Home / Romansa / Pengantin Pria Pengganti / Bab 9. Dikira masih anak dibawah umur.

Share

Bab 9. Dikira masih anak dibawah umur.

last update Huling Na-update: 2024-10-02 23:18:08

Langit malam terlihat begitu gelap malam ini, seolah sedang menyelimuti seluruh kota membuat suasana kota yang awalnya bising berangsur tenang dan damai.

Evelyn mengikuti langkah Mia memasuki sebuah bar. Mungkin karena bar itu baru dibuka, jadi hanya masih ada beberapa orang yang datang.

Mia sudah biasa pergi ke bar, jadi dia sudah terlihat sangat luwes. Dia menyeret Evelyn melewati kerumunan di bar lalu meminta dua gelas bir kepada bartender.

“Aku tidak mau minum bir!” Evelyn buru-buru berkata pada partner wanita itu.

Mia tidak bisa menahan tawa, dia tertawa sambil menoleh menatap temannya. “Ayolah. Mana mungkin kamu pergi kesini hanya untuk minum Jus?”

Evelyn mendekatkan wajahnya, “Kalau kakakku tahu kamu membawaku ke sini dan mau menyuruhku minum bir,”

Sebelum Evelyn melanjutkan kata-katanya Mia dengan cepat mengangkat tangannya “Oke! Baiklah, aku akan memesankan limun saja.”

Evelyn tersenyum lalu dia menerima segelas limun yang diserahkan oleh bartender.

Mia menggembungkan pipinya lalu dia bergumam pelan, “Kalau Arka tahu aku mengajakmu minum di sini, dia pasti akan memotongku hidup-hidup! Aku tidak boleh menyinggung pria yang terlalu posesif pada adiknya ini.”

“Kamu bicara apa?” Evelyn bertanya karena bar ini sangat bising jadi dia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Mia.

“Eh, tidak ada kok?” Mia menjawab lalu meraih tangan Evelyn, “ Ayo kita dansa saja.”

Wajah cantik Evelyn tertegun, dia penuh keraguan, “Tapi kan aku tidak bisa dansa?”

Mia tidak peduli, dia tetap menyeret Evelyn ke tempat dansa kemudian mulai memutar pinggangnya seperti ular sambil berkata cukup keras, “Ini mudah kok. Tinggal bergerak saja sesukamu. Ayolah coba.”

Evelyn berdiri tegang di tengah kerumunan sambil memperhatikan orang-orang yang menari di sekitarnya. Setiap gerakan mereka berbeda, tapi mereka terlihat sangat bahagia.

Mungkin karena dia sudah mulai terpengaruh oleh Mia, perlahan dia mulai melepaskan rasa tegangnya dan mencoba untuk menari. Seketika senyum di wajahnya pun menjadi cerah.

Di atas panggung, DJ sedang mengatur musik hingga suasana bar mencapai puncak termeriah. Tiba-tiba saja pintu bar didorong dan terbuka lampu depan pun dinyalakan menjadi terang benderang .

Beberapa polisi sudah berdiri di sana. “Pemeriksaan dari kepolisian! Kami telah menerima laporan dari massa, jika ada anak di bawah umur di bar ini!”

**

Beberapa saat setelah itu.

Wajah mungil Evelyn sudah terlihat memerah karena panik. Dia memegang ponselnya yang kehabisan daya. Dia menatap seorang pria yang sedang yang memakai seragam polisi di depannya penuh harap. “Pak polisi. Aku ini sudah cukup umur! Aku adalah mahasiswa jurusan seni di salah satu kota ini. Aku benar-benar lupa membawa KTP!”

Polisi itu menatapnya penuh teliti, “Kami paham itu. Gadis kecil seperti kalian ini memang masih penuh rasa penasaran, tapi tunggulah sampai kalian dewasa dulu baru bisa pergi ke tempat seperti ini. Baiklah. Ayo ikut kami dan minta orang tuamu untuk menjemput.”

Evelyn tertegun, “Tapi Pak Polisi, aku,”

Polisi itu tidak mempedulikannya lagi, dia sibuk memeriksa orang-orang yang lain.

Mia yang berdiri di sebelah Evelyn sama sekali tidak terlihat panik. Justru dia sedang menahan tawa, tapi pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri dan tertawa keras.

Evelyn menoleh, terlihat begitu sangat kesal dan marah.

“Kenapa kamu malah tertawa? Sekarang kita harus bagaimana coba?”

Ini adalah bencana besar baginya, pertama kali dia datang ke bar justru ditangkap polisi karena dianggap masih di bawah umur dan juga harus dijemput oleh orang tuanya.

“Tidak usah terlalu panik. Kamu hanya tinggal ikut polisi itu, terus minta keluargamu untuk menjemput. Bereskan?”

Evelyn menggeram kesal, “Kamu tidak takut ya, kalau aku memanggil kakakku?” ancamnya pada Mia.

Mia melanjutkan tawanya, “Tentu saja aku takut. Kalau begitu, aku harus kabur sekarang. Baik-baik jaga dirimu ya, sampai jumpa!” Mia melambaikan tangannya dan segera berlari meninggalkan Evelyn.

“Mia! Dasar kurang ajar! Bagaimana mungkin kamu malah meninggalkanku?” Evelyn melangkah untuk mengejar Mia, tapi baru saja satu langkah, seorang polisi sudah menarik kunciran rambutnya, “Eh, mau kemana? Jangan coba-coba kabur! Ikut kami!”

Evelyn menoleh, dia benar-benar ingin menangis rasanya. “Pak polisi! Aku ini sudah cukup umur! Kenapa tidak percaya padaku sama sekali sih?”

“Bisa jelaskan di kantor polisi saja!”

Evelyn hanya berdiri diam di tempat, tanpa bisa mengatakan apapun lagi. Petugas polisi itu mendorong bahunya, “Ayo cepat!”

Dia sudah putus asa untuk memberi penjelasan ,sepertinya memang hanya akan sia-sia. Dia menundukkan kepalanya. Baru saja akan mengambil langkah, terdengar suara dingin yang tiba-tiba. “Tunggu!”

Evelyn langsung mendongak, melihat seorang pria yang turun dari mobil. Kakinya yang jenjang dan ramping berbalut celana kain. Sementara dua kancing teratas dari kemeja putih yang dipakainya sudah terlepas. Pria itu menatapnya tanpa ekspresi.

Evelyn membeku, ini benar-benar sangat memalukan. Bahkan dia tidak pernah merasa malu seperti ini pada saat ditinggalkan Revan di hari pernikahan mereka. Rasanya ini bukan lagi bencana alam, tapi sudah kiamat!

Tanpa melihat dirinya lagi, Rayyan berjalan ke arah petugas polisi kemudian dia berkata, “Pak Polisi, gadis ini memang sudah cukup umur.”

Petugas polisi itu menatap Rayyan.

“Apa kalian kenal? Apa hubungan kalian?”

Rayyan melirik Evelyn yang menunduk sampai seperti mau terjatuh kepalanya ke tanah. Lalu terdengar Rayyan berkata dengan datar, “Dia istriku.”

Evelyn terkejut bukan main, dia langsung mendongak menatap tak percaya pada Rayyan yang berani mengungkapkan pernikahan mereka pada polisi itu. Kenapa bilang istri sih? Coba bilang saja kalau aku adik temannya!

Polisi menatap Rayyan tanda tak percaya. Tapi Rayyan tidak ingin memberi penjelasan lebih lanjut, dia justru menoleh pada Robi yang berdiri di belakangnya. Robi segera mengajak petugas polisi itu untuk minggir lalu menjelaskan dengan detail, bahkan mengeluarkan sebuah surat bukti jika mereka berdua adalah benar suami istri.

Terlihat polisi itu mengangguk-ngangguk kemudian dia kembali menatap Evelyn.

“Maaf ya Nona, kami sudah salah paham. Kamu terlihat sangat muda seperti anak di bawah umur. Makanya lain kali jangan lupa untuk membawa KTP saat kamu bermain di luar. Jadi orang lain tidak akan salah paham lagi padamu.”

Evelyn mengatupkan bibirnya, kemudian dia berkata lirih, “Memangnya salahku ya, kalau terlihat muda? Salahkan saja wajahku.” Dia mengangkat tangannya untuk mengusap poninya, tiba-tiba dia langsung tegang saat melihat sebuah tatapan tajam terarah padanya. Rayyan sudah menatapnya sangat tajam bahkan seperti menusuk ulu hatinya. Tubuh Evelyn rasanya gemetaran karena takut. Kemudian dia menunduk dan berkata dengan nada memelas, “Maaf.”

“Apanya yang maaf? Ayo pulang!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nanda Ajach
salah milih teman tu, mna ada teman baik mla ngajak main ke club
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 187. Happy Ending

    Mereka paham akan maksud dari ucapan Amara, mereka juga mengerti kegelisahan yang Amara rasakan.Pada akhirnya Amar pun menepuk pundak Arka, “Ada baiknya memang seperti itu Arka, kamu tidak keberatan kan, atas permintaan Amara?”Arka mengangguk, “Ya, Paman. Jika itu permintaan Amara, aku pasti akan menurutinya.”Amar kemudian keluar, dia menemui pihak rumah sakit untuk mengutarakan niatnya. Dokter tidak mempermasalahkan itu dan mengizinkan. Beberapa orang juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang akan mereka lakukan. Menikah di rumah sakit, karena saat salah satu dari pasangan dari mereka kritis. Bahkan ada yang meninggal setelah mereka menikah. Dokter mengerti dan tidak mempersulit semua itu.Amar menghubungi Rayyan dan mengatakan hal ini. Lalu Rayyan menghubungi mertuanya dan menyampaikan apa yang dikatakan Amar.Siang ini di ruangan rawat inap tempat dimana Amara dirawat, nampak ramai orang. Tetapi mereka masih tetap menjaga ketenangan dan jarang yang berbicara. Sekali berbi

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 187. Menikah di Rumah sakit

    Evelyn menceritakan semuanya tentang kakaknya. Laras bukan tidak khawatir, dia bahkan menangis membayangkan jika hampir saja dia akan kehilangan putra satu-satunya milik mereka.Arka menoleh pada Azura, calon ibu mertuanya itu mengangguk. Dan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh ibunya. Akhirnya Arka pun menurut.“Baiklah Bu, aku akan pulang.” Pada akhirnya Arka pun berpamitan pada Azura dan Amar untuk pulang dahulu.Ketika dia memasuki pintu, Laras dan Sofyan sudah berdiri menunggunya. Laras menatap putranya itu berjalan dengan lesu ke dalam rumah dengan wajah yang kusut dan pucat. Penampilan Arka sangat berantakan. Tetapi wajahnya tersirat sebuah kedewasaan. Jauh berbeda dengan Arka sebelum ini. Hati Laras sakit rasanya melihat keadaan putranya seperti itu. Langsung berlari dan memeluk Arka serta menangis tersedu-sedu.“Arka, jangan khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja. Cinta kalian pasti akan bersatu.”Arka mendorong lembut tubuh ibunya kemudian mengangkat dagu

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 186. Mendapatkan Donor penganti

    Pintu ruangan dimana Amara dirawat terbuka, beberapa suster masuk dan hanya memerlukan waktu sekitar dua menit, mereka sudah keluar dengan mendorong tubuh Amara.Semua orang mengikuti, namun langkah mereka harus terhenti ketika pintu ruangan operasi tertutup, menyisakan cahaya lampu halogen dan lampu LED yang sinarnya menembus kaca jendela. Tapi itu hanya beberapa detik saja, cahaya lampu di dalam ruangan itu menghilang karena tirai jendela telah ditutup dengan rapat.Amar merengkuh tubuh Azura dan membawanya ke ruang tunggu, sementara Rayyan merengkuh tubuh Arka dan membawanya ke ruangan tunggu juga, Rayyan memperlakukan Arka seperti memperlakukan anak kecilnya saja, bahkan dia melupakan istrinya yang bengong melompong melihat suaminya yang bukannya merengkuh dirinya justru malah merengkuh kakaknya.Sejenak Evelyn tertegun kemudian dia langsung tersadar. Dia ikut menyusul mereka dengan berlari kecil, lalu duduk di samping Arka.Dia segera memeluk Arka kembali, menyisihkan tangan Ray

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 185. Gagal Mendonorkan Jantungnya

    Suasana kembali hening. Kembali tidak ada suara dari mereka, kembali tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Mata mereka hanya terfokus pada satu titik saja yaitu ke arah dimana Dokter membawa Arka.Ingin rasanya mereka berlari menyusul kemudian berteriak memanggil Arka. Namun mereka menahan keinginan itu dengan sekuatnya. Bahkan cenderung dengan berat hati hanya bisa pasrah menghargai keinginan dan pengorbanan Arka.Sambil terus menekan dadanya, membayangkan apa yang sedang dilakukan para Ahli medis di dalam sana pada tubuh Arka. Membelah dadanya dan mengeluarkan jantungnya hidup-hidup? Atau Arka di bius dulu hingga mati kemudian diambil Jantungnya?Semua orang hanya bisa membisu ngeri dan menahan sakit dalam hati.Hingga beberapa saat lamanya, di tengah-tengah ketegangan yang meraja, seorang perawat berlari mendekati mereka. Semua berdiri."Tuan Rayyan, Dokter memanggil Anda. Mari silahkan ikut saya.""Aku ikut." Evelyn cepat ikut bangun."Mohon maaf Nyonya. Hanya Tuan Rayyan saja.

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 184. Pengorbanan

    Suasana semakin Pilu dan terasa sangat mencekam saat Arka menandatangani surat itu.Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Pengorbanan Arka saat ini sungguh tidak bisa dikatakan main-main. Arka akan menyerahkan jantungnya untuk kelangsungan hidup Amara. Dia akan mati, demi Amara bisa hidup."Ikut lah bersama kami." Dokter melangkah. Arka mengikutinya."Kak Arka!" Evelyn yang sejak tadi membeku kini tidak bisa lagi menahan diri. Dia memanggil Arka sambil menarik lengannya.Arka menghentikan langkahnya kemudian dia menoleh.“Kak Arka, apa kamu akan meninggalkan kami?”Arka membalikkan badannya dia menatap lekat wajah adiknya yang teramat ya sayangi itu. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap air mata Evelyn ini yang sejak tadi sudah membasahi pipinya.“Kak Arka tidak pernah pergi. Kak Arka akan tetap ada di hati kalian.” Dia meraih kedua tangan Evelyn kemudian menggenggamnya dengan erat.“Evelyn dengarkan kakak, tanpa Kakak, kamu akan tetap hidup lebih baik asalkan ada Rayyan di

  • Pengantin Pria Pengganti    Bab 183. Demi cinta Arka Mendonorkan Jantungnya

    Tidak perlu menunggu waktu lama, seseorang yang dihubungi oleh Rayyan itu langsung mengangkat panggilan teleponnya.[Robi, segera mungkin hubungi semua tim kita, untuk bergerak keseluruh rumah sakit atau kemana saja untuk mencari seseorang yang bisa mendonorkan Jantungnya untuk Amara. Berapapun harganya, kita akan membayarnya! Dengar berapapun, itu aku tidak peduli!]Tanpa bertanya, Robi sudah paham dengan maksud dari perintah yang diutarakan oleh Rayyan dan cepat mengiyakan.Baru saja Rayyan mengakhiri panggilannya, Seorang Perawat masuk dan berseru."Dokter! Nona Amara kritis!"Tanpa bertanya, Dokter pun segera berlari menyusul langkah perawat itu yang dengan sigapnya disusul juga oleh yang lainnya.Dokter segera masuk ke dalam ruangan tempat Amara berbaring."Amar, kondisi Amara, Putri kita memburuk! Dia tidak sadarkan diri lagi!" Azura langsung menubruk tubuh Amar dan menangis histeris saat sang suami muncul di hadapannya.Amar cepat membawa tubuh Azura ke luar ruangan mengikuti i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status