Home / Romansa / Pengantin Pria Pengganti / Bab 2. Tuan Rayyan, Apa Anda Mau Menikah Denganku?

Share

Bab 2. Tuan Rayyan, Apa Anda Mau Menikah Denganku?

last update Huling Na-update: 2024-09-06 00:26:35

"Iya, ibuku benar. Nenek tua yang sedang sekarat itu memaksa kakakku atas nama keluarga untuk menikahimu. Kalian benar-benar bukan keluarga yang punya kehormatan!"

Sebelum Anesa menyelesaikan ucapannya, Evelyn sudah memotong dengan suara dingin. "Jaga bicaramu, Anesa! Terserah kalian mau menghinaku seperti apa, tapi jangan berani-beraninya kalian menghina nenekku!"

Evelyn telah bersama neneknya sejak kecil, dan neneknya lah yang membesarkan dirinya. Sang nenek adalah segalanya baginya. Tidak ada seorangpun yang boleh menghinanya.

Bu Linda menegakkan kepalanya, lalu berkata dengan nada kasar, "Sekarang apa yang kamu inginkan? Ingin melawanku? Aku sudah tahu dari dulu gadis liar sepertimu ini memang tidak punya etika. Pantas saja putraku tidak bisa menyukaimu!"

Tangan Bu Linda mendorong bahu Evelyn. Mungkin karena Evelyn mengenakan gaun pengantin berekor panjang dan sepatu hak tinggi, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan tergoyang ke belakang.

Evelyn panik, dia refleks ingin meraih tangan Bu Linda, tetapi melihatnya akan terjatuh, Bu Linda malah melangkah mundur.

Evelyn terperangah, menatap tidak percaya. Tepat saat dia akan jatuh ke lantai, seseorang dengan kuat menangkap tubuhnya dan membantunya berdiri tegak.

Sebelum Evelyn melihat siapa orang yang telah menolongnya, dia sudah mendengar suara yang sangat arogan. "Kurang ajar! Kalian berani menyakiti adikku!"

Evelyn menoleh dan melihat Arka yang sudah melotot marah.

Bu Linda memandang Arka, pemuda bertubuh tegap yang mengenakan setelan berwarna coklat itu. Wajahnya memerah karena marah. Bu Linda kemudian berkata dengan sombong, "Aku hanya mendorongnya sedikit, dia saja yang tidak berdiri dengan baik. Lagipula, berani sekali kamu memarahiku. Apa ini ajaran dari orang tuamu?"

Lalu Anesa juga menyambung, "Benar itu, Evelyn sendiri yang berdiri tidak benar sampai kehilangan keseimbangan. Tidak ada urusannya dengan ibuku."

"Tidak ada urusannya juga apa yang diajarkan orang tuaku padaku!" Arka menunjuk Bu Linda dengan tidak sopan, sepasang mata bulatnya sangat memerah menatap Bu Linda.  "Sudah untung adikku mau menikahi putramu yang brengsek itu, tapi dia malah melarikan diri di hari pernikahan. Apa kalian pikir, keluarga Limanto kami bisa begitu mudah diremehkan seperti ini?"

"Dan kamu gadis tengik!" Sekarang Arka berganti menunjuk Anesa. "Kamu pikir kamu itu siapa? Wajahmu biasa-biasa saja, jika dibandingkan dengan adikku tercinta ini, sama sekali tidak sebanding dengan sehelai rambutnya pun! Otakmu sudah dipenuhi dengan keirian pada Evelyn!"

Anesa yang merasa terhina meraih tangan Ibunya dan merengek, "Bu, dengar. Kakak perempuan itu sudah menghinaku."

Kemarahan Bu Linda memuncak, saking marahnya dia menunjuk Arka dan hanya berkata, "Kamu, kamu–"

"Apa?!" Arka justru membentak dengan kasar. "Pergi dari sini, dan katakan pada putramu yang brengsek itu agar jangan pernah muncul di hadapan kami lagi. Kalau sampai aku melihatnya, aku akan langsung menghajarnya sampai babak belur!"

Arka adalah sosok pria yang terkenal begitu kejam di kota ini, dia terkenal dengan balap mobil liarnya, sangat senang berkelahi, meskipun begitu Arka tetap disegani dan dihormati di kota ini sebagai penerus keluarga dan perusahaan Limanto. dan tidak becus dalam bekerja.

Bu Linda yakin jika Arka pasti akan melakukan apa yang dikatakannya.  Bu Linda menelan ludah terlebih dahulu sebelum berkata, "Dasar keluarga rendahan! Tidak punya etika dan berpendidikan. Benar-benar tidak sebanding dengan keluarga Lewis kami yang terhormat! Selain Revan, siapa lagi memangnya yang mau menikahi adikmu ini?" Begitu selesai berbicara Bu Linda langsung menarik tangan Anesa untuk pergi dari sana.

"Brengsek! Berani sekali kamu menghina adikku!" Arka sudah ancang-ancang untuk memberi pelajaran pada mereka, tapi Evelyn langsung menangkap lengan kakaknya kemudian dia berkata, "Sudahlah Kak, lupakan saja."

Evelyn khawatir jika kakaknya hari ini kembali turun tangan, dia pasti akan dicap sebagai pria brengsek, kejam dan kasar untuk selamanya. Karena selama ini Arka sudah banyak berkelahi dengan banyak orang, terlebih karena dirinya juga.

Arka mengumpat, mengeluarkan sumpah serapah kemudian dia menoleh untuk melihat adiknya. Dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan amarahnya lalu dia berkata. "Evelyn, jangan bersedih lagi. Si brengsek Revan itu sama sekali tidak pantas untukmu. Aku berjanji akan mencarikan pria yang paling baik di dunia ini untukmu."

Evelyn mengatupkan bibirnya, ketika mengingat Revan yang telah pergi tanpa ragu meninggalkan dirinya, tidak bisa dibohongi jika dia benar-benar patah hati. Bagaimanapun juga dia pernah berharap bisa menikah dengan pria itu, lalu sekarang dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Sebenarnya aku tidak apa-apa, Kak. Tapi bagaimana dengan Nenek?" ucap Evelyn dengan pelan.

Setahun yang lalu, nyonya besar Limanto divonis menderita kanker hati stadium akhir. Dokter mengatakan nenek mereka hanya bisa bertahan satu tahun, jadi ibu dan ayah mereka pergi menemui keluarga Lewis untuk membicarakan soal perjodohan antara Evelyn dan Revan yang sudah disepakati oleh kedua orang tua mereka untuk memajukan tanggal pernikahan mereka.

 Nyonya besar sangat mengkhawatirkan Evelyn. Satu-satunya permintaan terakhir sang nenek adalah melihat Evelyn menikah dan hidup bahagia bersama suaminya.

"Jika Nenek tahu aku dan Revan sudah putus dan pernikahan ini dibatalkan, apa kira-kira nenek,"

"Tidak apa-apa. Aku punya ide." tiba-tiba Arka berkata demikian.

Jelas dia juga cemas saat memikirkan kondisi sang nenek. Lalu sebuah ide tiba-tiba melintas di benaknya, kemudian dia melingkarkan tangannya di bahu sang adik. "Tunggu di sini, aku akan pergi mencari pria terbaik di dunia ini untuk menikahimu."

Setelah mengatakan itu tanpa memberi Evelyn kesempatan untuk menjawab, Arka sudah berjalan ke masuk ke dalam lift.

Evelyn terkejut, mana mungkin kakaknya akan mencari pria terbaik di dunia dengan semudah itu? Dia tersadar, acara pernikahan hari ini tidak bisa diselenggarakan, seharusnya dia segera menemui orang tuanya dan memberitahu soal ini. 

Dia segera memanggil kakaknya, buru-buru mengangkat gaunnya dan melangkah. Tetapi mungkin karena dia buru-buru, sepatunya tersangkut ekor gaunnya, dia oleng ke kanan. Saat dia sudah hampir terjatuh sepasang tangan putih dengan jari-jari yang indah tepat meraih lengannya dengan kuat.

Karena bantuan seseorang yang telah menangkapnya itu, Evelyn bisa berdiri kembali dengan tegak. Dia menoleh ke samping untuk melihat siapa orang yang telah menolongnya.

Yang dia lihat adalah wajah tampan dengan tubuh tegap dan penampilan yang keren. Pria itu memakai setelan jas formal.

Dia membantu Evelyn berdiri kemudian dengan cepat melepaskan tangannya lalu tanpa menatap Evelyn, dia langsung berjalan menuju aula pernikahan.

"Tunggu!" Evelyn memanggil pria itu sambil meraih lengannya. Pria itu mengernyitkan alisnya, aura dingin terpancar dari kedua matanya saat ia berbalik.

Evelyn, yang berdiri di depannya, tampak cantik dengan riasan dan gaun pengantinnya. Namun, dibalik itu semua, ia masih terlihat belia dengan wajah imutnya, seperti anak di bawah umur.

Mungkin karena tatapan sedih Evelyn, pria itu menahan diri untuk tidak melepaskan pegangan gadis itu.

"Terima kasih," ucap Evelyn dengan sedikit gugup. Entah mengapa, jantungnya berdebar kencang, dan telapak tangan yang mencengkram lengan pria itu pun berkeringat.

"Tidak perlu." Pria itu mengulas senyum, lalu melihat tangan kecil yang sedang mencengkram erat tangannya. "Lepaskan tanganmu," katanya.

Tetapi, bukannya melepaskan, Evelyn justru semakin kencang memegang lengannya. Melihat wajah tampan pria itu, sebuah ide gila muncul di otaknya. Dengan berani, dia berkata, "Tuan Rayyan, apa kamu mau menikah denganku?"

Mata hitam pekat pria itu menegang, dia terkejut. Sejenak, dia bertanya-tanya. Ada apa dengan gadis ini? Apa dia sedang mabuk?

Evelyn sadar jika kata-katanya tadi terdengar konyol. Pasti pria itu sudah mengira dia gila.

Namun, dia tidak punya pilihan lain saat ini. Yang ia pikirkan hanyalah tak sanggup membayangkan apa yang terjadi jika sang nenek tahu kalau pernikahannya hari ini dibatalkan dan dia sudah ditinggalkan.

Terlebih saat mengingat penghinaan Bu Linda tadi. Dia harus bisa melawan mereka.

Setidaknya Evelyn harus memiliki pria pengganti lain. Dia juga bukan tidak mengenal pria di depannya ini. Dia cukup tahu dari kakaknya.

Evelyn juga sudah kehilangan Revan yang dicintainya, rasanya dia tak sanggup jika harus kehilangan nenek yang paling mencintainya di dunia ini. Bukan hanya itu, dia tidak bisa membiarkan neneknya pergi dalam keadaan gelisah.

"Tuan Rayyan, aku tahu permintaanku ini sangat konyol, tapi kamu hanya perlu menikahiku selama setahun saja. Sebagai balasannya, aku bisa menyelamatkan adikmu."

Pria yang disebut bernama Rayyan itu terkejut bukan main, dia menatap Evelyn dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Kamu mengenalku?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 187. Happy Ending

    Mereka paham akan maksud dari ucapan Amara, mereka juga mengerti kegelisahan yang Amara rasakan.Pada akhirnya Amar pun menepuk pundak Arka, “Ada baiknya memang seperti itu Arka, kamu tidak keberatan kan, atas permintaan Amara?”Arka mengangguk, “Ya, Paman. Jika itu permintaan Amara, aku pasti akan menurutinya.”Amar kemudian keluar, dia menemui pihak rumah sakit untuk mengutarakan niatnya. Dokter tidak mempermasalahkan itu dan mengizinkan. Beberapa orang juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang akan mereka lakukan. Menikah di rumah sakit, karena saat salah satu dari pasangan dari mereka kritis. Bahkan ada yang meninggal setelah mereka menikah. Dokter mengerti dan tidak mempersulit semua itu.Amar menghubungi Rayyan dan mengatakan hal ini. Lalu Rayyan menghubungi mertuanya dan menyampaikan apa yang dikatakan Amar.Siang ini di ruangan rawat inap tempat dimana Amara dirawat, nampak ramai orang. Tetapi mereka masih tetap menjaga ketenangan dan jarang yang berbicara. Sekali berbi

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 187. Menikah di Rumah sakit

    Evelyn menceritakan semuanya tentang kakaknya. Laras bukan tidak khawatir, dia bahkan menangis membayangkan jika hampir saja dia akan kehilangan putra satu-satunya milik mereka.Arka menoleh pada Azura, calon ibu mertuanya itu mengangguk. Dan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh ibunya. Akhirnya Arka pun menurut.“Baiklah Bu, aku akan pulang.” Pada akhirnya Arka pun berpamitan pada Azura dan Amar untuk pulang dahulu.Ketika dia memasuki pintu, Laras dan Sofyan sudah berdiri menunggunya. Laras menatap putranya itu berjalan dengan lesu ke dalam rumah dengan wajah yang kusut dan pucat. Penampilan Arka sangat berantakan. Tetapi wajahnya tersirat sebuah kedewasaan. Jauh berbeda dengan Arka sebelum ini. Hati Laras sakit rasanya melihat keadaan putranya seperti itu. Langsung berlari dan memeluk Arka serta menangis tersedu-sedu.“Arka, jangan khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja. Cinta kalian pasti akan bersatu.”Arka mendorong lembut tubuh ibunya kemudian mengangkat dagu

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 186. Mendapatkan Donor penganti

    Pintu ruangan dimana Amara dirawat terbuka, beberapa suster masuk dan hanya memerlukan waktu sekitar dua menit, mereka sudah keluar dengan mendorong tubuh Amara.Semua orang mengikuti, namun langkah mereka harus terhenti ketika pintu ruangan operasi tertutup, menyisakan cahaya lampu halogen dan lampu LED yang sinarnya menembus kaca jendela. Tapi itu hanya beberapa detik saja, cahaya lampu di dalam ruangan itu menghilang karena tirai jendela telah ditutup dengan rapat.Amar merengkuh tubuh Azura dan membawanya ke ruang tunggu, sementara Rayyan merengkuh tubuh Arka dan membawanya ke ruangan tunggu juga, Rayyan memperlakukan Arka seperti memperlakukan anak kecilnya saja, bahkan dia melupakan istrinya yang bengong melompong melihat suaminya yang bukannya merengkuh dirinya justru malah merengkuh kakaknya.Sejenak Evelyn tertegun kemudian dia langsung tersadar. Dia ikut menyusul mereka dengan berlari kecil, lalu duduk di samping Arka.Dia segera memeluk Arka kembali, menyisihkan tangan Ray

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 185. Gagal Mendonorkan Jantungnya

    Suasana kembali hening. Kembali tidak ada suara dari mereka, kembali tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Mata mereka hanya terfokus pada satu titik saja yaitu ke arah dimana Dokter membawa Arka.Ingin rasanya mereka berlari menyusul kemudian berteriak memanggil Arka. Namun mereka menahan keinginan itu dengan sekuatnya. Bahkan cenderung dengan berat hati hanya bisa pasrah menghargai keinginan dan pengorbanan Arka.Sambil terus menekan dadanya, membayangkan apa yang sedang dilakukan para Ahli medis di dalam sana pada tubuh Arka. Membelah dadanya dan mengeluarkan jantungnya hidup-hidup? Atau Arka di bius dulu hingga mati kemudian diambil Jantungnya?Semua orang hanya bisa membisu ngeri dan menahan sakit dalam hati.Hingga beberapa saat lamanya, di tengah-tengah ketegangan yang meraja, seorang perawat berlari mendekati mereka. Semua berdiri."Tuan Rayyan, Dokter memanggil Anda. Mari silahkan ikut saya.""Aku ikut." Evelyn cepat ikut bangun."Mohon maaf Nyonya. Hanya Tuan Rayyan saja.

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 184. Pengorbanan

    Suasana semakin Pilu dan terasa sangat mencekam saat Arka menandatangani surat itu.Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Pengorbanan Arka saat ini sungguh tidak bisa dikatakan main-main. Arka akan menyerahkan jantungnya untuk kelangsungan hidup Amara. Dia akan mati, demi Amara bisa hidup."Ikut lah bersama kami." Dokter melangkah. Arka mengikutinya."Kak Arka!" Evelyn yang sejak tadi membeku kini tidak bisa lagi menahan diri. Dia memanggil Arka sambil menarik lengannya.Arka menghentikan langkahnya kemudian dia menoleh.“Kak Arka, apa kamu akan meninggalkan kami?”Arka membalikkan badannya dia menatap lekat wajah adiknya yang teramat ya sayangi itu. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap air mata Evelyn ini yang sejak tadi sudah membasahi pipinya.“Kak Arka tidak pernah pergi. Kak Arka akan tetap ada di hati kalian.” Dia meraih kedua tangan Evelyn kemudian menggenggamnya dengan erat.“Evelyn dengarkan kakak, tanpa Kakak, kamu akan tetap hidup lebih baik asalkan ada Rayyan di

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 183. Demi cinta Arka Mendonorkan Jantungnya

    Tidak perlu menunggu waktu lama, seseorang yang dihubungi oleh Rayyan itu langsung mengangkat panggilan teleponnya.[Robi, segera mungkin hubungi semua tim kita, untuk bergerak keseluruh rumah sakit atau kemana saja untuk mencari seseorang yang bisa mendonorkan Jantungnya untuk Amara. Berapapun harganya, kita akan membayarnya! Dengar berapapun, itu aku tidak peduli!]Tanpa bertanya, Robi sudah paham dengan maksud dari perintah yang diutarakan oleh Rayyan dan cepat mengiyakan.Baru saja Rayyan mengakhiri panggilannya, Seorang Perawat masuk dan berseru."Dokter! Nona Amara kritis!"Tanpa bertanya, Dokter pun segera berlari menyusul langkah perawat itu yang dengan sigapnya disusul juga oleh yang lainnya.Dokter segera masuk ke dalam ruangan tempat Amara berbaring."Amar, kondisi Amara, Putri kita memburuk! Dia tidak sadarkan diri lagi!" Azura langsung menubruk tubuh Amar dan menangis histeris saat sang suami muncul di hadapannya.Amar cepat membawa tubuh Azura ke luar ruangan mengikuti i

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 182. Kian Mengkhawatirkan

    Sudah hampir tiga jam lamanya, Tim medis dari rumah sakit ternama di kota mereka itu menangani Amara di ruangan ICU.Saat ini, Rayyan dan Evelyn sudah berada di rumah sakit, Amar yang sudah menghubungi mereka. Saat Rayyan mendapatkan kabar jika kondisi Amara kritis seketika saja ia langsung membawa serta Evelyn untuk bergegas menuju rumah sakit.Mereka sempat tidak percaya dengan berita yang mereka dengar, karena baru beberapa jam yang lalu suami dari Bibinya itu baru saja mengabarkan jika kesehatan Amara sudah membaik, bahkan hari ini Amara sudah dinyatakan boleh pulang ke rumah dan menjalankan berobat jalan saja.Akan tetapi semuanya terasa seperti mimpi, mendadak kondisi Amara menjadi kritis seperti saat ini. Semua orang dipenuhi rasa kekhawatiran. Menatap penuh harap ke arah pintu ruangan ICU tempat Amara sedang ditangani secara intensif oleh tim medis.Tak ada satupun suara yang terdengar, mereka hanya terdiam dan memanjatkan doa didalam hati mereka masing-masing. Hingga akhirnya

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 181. Kondisi Amara kembali memburuk

    Epilog.Pagi-pagi, Amar dan Azura sudah terlihat melangkah menuju ruangan dimana Amara dirawat dengan wajah penuh ketenangan."Pagi sayang!" Azura menyapa berbarengan dengan membuka pintu ruangan."Pagi Mama, Papa." Amara menyambut dengan mata yang berbinar bahagia.Mata Azura langsung fokus pada tangan Arka yang sedang menyisir rambut Amara.'Wajar saja kalau Amara jatuh cinta pada pria itu. Dia begitu perhatian.' batinnya.Arka cepat mengangguk pada mereka berdua lalu kembali pada rambut Amara. Dia mengikat rapi rambut Amara keatas. Kemudian segera beranjak untuk menyisih."Bagaimana keadaan Amara, Arka?" tanya Amar pada Arka."Kata Dokter, aku sudah diperbolehkan pulang hari ini, Pa!" seru Amara.Amar tersenyum. "Papa sudah tahu. Dokter sudah menelpon Papa semalam, jika pagi ini kamu sudah boleh kembali ke rumah.""Paman, kalau begitu aku akan segera mengurus administrasi dulu." ucap Arka.Amar mengangguk."Kak Arka, kamu mau kemana?" tanya Amara."Arka harus mengurus biaya adminis

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 180. Persiapan pernikahan Arka dan Amara

    Hari ini, Amar menepati janji.Sepulang dari menjenguk Amara di rumah sakit, dia langsung menghubungi Rayyan untuk membahas rencana persiapan pernikahan Amara dan Arka.Rayyan pun segera datang bersama dengan Evelyn ke rumah besar keluarga Brahmana untuk membahas hal ini di sana.Setelah mereka berdiskusi akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Evelyn yaitu kediaman keluarga Limanto. Sebelum menuju rumah orang tuanya tidak lupa Evelyn memberi kabar pada ibunya supaya Ayahnya jangan dulu berangkat kerja, agar saat mereka tiba di kediaman keluarga Limanto, sang Ayah masih berada di rumah karena keluarga Brahmana akan datang ke sana.Laras tidak tahu apa yang akan mereka bahas, Dia mengira jika keluarga besar Brahmana hanya mengunjungi mereka sekedar untuk bersilaturahmi saja.Jadi dia pun memberitahu suaminya agar jangan pergi dulu ke kantor.Ketika semua orang sudah berkumpul di ruangan tengah kediaman keluarga Limanto, Laras dan Sofyan sedikit terkejut karena yang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status