Home / Horor / Pengantin Samudera / 4 : Operasi Pencarian

Share

4 : Operasi Pencarian

Author: Ami Pradana
last update Last Updated: 2021-08-12 12:59:21

Pagi Hari Bik Sum sudah menunggu di bibir pantai, para nelayan sudah menyandarkan kapalnya kecuali satu kapal milik Ardi. Bik Sum mulai berdiri penuh kecemasan, saat matahari mulai meninggi sementara bendera kapal anaknya saja tak terlihat sedikit pun mendekat ke arah pantai. 

“Masih belum sandar kapal Ardi Bik?” tanya Parto, tetangga Bik Sum yang juga seorang nelayan. Ia sudah pulang dari melaut sejak subuh tadi, kini ia heran tak biasanya Ardi pulang terlambat bahkan hingga siang hari. 

“Belum, ada apa ya? Semoga ia baik-baik saja,” kata wanita tua itu penuh harap. 

“Apa semalam kamu tidak menjaring di dekat kapalnya?” tanya Bik Sum lebih lanjut. 

“Aku sempat berada di sekitar kapalnya, tapi hanya sampai jam 11 malam, aku dan teman-teman lalu menuju ke tempat lain karena di sana kami tak mendapat ikan satu pun.”

“Lalu apa Ardi tidak ikut pindah?” 

“Terakhir kali sebelum aku pergi kapalnya masih berdiam diri di sana.”

Bik Sum tidak ada pilihan lain selain menunggu di bibir pantai, tempat Ardi bekerja bukan daratan di mana ia bisa datang sambil berjalan dan mencari ke tempat kerjanya. Di depan matanya hanya ada samudera luas, seorang manusia hanya titik kecil di atasnya. 

Pardi sendiri merasa heran, kemarin malam bahkan tidak ada badai tapi kenapa Ardi begitu terlambat pulang. 

‘Ah mungkin dia ketiduran dan terlambat bangun!’ Pardi mencoba menepis semua pikiran negatif yang terus berdatangan. 

Bik Sum masih berdiri di tepi pantai  hingga sore menjelang, ia tidak beranjak bahkan untuk makan. Beberapa orang yang merasa prihatin mulai berinisiatif untuk memanggil Lek Harso Sang Juri kunci lautan. 

Lelaki yang usianya tak jauh berbeda dengan Bik Sum itu berjalan menghampiri teman masa kecilnya dulu. Jarik wanita tua itu terkibas-kibas oleh angin laut, rambut putihnya yang keluar dari gulungan rambutnya juga menjuntai ke segelah arah terkena embusan angin. 

“Pulanglah, ia sudah tidak akan kembali!” kata Lek Harso pada Bik Sum, tatapan wanita tua dengan bercak putih katarak di bola hitamnya itu melebar ke arah Lek Harso. Meski teman masa kecil, selama ini Bik Sum selalu menghormatinya sebagai orang yang dituakan sejak ia menjadi juru kunci sepeninggal ayahnya. Tapi kini hatinya begitu panas ketika lelaki itu mengatakan bahwa putranya tak akan kembali. 

“Pergi saja kamu jika hanya akan memperkeruh suasana!” usir wanita tua itu. 

“Dia sudah menjadi pengantin Ratu Segara, kamu bahkan sudah menerima maharnya,” terang Lek Harso. 

Bik Sum semakin mendidih, jemarinya yang keriput mengepal ingin menghantamkan pukulan keras ke wajah pria di depannya, tapi ia begitu lemas. Seharian ia tidak makan dan kabar bawah putranya tak akan kembali lagi membuat kekuatan di tubuhnya menguap.

Banyak orang yang mulai bergidik setelah mencuri dengar pembicaraan dua orang tua di bibir pantai itu. Orang-orang memang sedang berkumpul untuk mencari jalan keluar setelah Ardi tak juga pulang seharian ini. 

“Hai kalian semua!” pekik Bik Sum 

“Akan kuberikan mobil bak baru anakku bagi siapa saja yang bisa membawa kembali pulang anakku!” 

Wanita tua itu hilang akal, ia harus menemukan putranya, dan itu berarti ia harus menggerakkan orang-orang untuk memulai operasi pencarian. Tapi ia sadar tanpa imbalan mereka hanya akan tetap diam, karena bagi mereka kata-kata Lek Harso adalah kepercayaan. Lelaki tua itu mereka percayai sebagai penghubung antara daratan dan penguasa samudera. Jika ia bilang tak akan kembali, maka orang itu tak akan pernah kembali. Itu selalu berlaku bagi siapa saja yang pernah tenggelam di laut ini. 

“Dia gila! Sudah jelas anaknya di incar Ratu Segara sejak lama, itu sebabnya selama sebulan ini mereka di hujani oleh uang!” kata Bu Warni

Para ibu-ibu di sebelah wanita itu saling mengangguk seolah mengamini perkataan Bu Warni. 

“Apakah jika hadiah itu juga termasuk jika kami menemukan jasadnya?” tiba-tiba seorang pria yang juga preman di pulau ini mengajukan pertanyaan yang membuat Bik Sum seperti di hantam batu besar. Ia menelan ludah untuk menenangkan jiwanya. 

“Iya, termasuk itu!” dengan bergetar ia mengatakan hal yang sebenarnya sangat tidak bisa ia bayangkan tapi Bik Sum tak punya cara lain jika ingin para lelaki di sini menarik mesin diesel kapalnya menuju tengah laut untuk memulai pencarian. 

Harta tak berarti apa pun baginya jika tanpa Ardi, ia hanya akan menjadi wanita tua sebatang kara yang menunggu giliran mati. 

“Baiklah, mari kita mulai pencarian. Ratu Segara hanya akan mengambil jiwanya tapi tidak dengan jasad Ardi.”

Para pemilik kapal di pulau ini mulai menarik jangkarnya menuju tengah laut. Bahkan jika berhasil menemukan kapal Ardi saja itu adalah harta karun terbesar. Kapal itu baru dan lebih besar dari pada milik mereka. Bik Sum tidak punya anak lain, jadi mereka bisa mengambil alih kapal itu bagi siapa saja orang yang pertama kali menemukan. 

Pencarian panjang dan melelahkan di mulai, ada banyak kejanggalan yang mewarnai. Sudah tujuh hari mereka melaut sambil mencari kapal Ardi, sebagian dari mereka mulai mundur akibat gangguan yang mereka alami. Bau kematian di tengah laut begitu menyebar. Mereka akan mengalami itu hingga empat puluh hari kematian Ardi. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Samudera   43 : Pertempuran Terakhir

    Setelah memikirkan perkataan Ambar, hati Amitha mulai tergerak. Ia kemudian mengesampingkan egonya, yang terpenting adalah ia dan Sena bertahan hidup terlebih dulu. Jika mereka ditakdirkan untuk saling mencintai waktu akan menjawabnya sendiri pada akhirnya. Amitha menghubungi Catra, ia menyatakan kesediaannya untuk menikah dengan Sena, tapi ia ingin upacara pernikahan itu di lakukan secara diam-diam. Catra kemudian mengatur pertemuan dengan Sena dan Amitha pada hari berikutnya. “Guruku mengatakan bahwa pernikahan kalian harus di lakukan pada lima hari lagi di tempat Mbah Dayat. Wilayah itu sudah di pagari, dan akan menetralisir kekuatan Ratu Segara.” Amitha hanya mengangguk dengan malas ia tampak tak tertarik dan hanya ingin mengikuti alur. Ayahnya sudah tiada dan ia hanya tinggal dengan ibunya. Dia juga tak membutuhkan wali dari pihak keluarganya. Beberapa hari kemudian adalah hari yang di tentukan. Sena, Amitha dan Catra berkendara menuju ke tempat

  • Pengantin Samudera   42 : Elena Gagal

    Setelah menyesap minuman itu Sena merasakan dirinya menjadi linglung, darah di tubuhnya seolah mendidih dan ia merasa sedikit panas. Ada gairah yang tak terbendung saat melihat Elena.“Tak apa sayang, kamu hanya perlu melepaskan semua yang kamu inginkan.”Elena melingkarkan lengannya ke leher Sena, pria itu segera mencium Elena dengan kasar seolah ingin menyedot tubuh Elena menjadi satu dengan dirinya. Sena segera menggendong tubuh Elena ke ranjang dengan hati-hati. Melanjutkan tiap gerakan panas mereka di sana, namun selangkah saat inti dari pada kegiatan akan berada di puncak. Elena mendadak mengerang kesakitan, lehernya terasa panas seperti tercekik.Melihat ada yang tidak beres Sena kembali ke akal sehatnya. Ia bingung dan mulai teringat pada kesalahan yang akan ia perbuat. Tak ada banyak waktu untuk menolong Elena, gadis ini pasti akan menemui ajalnya. Wajah Elena sudah pucat dan lehernya memerah seperti luka bakar.“Tidak! Tolong l

  • Pengantin Samudera   41 : Niat jahat Elena

    Amitha terkejut saat Sena mengatakannya bahwa dirinya selama ini adalah pengantin langit yang di cari Sena. Tak banyak yang tahu bahwa dia adalah pengantin langit kecuali keluarga dekatnya.“Kenapa kamu bisa tahu tentang pengantin langit? Siapa yang memberitahu dirimu?” tanya Amitha dengan mencengkeram lengan Sena.Sena segera membuka sepatunya dan juga kaos kaki yang ia kenakan. Amitha heran pada apa yang di lakukan Sena, tapi sesaat kemudian lelaki itu menunjukkan sebuah tanda trisula di kaki kirinya.“Lihatlah, nasibku tidak jauh berbeda denganmu. Hanya saja aku adalah pengantin samudera.”Amitha mundur beberapa langkah, ia hampir tak mempercayai apa yang di katakan Sena, tapi saat ia memperhatikan lebih jelas mimik Sena ia tak melihat adanya kebohongan di balik itu.“Kenapa kamu mencari pengantin langit?”“untuk menyelamatkan kita dari nasib buruk ini.”“Adakah hal seperti itu?

  • Pengantin Samudera   40. Cerita Pengantin Langit

    Melihat wajah serius dari Harun, Amitha tahu bawa sepupunya ini sudah bertekad untuk tidak melakukan pendakian dan membawanya turun. Amitha tak punya pilihan lain dan pada akhirnya mengekor langkah Harun untuk kembali.“Bolehkah aku buang air kecil dulu?” tanya Amitha menghentikan langkah kakinya.“Baiklah, jangan terlalu jauh agar tidak tersesat. Aku akan menunggumu di sini.”Karena berbeda jenis kelamin Harun tak mungkin mengikuti Amitha untuk buang air kecil. Ia justru memalingkan pandangan matanya ke arah lain agar Amitha bisa buang air kecil dengan nyaman di semak-semak. Beberapa waktu telah berlalu, Amitha yang seharusnya kembali tak kunjung datang. Harun merasa resah, setelah ia melakukan beberapa kali teriakan untuk memanggil Amitha tapi ia tak mendapatkan jawaban. Ia akhirnya memutuskan untuk melihat area semak tempat Amitha tujuan tadi, tapi saat Harun sampai di sana bahkan jejak sepupunya pun tak ada.“Sial! Apa ya

  • Pengantin Samudera   39 : Kisah Amitha

    Sena kembali ke apartemen tempat ia tinggal dengan Elena. Saat ia masuk Elena menyambutnya dengan pelukan hangat, mereka hampir tidak bertemu selama seminggu penuh. Begitu Sena datang Elena tak berhenti menghujani dirinya dengan ciuman dan pelukan. “Aku sangat merindukanmu,” rengek Elena. “Aku juga.” “Kamu seharusnya menghabiskan waktu libur bersamaku. Ke mana saja kamu pergi selama beberapa hari ini?” Elena menghabiskan waktu penuh kecurigaan selama Sena menghilang beberapa hari ini. Entah kenapa ia merasa bahwa Sena sedang menyembunyikan wanita lain di belakangnya. Elena menyipitkan matanya dan memiliki pemikiran buruk agar bisa mengikat Sena untuk tetap bersama dirinya. *** Di tengah malam Amitha terbangun dari mimpi buruknya. Ia seperti kembali di mana saat hari tergelap sepanjang hidupnya saat tersesat di Gunung Arang selama tiga hari. Ia berangkat bersama Harun menaiki gunung Arang. Harun merupakan sepupunya dan ia adalah Porter

  • Pengantin Samudera   38 : Dia meninggal

    Setelah menghabiskan malam di hotel Sena dan Catra memacu kendaraan menuju rumah wanita kedua yang jaraknya hampir 100 kilometer. Mereka baru saja menyelesaikan ujian tengah semester dan hanya punya waktu libur seminggu saja untuk melakukan pencarian keberadaan pengantin langit.Begitu sampai di desa pinggiran, mereka berhenti di rumah Hani, yang merupakan nomine kedua mereka.“Permisi, apakah Hani ada di rumah?” tanya Catra begitu memasuki pekarangan rumah. Ada seorang wanita dengan anak kecil yang tengah menjemur padi di depan rumah mereka.“Iya, saya sendiri. Ada apa ya?”Sena dan Catra terkesiap, mereka tak menyadari bahwa wanita yang mereka cari berubah lebih tua dari pada yang usia yang seharusnya. Wanita itu harusnya berusia 23 tahun tapi garis di wajahnya dan tanda kelelahan di bawah matanya membuat ia terlihat seperti berusia 40 tahun.“Kita mahasiswa dari Ibu Kota, ingin melakukan wawancara tentang dampak psi

  • Pengantin Samudera   37 : Target Pertama

    Esok hari Sena dan Catra segera menuju sebuah kabupaten kecil tepat di sebelah ibu kota. Dari data yang mereka dapat seorang gadis berusia 23 tahun pernah tersesat di gunung Arang lima tahun lalu.Rumah sederhana gadis bernama Raya itu berada tak jauh di pusat kota. Sena bisa dengan mudah menemukannya dengan bantuan peta digital.“Sepertinya ada hajatan di rumah wanita yang bernama Raya itu,” kata Catra lirih setelah melihat ada tenda biru di depan rumah Raya. Ada pelaminan dengan dekorasi bunga plastik yang indah di dalam tenda biru itu.“Sepertinya pernikahan, apa menurutmu Raya akan menikah hari ini?” tiba-tiba saja mata Sena melebar. Jika Raya adalah pengantin langit, maka pernikahan ini adalah sebuah bencana.“Kita harus memastikan dulu siapa mempelainya, bisa saja ini pernikahan kerabat Raya.”Sena mengangguk, mereka berdua akhirnya turun dari mobil dan mendekat ke rumah Raya. Hanya ada dua karangan bunga u

  • Pengantin Samudera   36 : Pencarian Pengantin Langit

    Bruk!Suara hantaman benda tumpul membuat Amitha terkejut dan membuka matanya, sesaat kemudian ia melihat dua preman tadi tengah tersungkur dan mengerang karena pukulan keras tepat di belakang tengkuk lehernya. Ratna melarikan diri saat melihat ada pria lain datang memberi pertolongan pada Amitha.Dua preman itu segara bangkit untuk memberi serangan balasan. Sena bersiaga dengan tongkat kayu panjang yang berhasil ia temukan di tumpukan bekas pembangunan. Perkelahian dua lawan satu hampir membuat Sena terjepit, beruntung saat Sena sudah terpojok seorang satpam sedang mengarahkan senter ke arah mereka. Preman itu segera lari meninggalkan Sena dan Amitha.“Apa kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?” tanya Sena menghampiri Amitha.Amitha menggeleng, sebagian dari jiwanya masih ketakutan. Jemarinya bahkan masih gemetar, Amitha yang masih shock hanya menjawab Sena dengan menggelengkan kepalanya.“Mari, aku akan mengantarmu ke kantor

  • Pengantin Samudera   35 : Amitha dalam Bahaya

    Setelah menghabiskan malam panjang di dalam Gua Rimbi, mereka sampai di rumah Mbah Dayat saat fajar baru merekah. Ketiga tamu Mbah Dayat segera tidur di ruang tamu secara serampangan, mengabaikan betapa keras lantai yang hanya tertutup tikar tipis. Mereka tertidur dengan sekejap mata saat kepala mereka baru menempel di lantai. Mereka kelelahan secara mental dan fisik, tertidur seperti mayat dan baru bangun pada sore hari.“Jadi bagaimana cara menemukan pengantin langit?” tanya Sena saat Catra menemani dirinya duduk di teras rumah Mbah Dayat yang asri.Catra tak bisa menjawabnya, sebagai gantinya ia segera mengajak Sena berdiskusi dengan Pak Adi dan Mbah Dayat.“Sangat sulit mencari gadis itu hanya dengan petunjuk tanda di belakang lehernya. Kita tidak mungkin menyibak rambut tiap gadis yang kita temui,” keluh Pak Adi.“Mari kita perkecil pencarian.”Sena, Pak Adi dan Mbah Dayat menatap ke arah Catra penuh tanda t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status