Share

Chapter 67

Author: Lia.F
last update Last Updated: 2025-07-10 11:52:06

Perlahan, Jaiden menekan tubuh Juliete ke kasur, membawa gadisnya berbaring di bawahnya. Tubuh Jaiden kini menggantung di atasnya, satu lengan menyangga di samping kepala Juliete, satu tangan membelai pelipisnya, mengusir sisa air mata di sudut matanya.

Tatapan Jaiden menancap lurus ke mata Juliete begitu dekat, napasnya membakar kulit pipi wanitanya.

“Sekarang… apa pun yang kau minta, akan kuturuti, Juliete.” Suaranya dalam, menggetarkan dada Juliete yang masih naik turun menahan napas.

“Karena sekarang kau, adalah bagian dari diriku.” Rahangnya mengeras, tapi jemarinya membelai pipi Juliete selembut kabut. “Aku sudah memberitahu semuanya tentangku, tak ada lagi yang kusembunyikan. Semua keburukanku, semua iblis dalam diriku, kau mengetahuinya.”

Ia menunduk, hidungnya bersentuhan dengan hidung Juliete, menelan semua jarak di antara mereka.

“Aku tak tahu apakah ini cinta, atau obsesi.” Bisik Jaiden, suaranya serak, bibirnya nyaris menempel di bibir Juliete yang bergetar. “Ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 73

    Lima dummy di hadapan Juliete roboh nyaris serempak, suara tembakan bergema di ruang latihan senjata Cavendish. Nafas Juliete masih teratur meski pelipisnya berkeringat, kacamata pelindung masih bertengger di hidungnya. Di belakangnya, Jaiden berdiri terlalu dekat, satu tangan membungkus pinggangnya, bibirnya sibuk mencium kulit leher Juliete — menebarkan gigil di antara bau mesiu yang masih segar. “Kau makin cantik saat sedang menembak, sayang…” bisik Jaiden, suaranya berat menelusup di tengkuk Juliete. Juliete menggeram kecil, jemarinya masih menekan pelatuk, namun tembakan terakhir hanya menghantam dada dummy — bukan kepala, bukan sasaran sempurna seperti yang dia mau. Dengan kesal, Juliete menurunkan senjata, membuka kacamata pelindungnya, dan menatap Jaiden dengan tatapan tajam penuh protes. “Shit?!” desisnya, hampir mendesis seperti kucing marah. Jaiden terkekeh pelan, pura-pura mengangkat bahu seolah dirinya tak bersalah. Senyum miringnya menambah panas kuping Julie

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 72

    “Kau akan menjadi bagian dari mereka mulai hari ini, Mrs. Cavendish,” ujar Brandon pelan namun tegas. Suaranya nyaris tenggelam di antara deru printer dan bisik diskusi para pengacara di luar. Tanpa menunggu jawaban, pria berambut putih itu kembali melangkah, dan Juliete tetap membayangi di belakangnya. Tumit sepatunya beradu pelan dengan lantai kayu, menahan napas saat Brandon mendorong pintu kayu tua bertulis Senior Partner Room. Ruangan di baliknya memancarkan kesunyian lain. Dinding berlapis rak buku penuh berkas kulit, satu jendela tinggi menatap langit London yang mendung. Di tengahnya, meja kerja Brandon terhampar rapi, dengan lampu baca yang menyorot beberapa map berwarna biru gelap. “Silakan duduk, Mrs. Cavendish,” kata Brandon, nadanya nyaris tak berubah. Ia menarik kursinya sendiri, membiarkan Juliete duduk di seberang. “Kita akan langsung membicarakan kasus pertamamu.” Mata Juliete sontak melebar, seolah itu bisa menahan detak jantungnya yang melesat cepat. Bukanka

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 71

    Langit London mendung ketika mobil hitam Jaiden berhenti tepat di depan gedung berarsitektur Victoria — Hawthorne & Carter LLP. Plakat kuningan di depan pintu kayu tua berukir nama firma hukum yang bagi banyak orang, berarti prestise. Tapi bagi keluarga Cavendish, ini lebih dari sekadar kantor pengacara, ini benteng rahasia yang menahan banyak rahasia tetap rapi di balik tumpukan berkas legal. Juliete berdiri di trotoar basah, mengenakan mantel hitam. Matanya menatap gedung itu dengan campuran gugup dan semangat. Di sampingnya, Jaiden berdiri tenang, satu tangan di saku, menatap istrinya puas. “Selamat magang, Mrs. Cavendish…” Jaiden berbisik pelan di telinganya, nadanya setengah menggoda, setengah perintah. “Bekerjalah baik-baik… Hawthorne & Carter bukan kantor hukum mainan. Mereka rekanan keluarga kita sejak ratusan tahun lalu.” Juliete menoleh, matanya sedikit menyipit antara kagum dan tetap terjerat dalam pesona pria yang kini menuntun langkahnya. “Jadi ini tetap milikmu

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 70

    Jaiden duduk bersandar di kursi kerjanya, satu tangan menahan puntung rokok yang membara pelan di antara jari-jarinya. Di balik jendela kaca besar, bunga musim semi bermekaran di taman hotel Morgrave estate, pemandangan yang kontras dengan dingin tajam di matanya. Benjamin berdiri tegak di seberang meja kayu gelap itu, membawa selembar berkas di tangan. “Tuan Henry Walter masih belum bersedia membebaskan lahan itu, Tuan,” lapornya datar, meski napasnya sedikit tertahan menunggu reaksi Jaiden. “Apa perlu kita eksekusi langsung? Paksa tanda tangan—atau—” Jaiden tak segera menjawab. Ia hanya menatap ke luar jendela, menghembuskan asap rokok perlahan. Sekilas, bibirnya terangkat membentuk senyum tipis nyaris tak tertebak. Di kepalanya, potongan-potongan strategi menari cepat angka, nama, skandal, dan satu persetujuan berlumur paksaan. “Henry Walter…” gumam Jaiden pelan, seolah mencicip nama itu di lidahnya. “Manusia keras kepala, merasa paling bersih.” Ia mematikan rokoknya di a

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 69

    Begitu pintu VIP tertutup rapat, Jaiden menarik napas perlahan. Ia menatap Juliete di pangkuannya, menelusuri garis rahangnya, bibir merahnya, hingga kilatan tajam di mata istrinya yang baru saja meredam amarahnya. “Kau terlalu lembut sayang, untuk pria monster sepertiku,” bisiknya serak, jemarinya terangkat, menyusuri tulang pipi Juliete pelan. Juliete membalas tatapan Jaiden, napasnya masih sedikit memburu setelah ketegangan tadi. “Begitukah? Haruskah aku jadi monster kecilmu juga?” suaranya nyaris hilang di antara denting musik kasino di luar ruangan. Jaiden tersenyum tipis, kepalanya mendekat, bibirnya membisik di telinga Juliete, nadanya rendah namun menuntut. “Yes you will, you will slowly become mine, perfectly mine. Baby" Sebelum Juliete sempat merespons, Jaiden sudah meraih dagunya dan menautkan bibirnya ke bibir sang istri, kali ini tanpa penahanan. Ciumannya dalam, menuntut. Tangan Jaiden turun ke punggung Juliete, merapatkan tubuhnya makin erat ke dadanya. Se

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 68

    Malam itu, Juliete kembali dibawa oleh Jaiden ke ruangan VIP yang sama sebelumnya di kasino. Di sana, ke empat bodyguard Jaiden, termasuk Daniel, sudah menunggu. Mereka menyeret tiga orang gadis ke dalam ruangan. Dua di antaranya adalah wanita yang semalam berbisik di toilet tentang Isabella. Dan yang terakhir Isabella sendiri. Ketiganya kini berlutut di depan Jaiden dan Juliete, wajah mereka pucat, ketakutan. Jaiden menyesap whiskey-nya perlahan, matanya menatap kosong namun dingin. Juliete duduk rapat di sampingnya, pria itu tak membiarkan istrinya menjauh barang sedetik. Satu tangannya menempel erat di pinggang Juliete. “Kau tahu, sayang,” Jaiden membuka suara, nada suaranya tenang, tapi menyiratkan bara. “Dua wanita itu—mereka disuruh Isabella. Bisikan di toilet itu bukan kebetulan. Itu sudah diatur. Dan kau masih tidak ingin membunuh wanita bernama Isabella ini?” Tatapan Jaiden menembus mata Juliete, senyum tipis terbit di bibirnya. Juliete membalas tatapan itu. Sekilas ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status