Share

Chapter 107

Penulis: Lia.F
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 08:25:11

Juliete menyusuri lorong-lorong hotel yang remang dan sepi, berharap menemukan sosok pria yang membuat jantungnya berdebar sejak tadi. Tapi tak ada siapa-siapa di sana. Lorong itu hening, dingin, dan terlalu sunyi.

Bahkan…

Sosok Jaiden yang sempat ia lihat tadi pun kini lenyap, seolah tak pernah ada.

Apa dia kehilangan jejak Jaiden? Namun langkahnya terus melaju. Takdir mendorongnya lebih dalam ke gelap.

Lalu tiba-tiba—

Suara erangan kesakitan memecah keheningan. Juliete sontak berbalik.

Di ujung lorong, dalam bayangan temaram, Jaiden sudah melumpuhkan bodyguard-nya. Leher pria itu berlumur darah. Di tangan Jaiden tergenggam belati yang masih meneteskan cairan merah segar.

Tanpa banyak bicara, Jaiden menarik tubuh sang bodyguard dan menyeretnya ke lorong tergelap di bawah tangga darurat. Tempat yang nyaris tak terjangkau cahaya. Tak akan ada yang menemukannya di sana.

Juliete berdiri kaku. Napasnya tercekat—bukan karena darah. Bukan karena kekerasan barusan.

Tapi kar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 111

    Begitu berhasil keluar dari kamar itu, Juliete langsung berlari tergesa menuruni koridor hotel. Nafasnya tercekat, dadanya sesak, matanya sembab karena air mata yang belum sempat mengering. Demi Tuhan, ia tak ingin kembali pada pria psikopat itu. Ia tak ingin bayinya terluka—tak ingin buah hatinya tumbuh di bawah bayang-bayang obsesi gila. Tangga spiral di ujung lorong tampak seperti satu-satunya jalan keluar. Ia segera melepas sepatu tumit tingginya agar bisa berlari lebih cepat. Kakinya nyaris terpeleset saat menuruni anak-anak tangga dengan langkah terburu-buru. Begitu mencapai lantai bawah, Juliete hampir tersungkur—namun pandangannya langsung tertumbuk pada sosok yang begitu ia kenali. “Sheila… Julian…” suaranya nyaris terputus. Mereka berdiri di ujung koridor dekat lobi, diapit dua pengawal yang ikut menoleh ketika Juliete muncul dengan napas terengah dan mata penuh ketakutan. “Zamira!” Sheila langsung berlari mendekatinya dan memeluknya erat. “Tuhan, kau ke mana saja?

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 110

    “Kau bicara apa?” suara Juliete mulai bergetar, matanya berkaca-kaca. “Itu… darah dagingmu, Jaiden.” Jaiden tidak menjawab segera. Ia hanya menatap Juliete—tatapan yang tajam, gelap, seperti laut hitam yang tak berujung. Tangan besarnya naik, menangkup wajah Juliete dengan kelembutan palsu, seperti sutra yang menyelimuti belati. “Tidak, sayang,” bisiknya dengan nada nyaris menyayat. “Dia hanya akan menghalangi cintamu terhadapku.” Ciuman bertabur di wajah Juliete. Di kening, di kelopak mata, di ujung hidung, lalu turun ke sudut bibirnya. Lembut. Menenangkan. Tapi dalam kelembutan itu ada rasa dingin. Kecemasan. Kegilaan. “Aku tidak suka ada siapapun yang mencoba mengambilmu dariku,” lanjut Jaiden, napasnya mulai memburu, menggesek kulit Juliete yang hanya berbalut udara dan sisa ketakutan. “Tidak siapapun. Bahkan anak ini…” Juliete menahan napasnya. Wajah Jaiden begitu dekat. Terlalu dekat. Tubuhnya terlalu hangat, dan tekanan di dadanya membuatnya sulit berpikir jernih. L

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 109

    “Menyelamatkanmu… dari Henry?” Alis Jaiden bertaut. Sorot matanya gelap. Juliete mengangguk pelan. “Ya… pria brengsek itu mencoba memperkosaku. Tapi Julian datang… dan membunuhnya. Tepat di depan mataku.” Nada suaranya getir. Setiap kata mengandung sisa trauma dan kemarahan yang belum sembuh. Juliete menunduk sejenak, menahan napas saat bayangan kejadian itu kembali melintas dalam kepalanya. “Bajingan keparat!” Jaiden menggeram pelan, rahangnya mengeras, otot di lengannya menegang saat membayangkan tubuh istrinya disentuh lelaki lain. Matanya memanas, penuh murka, dan ia memeluk Juliete erat, ingin menandai tubuh itu kembali sebagai miliknya. “Andai aku yang membunuhnya… aku akan mencabik-cabik tubuh bangsat itu dengan tanganku sendiri.” Juliete menutup mata sejenak. Nafas Jaiden di lehernya terasa seperti bara. “Tapi…” Juliete mencoba menarik diri sedikit. “Aku tidak bisa ikut denganmu begitu saja ke London.” Jaiden menegang. Tubuhnya mundur perlahan, tapi matanya tetap

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 108

    “Sudah cukup aku menahan diri,” bisiknya. Suaranya berat, penuh gairah. Jaiden menelusuri garis rahang Juliete dengan ibu jarinya, menekan sedikit di bawah dagu, memaksanya menatap. “Kau yang datang padaku malam ini, Juliete. Sekarang kau akan menerima semuanya.” Lalu ciuman itu jatuh. Brutal, lapar pun dalam. Juliete hampir tercekik oleh hasratnya sendiri, tapi ia tidak menolak. Ia menggigit bibir Jaiden, memancingnya lebih dalam lagi. Lidah mereka bertarung, saling menguasai, saling mencuri kendali. Jaiden mendorong tubuh Juliete ke dinding, tubuh mereka menyatu dari dada hingga panggul. Ia mencengkeram pinggul istrinya erat, lalu mengangkat tubuh Juliete hanya dengan satu tarikan ke atas. Kaki Juliete terangkat, melingkar di pinggang Jaiden, dan ia terkunci di sana sepenuhnya dikuasai. “Damn it… kau masih seperti milikku,” desis Jaiden, menggigit pelan leher Juliete hingga gadis itu menggeliat dan mencengkeram rambut Jaiden. Ia membawanya ke ranjang, melemparnya ke at

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 107

    Juliete menyusuri lorong-lorong hotel yang remang dan sepi, berharap menemukan sosok pria yang membuat jantungnya berdebar sejak tadi. Tapi tak ada siapa-siapa di sana. Lorong itu hening, dingin, dan terlalu sunyi. Bahkan… Sosok Jaiden yang sempat ia lihat tadi pun kini lenyap, seolah tak pernah ada. Apa dia kehilangan jejak Jaiden? Namun langkahnya terus melaju. Takdir mendorongnya lebih dalam ke gelap. Lalu tiba-tiba— Suara erangan kesakitan memecah keheningan. Juliete sontak berbalik. Di ujung lorong, dalam bayangan temaram, Jaiden sudah melumpuhkan bodyguard-nya. Leher pria itu berlumur darah. Di tangan Jaiden tergenggam belati yang masih meneteskan cairan merah segar. Tanpa banyak bicara, Jaiden menarik tubuh sang bodyguard dan menyeretnya ke lorong tergelap di bawah tangga darurat. Tempat yang nyaris tak terjangkau cahaya. Tak akan ada yang menemukannya di sana. Juliete berdiri kaku. Napasnya tercekat—bukan karena darah. Bukan karena kekerasan barusan. Tapi kar

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 106

    Begitu pintu kamar tertutup rapat, Jaiden langsung menghantam tubuh Maria ke dinding. Tangannya mencengkeram dagu gadis itu dengan kasar, mengangkat wajahnya paksa agar mata mereka bertemu. “Kenapa Juliete belum juga menemuiku?” suaranya dingin, penuh bara. Nafasnya cepat, nyaris terengah karena emosi yang tertahan berhari-hari. Maria terkejut, tubuhnya menegang. “M-mungkin… Nona Zamira… eh, maksud saya Juliete, dia masih sedikit bingung dengan pesan Anda.” “Omong kosong!” desis Jaiden. “Aku menuliskan nama hotel dan nomor kamar secara jelas. Juliete tidak bodoh. Dia tahu maksudnya.” Cengkeramannya makin keras, dan kini berpindah ke leher. Maria mulai tercekik, wajahnya memerah. Ia tahu pria ini bukan seseorang yang bisa ditantang balik. Dengan suara tercekat, Maria berusaha bicara, “Tapi… saya… saya membawa pesan… dari Nona Juliete…” Sekejap, sesuatu berubah di mata Jaiden. Amarah itu padam, berganti dengan antusiasme tajam. Sorotnya seperti serigala lapar yang mencium

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status