, ia memasangkan sebingkai cincin ke jari manisku lalu tante Fifi berbisik agar aku mencium tangannya. Kusentuhkan bibirku sekilas ke punggung tangannya, lalu saat aku mengangkat wajah itulah lelaki ini mendaratkan bibirnya di puncak kepalaku, bedanya saat itu aku tidak merasakan apa-apa.

Aku menarik wajah ke belakang ketika merasakan hembusan napas Erland, wajah kami hampir tak berjarak. Sesaat bunyi telpon Erland menjeda apa yang akan terjadi selanjutnya. Lelaki itu melepaskan wajahku dan menjangkau ponselnya di meja nakas.

“Kopermu sudah datang, sebentar aku keluar.” Erland beranjak dan aku menarik napas sepenuh dada.

Kuraih jubah mandi dan dengan cepat memasangnya melapisi gaun yang bukaan belakangnya sudah terbuka. Bagaimana jika tadi dengan begitu mudah kedua tangannya meloloskan ke bawah lengan gaunku, Huufff! Aku menghalau bayangan horor itu dengan kuduk meremang.

Erland masuk dengan mendorong koper dan menjinjing satu set rantang sejenis Tupperware.

“Aku menyiapkan ini di meja makan, setelah kau mandi kita makan sore.” Ujarnya meletakan koper size 24 inch itu lalu berbalik keluar kamar.

Ya, kami belum sempat makan siang karena hanya bersanding menerima ucapan selamat, jadi makan jam segini tentu saja sudah telat jika disebut makan siang.

Bergegas kubuka zipper dan menemukan beberapa lembar gaun tidur sutra, piyama harian dan dua stelan outfit yang feminin. Terdapat pula satu plastik klip berisi setengah lusin underware. Dan aku bersyukur Rivana juga sudah menyiapkan seperangkat sabun cuci muka, sabun mandi, shampo, body lation, pokoknya selengkapnya jika kita akan pergi menginap di luar rumah.

Pilihan Rivana semua itu pastinya, seleranya sangat baik dan untungnya tubuh kami masih satu ukuran. Tanpa berpikir lagi kuraih piyama dan melesat ke kamar mandi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Afniyantiboy maweikerejacobs
seru juga cerita
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
sebagai istri pengganti alia jadi sangat risih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti   Bab 85 Aku merindukannya

    Sepulang dari mendampingi kunjungan lapangan, aku jatuh sakit. Keletihan perjalanan darat hari kedua yang menguras tenaga ditambah hari-hari sebelumnya mentalku cukup tertekan setelah mengajukan berkas cerai ke pengadilan agama.Dengan tubuh meriang, aku bahkan tidak bisa melepaskan rindu pada baby Ghaazi. Tante Fifi melarangku langsung menemui putraku, terlebih karena aku baru datang dari daerah. Beliau khawatir masih tersisa penularan virus penyebab pandemi selama dua tahun lalu."Kamu sakit, Al?" Erland yang sore ini mengira baby Ghaazi sudah kubawa pulang ke rumah Citraland, terkejut mendapatiku demam. Aku yang tadinya meringkuk di tempat tidur mau tak mau membuka pintu yang sudah kukunci. Wajah yang pucat dan tubuh berlapis sweater tebal, mendorongnya secara otomatis meletakkan punggung tangan di dahiku."Egha dimana?" Tanyanya menyadari rumah yang sepi."Tante Fifi melarangku singgah untuk membawanya pulang, Mas. Di bandara tadi ak

  • Pengantin Pengganti   Bab.84 Bertemu Merlin lagi

    "Pergi ke Riau dengan bos-CEO? Baguslah, anggap saja kamu sedang healing?" Lontar Rivana tersenyum menggoda. Pagi ini kami bertemu secara tak sengaja. Aku mengantar suster dan baby Ghaazi untuk menginap di tempat orangtua Rivana sampai lusa. Besok ayah dan bunda juga akan datang ke sini menemani cucu mereka."Aku terpaksa diminta ikut, Va. Investor asing perlu penterjemah waktu dialog dengan pihak pemerintah daerah." kilahku berdalih."Nikmati saja, Al. Kurasa Pak Destanto bukan cuma membutuhkanmu di lapangan, tapi dia bermaksud supaya kamu sedikit melupakan perkara perceraian itu." Pungkas Rivana."Ngaco kamu ah, kemarin saja aku ditegur. Disarankan ambil cuti gegara ketahuan melamun?" Sergahku meringis."Haa...itu namanya bos-CEO menaruh perhatian padamu. Peduli dengan yang kamu sedang hadapi, betul gak?!" Rivana mengedipkan sebelah mata. Aku tak menggubrisnya lagi. Bisa jadi apa yang dikatakan Rivana benar, tapi bisa pula keliru. Mana bisa kutebak dengan pasti apa saja dipikiran l

  • Pengantin Pengganti   Bab.83 Menghitung Hari

    Dengan bantuan om Rudi aku memperoleh jasa pengacara untuk mengurus perceraian. Tak memakan waktu lama untuk menyiapkan berkas, kuserahkan lebih lanjutnya pada pengacara untuk mengajukan sidang.Benar kata Restu, pihak keluarga besarku sudah sangat memahami sejak tujuh bulan lalu. Dukungan terutama dari Rivana, juga Kak Ciko yang memberiku semangat dan meyakinkan pasti ada hikmah di balik semua ini.Hari sabtu Erland datang dan kumanfaatkan momen itu untuk bicara dari hati ke hati."Aku minta maaf sekali lagi, Mas. Senin depan berkas perceraian kita sudah diajukan ke pengadilan agama." Kata-kata itu terucap pelan, tapi mampu merenggut denyut jantungku sendiri hingga serasa berhenti.Erland berpaling ke arahku, tatapan matanya berkilat terluka. Tanpa kuduga ia kemudian berjalan mendekat, lalu menarikku dalam pelukan yang kuat."Aku tahu kau tersiksa menjalani rumah tangga kita, Al. Kau berhak mengambil jalan ini untuk merasa lebih bahagia?"Ya, Allah. Kenapa hatiku sangat sakit menerim

  • Pengantin Pengganti   Bab.82 POV Restu Karena Peduli

    Undangan Desta pada acara tahlilan empat puluh hari mendiang bapaknya, mempertemukanku lagi dengan Alia. Walaupun aku mengetahui kepindahannya ke Jakarta sudah hampir dua minggu, tak ada alasan tepat aku pergi menemui Alia. Terlebih ia disibukkan dengan profesi baru di Bthree Group milik teman baikku.Erlan tidak kau undang?" Tanyaku begitu kami bertemu sebelum acara tahlilan berlangsung"Dia tidak bisa datang, kesibukannya mulai padat menjalankan kembali bisnis milik Tyas." Alia tampak berusaha jujur, kedua bola matanya yang indah menghindar dari tatapan ingin tahuku."Aku permisi ke dalam, Res? Di dalam juga ada Rivana" ujarnya sebelum berlalu. "Rivana, putrinya om Rudi?" cegahku penasaran."Iya, suaminya Dipo juga bekerja di Bthree Group." Aku mengangguk paham dan membiarkan Alia berlalu. Nampaknya para wanita dan kerabat dekat keluarga Desta berkumpul di ruang keluarga rumah kediaman ini.Aku terpekur duduk di antara tamu undangan yang berdatangan. Wajah cantik Alia berkelebat.

  • Pengantin Pengganti   Bab.81 Jangan Gamang, Alia

    Tak kukira akan bertemu Restu di pelaksanaan tahlilan, sepupu Erland itu ternyata diundang langsung oleh CEO Destanto."Erlan tidak kau undang?" Tanya Restu."Dia tidak bisa datang, kesibukannya mulai padat menjalankan kembali bisnis milik Tyas." Sahutku sebagaimana kenyataannya. Erland tidak menjanjikan bisa hadir sewaktu kemarin kusampaikan bahwa bu Retno juga mengundang keluargaku ke acara ini. "Sepertinya aku masih sibuk menyelesaikan pekerjaan pada jam itu." Jawaban Erland kuartikan sebagai keengganannya untuk datang.Terlebih tahlilan almarhum Pak Amirudin dilaksanakan ba'da Ashar, sepertinya Erland memilih berkutat di kantornya daripada datang ke sini demi memantaskan hubungan baik semata.Rivana yang datang mewakili keluargaku, dan sekaligus mendampingi suaminya yang juga masuk di panitia kecil.Rangkaian acara pengajian Ayat Suci Alquran dan Dzikir Tahlilan berlangsung tepat waktu dan lancar karena Sholat Asha

  • Pengantin Pengganti   Bab.80 Menjalankan tugas

    "Alia, maaf mengganggumu dihari libur. Kalau ada waktu bisa ketemu dengan ibu ya, ada yang mau dibicarakan hari ini?" Suara di ujung telpon adalah milik CEO Destanto. "Baik Pak, kalau boleh tahu mengenai apa yang akan dibicarakan ini?" Tanyaku penasaran."Rencana tahlilan almarhum bapak tiga hari lagi, kamu bisa datang hari ini atau besok di jam kerja?" "InsyaAllah siang ini, Pak." Kusanggupi permintaannya."Baiklah, terimakasih. Kami tunggu," terdengar nada suara lega. Lalu telpon di tutup menyusul dikirim mapp lokasi kediaman yang nantinya kutuju.Hari masih pukul delapan, di depan rumahku suster membawa baby Ghaazi sarapan, bergabung dengan para tetangga komplek yang penampakannya hanya terlihat di hari minggu. Pada jam segini ada warga yang lalu lalang baru selesai berolah raga pagi, ada pula yang menemani anak bermain sepedaan, atau sekedar bersih-bersih pekarangan. Semua itu menggantikan suasana lenggang yang b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status