(Melakukan Tes)"Siapa yang suruh kamu tidur, hah!" bentak Zucca. Membuat Sierra bergidik takut.Setiap hari, ada saja kesalahannya. "Buka nih!" Zucca mengangkat kakinya dan menaruh di atas paha Sierra.Dengan pasrah, perempuan itu pun membukakan sepatu dan kaus kaki suaminya. Jauh di dalam hatinya, ia menyimpan luka yang teramat banyak.Sierra yang baru saja terbangun gegas mengikuti perintahnya. Dia tidak ingin membuat masalah dengan pria kanebo itu lagi. "Gimana? Sudah foto keluarga, dong?" ledek Zucca. Sierra tak menjawab, matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan dari mimik pria kanebo itu. 'Kenapa tertawanya seperti menyimpan sesuatu, ya? Apa yang dia rencanakan?' batin Sierra. Pantas saja dia memperbolehkan Sierra menemui kakaknya, ternyata lelaki tak berhati itu sudah menyiapkan kejutan besar untuk istrinya. Zucca terlihat begitu puas saat menatap wajah sembab gadis itu. 'Rasakan kau bodoh!' ucapnya dalam hati sambil menyeringai kecil."Besok kita akan ke rumah sakit, ja
(Pembuahan)_Usai melakukan inseminasi, Dokter Brian mengingatkan kepada Zucca, agar dirinya tidak mengabaikan Sierra selama 9 bulan kedepannya. "Ingat. Selain nutrisi, istrimu juga harus selalu merasa bahagia dan nyaman. Jangan biarkan dia mengalami stress atau sedih yang berlebihan. Itu akan mempengaruhi calon anakmu nantinya." Zucca bergeming tanpa menjawab.Mendengar ucapan Dokter Brian, wajah Sierra mendadak kaku. Gadis itu tidak percaya apa yang dia dengar barusan. Dalam hatinya bertanya tanya, bagaimana mungkin dirinya akan mengalami kehamilan tanpa melakukan hubungan suami istri? "Sierra, banyak-banyak konsumsi buah buahan, ya. Jangan lupa meminum vitamin untuk perkembangan otak anakmu," ucap Dokter Brian pada gadis itu. "Anak? Aku tidak sedang hamil, Om." Sierra menjawab dengan tanda tanya. Baru saja Dokter itu akan menjelaskan padanya, Zucca dengan cepat memotong ucapan Dokter pribadinya itu."Dasar bodoh!" umpat Zucca. "Sudah, Om. Abaikan ucapannya," imbuhnya kembali. Z
Pak Andy membuka gerbang ketika mobil Ryu membunyikan klakson. Sebelum nya, ia mengecek terlebih dahulu siapa tamu yang datang. Karena Zucca tidak memperbolehkan siapa pun masuk tanpa seizin darinya. "Sampai di sini aja, maaf telah merepotkanmu." Sierra pamit seraya menundukkan kepala. Ryu Jang Wook hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu. Bahkan, Sierra tidak berani menatap wajah Ryu sepanjang perjalanan tadi. Ryu merasakan aliran cinta. "Apa aku gak boleh mampir?" goda Ryu. Mendadak, wajah Sierra menjadi memerah. "Maaf, aku di sini bekerja. Nanti majikanku marah," ucapnya. Tanpa menunggu jawaban dari Ryu, Sierra segera keluar dari mobil dan setengah berlari masuk ke rumah. "Loh, Non. Kenapa pulang nya misah misah?" tanya Cika saat membukakan pintu untuk Sierra. "Tuan Zucca ninggalin aku di rumah sakit," jawab nya lemas. Pelayan lain datang dengan membawa secangkir teh manis hangat, Cika menyambut nya lalu memberikan nya kepada Sierra. Gadis itu menyeruput teh secara yang ma
( Sierra Melawan )Zucca memberitahukan tentang jadwal lanjutan inseminasi mereka pada Sierra. Gadis itu, hanya mendengarkan perkataan lelaki yang ada di hadapan nya itu. Tanpa ia paham sedikit pun. "Hey! Kau dengar tidak apa yang aku bicarakan dari tadi???" Zucca menggebrak meja kerja nya. Sierra terkejut, "Aku mendengarnya, kok! Aku belum tuli!" jawab nya dengan kesal. "Baguslah. Ingat, jangan sampai melakukan hal bodoh! Lihat saja jika kau memberikan kami keturunan yang cacat dan tidak berguna!" ancam Zucca. Sierra diam, dia bingung apa yang harus ia katakan. Padahal, ia sendiri masih heran apakah dirinya akan hamil beneran? "Ya, sudah sana! Aku muak lama lama melihat mu!" Zucca mengusir gadis itu dari ruang kerjanya. Sierra menghentakkan kaki nya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu. Ia ingin meluruskan kaki nya di sofa tidurnya. Gadis itu mendengus kesal, hatinya ingin sekali menangis dan menjerit sekuat tenaga. Gadis itu merebahkan tubuh nya di atas sofa, di samping tem
(PERTEMUAN KEMBALI)****Melihat Sierra murung sejak mengunjungi rumah kakak nya, pria dingin itu sedikit kasihan kepada gadis itu. Zucca melempar kertas dan jatuh di kaki Sierra, tanpa disuruh gadis itu memungut nya. Lalu, ia pun memberikan nya kembali ke pria dingin itu. "Ini, Tuan." Akan tetapi, dengan cepat Zucca menangkisnya. "Itu alamat kedua kakak mu! Simpan baik baik." Sierra mengernyitkan dahi nya, ia begitu heran kenapa Zucca bisa mendapatkan alamat kakaknya? Sedangkan, ia belum pernah menceritakan kepada laki laki itu tentang kejadian tempo hari. "Ada apa? Apa kau lupa cara nya berterima kasih?" ujar nya kembali. "Ah. Oh, iya. Sebelum nya, aku ucapkan terima kasih banyak, Tuan. Tapi—" "Besok kita kembali ke rumah sakit, jadwal penyuntikan hormon telah di tentukan. Jadi, sebaik nya kau jangan ceroboh! Jaga sikap mu saat berada di luar rumah ini. Apa kau mengerti?" Suara berat itu kembali terdengar, memotong ucapan gadis itu. Hanya anggukan yang diberikan oleh Sierra,
Bab 16Ryu terkekeh mendengar ucapan Sierra. Aneh memang. Apa dia tidak percaya kalau Sierra bisa membayar ongkos perjalanan? "Aku serius, ini aku sudah membawa uang." Sierra menyodorkan sepuluh lembaran uang kertas berwarna merah pada nya. Uang yang sebelum nya ia pinjam dari Cika. Sebenar nya, Zucca pernah memberikan uang bulanan pada gadis bermata bulat itu, namun Sierra telah memberikan seluruh uang nya untuk Selena. Ryu tertawa lebar. Lalu menghidupkan mesin mobil nya tanpa menghiraukan uang di tangan Sierra. Bagi Ryu, terus berada dekat dengan gadis idaman nya adalah waktu yang sangat ia nantikan. "Kenapa? Apa ini kurang? Memang nya, alamat itu jauh dari sini, ya?" todong Sierra lagi. Ryu menoleh lalu tersenyum. Sierra tidak membawa ponsel, tertinggal di sofa seperti nya. Jadi tidak bisa mengecek alamat pada laman internet. "Apa bosmu tau kalau kamu pergi?" Suara Ryu membuat Sierra yang mengantuk menjadi segar kembali. Wajah Zucca memenuhi benak nya. "Biarkan saja, aku
Dari dalam, Selena mengintip dari celah kecil dekat jendela nya. Hatinya semakin terbakar melihat adik nya berada di pelukan pria yang dia sukai. Tidak ada jawaban. Akhir nya dengan berat hati, Ryu mengajak Sierra untuk pulang. Dia juga menawarkan tempat tinggal untuk Sierra, karena tau dia sedang melarikan diri dari rumah nya._Mereka kembali masuk ke dalam mobil mewah itu, Sierra lebih banyak diam menatap kosong jalanan di depannya. Sesekali Ryu mencuri pandang kepadanya, mengajaknya bicara tetapi tetap saja gadis itu enggan menjawabnya."Kamu sudah makan belum?" Ryu bertanya kembali, tetapi Sierra malah menjawab lain."Semua salahku. Andai aku bisa membantu mereka membayar kontrakan, mungkin aja hari ini aku bisa bersama mereka." Suaranya terdengar begitu serak. "Sudahlah. Untuk sementara waktu, kamu tinggal di mansion milik ku aja, ya? Di sana hanya ada Bik Nani," ujar pria baik itu. "Aku memang tidak berguna sebagai adik." Sierra berkata kembali dengan lirih."Sudah. Jangan m
Selena mengumpat Sierra habis habisan. Tak lama dari kepergian Sierra, Seina pulang ke rumah dan heran melihat kakak nya marah marah. "Kakak kenapa?" Seina bertanya dengan raut heran. Dengan napas memburu, Selena menjawab nya dengan kasar. "Perempuan yang kamu anggap adik itu baru saja dari sini. Dasar perempuan murahan!" pekik nya. "Sierra? Bagai mana dia tau alamat kita? Terus, dia ke mana?" Rentetan pertanyaan lolos begitu saja dari mulut nya karena rasa penasaran yang begitu besar. Selena menatap tajam ke arah Seina, "Apa kamu masih menganggap dia keluarga, hah! Gara gara dia, kita jadi seperti ini!" "Kak! Cukup! Jangan selalu menyalahkan Sierra, dia tidak ada salah apa apa. Harus nya, kakak tanya diri kakak sendiri kenapa kita sampai terusir sejauh ini!" Seina mengambil kembali tasnya yang sebelum nya ia gantung di balik pintu, lalu keluar rumah entah ke mana. "Pergi kamu sekalian! Dasar brengsek kalian!" umpat Selena dari dalam. Seina sudah muak dengan sikap dan tingkah l