Share

Kesedihan di malam pengantin

Pernikahan yang diimpikan akan bahagia ternyata hancur berantakan bagai sebuah piring yang jatuh ke lantai. Begitu pula perasaan Arini ketika Dave Nero selesai mengucapkan ijab kabulnya.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!" jawab para saksi serentak termasuk orangtua mempelai.

"Arini, silakan cium tangan suamimu, Nak!" titah Laudia kepada putrinya.

Dengan berlinang air mata, Arini pasrah mencium tangan lelaki di depannya. Suami yang juga tidak dikenalnya. Gadis itu merasa dipermainkan. Baru saja calon suaminya yang tidak dia kenal dan tidak pernah bertemu melarikan diri dari penikahannya. Lalu, sekarang dia dinikahi oleh lelaki pengantin pengganti untuk menutupi rasa malu kedua keluarga besar. Namun, Arini tidak dapat berbuat apa-apa. Sebab, dia tidak ingin melanggar amanah kakeknya dan tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya.

***

Cahaya bulan pada malam itu menembus sela-sela jendela kamar Dave. Kamar yang dihiasi bunga mawar di atas tempat tidur.

Malam pertama indah selalu diimpikan oleh setiap gadis yang telah melakukan pernikahan. Namun, lain dengan Arini. Dia merasa malam itu adalah awal dari mimpi buruknya. Dia hanya duduk di atas pembaringan menatap bunga-bunga mawar terlihat bagai kutukan untuknya. Tiba-tiba saja, pintu kamar terbuka. Arini terkejut melihat seorang lelaki bertubuh bidang melangkah ke arahnya. Segera saja dia menyenderkan punggung dan memeluk lututnya. Butiran-butiran kecil jatuh membasahi pipinya. Arini sungguh tidak berharap akan melalui malam dengan lelaki pengantin pengganti itu. Dave semakin dekat ke arahnya. Gadis cantik itu semakin takut manakala Dave membungkukkan tubuhnya dengan wajah tepat di samping paras ayu Arini. Spontan, Arini berteriak.

"Tidak ... jangan ...."

Lalu Dave mendekatkan wajahnya ke wajah Arini seperti hendak mencium bibir gadis itu. Namun, Arini memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ck! Apa yang kau harapkan?" tanya Dave menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan harap aku akan menyentuhmu, Arini Azhara Alister. Meskipun kau tidak berbalut kain di hadapanku, aku tetap tidak akan tertarik padamu, terutama pada wanita yang ditinggalkan mempelai pengantin lelakinya. Ingat itu, Arini!" tegas Dave

Setelah mengatakan itu, Dave menarik wajahnya menjauh dari Arini. Dia meraih bantal dan meninggalkan gadis yang masih ketakutan setelah mendengar intonasi keras dan tegas dari lelaki itu. Sementara selama ini, ayah dan ibunya tidak pernah sekalipun membentak atau berbuat kasar padanya. Sejujurnya, ada perasaan lega yang dirasakan Arini.

Sebab, dia tidak harus melewati malam pertama dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya. Dia lega, karena terhindar dari malam pertama yang baginya adalah mimpi buruk dan sebuah kutukan. Akan tetapi, kata-kata Dave juga membuatnya sedikit jengkel.

"Begitu bencinya kah dia terhadapku? Walaupun aku telanjang berdiri di hadapannya, dia tetap tidak akan melakukan apa-apa terhadapku?" gumamnya dalam hati.

Sedang Dave yang melihat Arini merenung. Dia memintanya untuk segera tidur lantaran besok akan ada acara resepsi. Dave meminta Arini dengan suaranya yang tegas dan datar. Lalu, dia membaringkan badannya di sofa untuk mulai tidur.

***

Malam itu sungguh pekat. Sepekat hati seorang gadis yang sejak tadi hanya bisa merenungi nasib mempermainkannya. Malam pun semakin larut. Dave telah tertidur pulas di sofa. Sedangkan Arini yang sejak tadi hanya menangis tanpa suara, akhirnya berhenti. Dia berniat untuk membersihkan dirinya, maka langsung saja dia ke kamar mandi.

Setelah Arini keluar dari kamar mandi, dia menoleh ke arah Dave yang terlelap. Entah setan apa yang merasuki diri gadis itu yang membuatnya nekat mendekati Dave. Arini berjongkok di depan sofa tepat di depan wajah sang suami. Dia menatap lelaki yang sedang tertidur lelap di hadapannya itu. Tatapan lekat Arini terkunci pada wajah lelaki yang telah menikahinya. Lelaki yang menjadi pengganti mempelai prianya.

Dave begitu tampan dan berwajah tajam. Bulu matanya lentik, hidungnya yang runcing, alisnya yang tebal teratur rapi, bibir tipis yang manis, garis rahang yang kuat, dan terdapat janggot halus di sekitaran wajahnya, menambah ketampanan lelaki itu. Kulitnya yang sedikit hitam manis, sangat berbeda sekali dengan keluarga Nero yang lain. Arini tiba-tiba teringat kembali.

Tadi siang juga saat ijab kabul, Arini sempat menatap mata Dave yang berwarna biru malam, rambutnya juga sedikit kecoklatan. Benar-benar tidak tampak dengan Aldebarn Nero ataupun Lina Nero. Karena terlalu larut dalam menatap wajah Dave, tanpa disadari butiran air sisa-sisa keramas dari rambut Arini yang belum kering menetes ke wajah Dave. Dave langsung membuka matanya dan mendapati Arini sedang menatapnya.

"Apa yang kau lalukan?" Suara Dave yang tiba-tiba itu membuat Arini terkejut. Arini jatuh tersungkur ke lantai. Dia mencoba bangun. Namun, tidak bisa. Sebab, bagian bokongnya sakit.

"Auuww ...," ringis Arini.

Melihat itu, Dave lalu berdiri mendekati Arini. Baru kemudian membantu membawa gadis itu ke tempat tidur. Sedangkan Arini hanya diam saat Dave membantunya.

Dave menuntun Arini duduk di tepi pembaringan lalu mengambil sebuah pengering rambut.

Tanpa ada kata-kata, Dave tetap diam sambil mengeringkan rambut Arini. Merasa sudah kering Dave kembali menuntun Arini untuk berbaring dan menarik selimut menutupi tubuh Arini. Gadis itu hanya diam saja mengikuti arahan Dave.

"Tidurlah! Aku akan mandi."

Sesaat Arini heran dengan perlakuan lelaki yang menjadi pengantin pengganti itu. Baru beberapa jam yang lalu laki-laki itu bersikap dingin terhadapnya. Bahkan, mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Tapi, sekarang sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. "Ke mana perginya Dave yang tadi?" Segala pertanyaan muncul di pikiran Arini. Namun, tidak dapat dipecahkannya. Maka dia memilih sebaiknya tidur saja.

Tidak butuh waktu lama bagi Arini untuk menjemput mimpinya. Dave juga sudah selesai mandi. Lalu berjalan ke arah Arini. Dia duduk di tepi tempat tidur memandangi gadis itu. Yang, sudah terlelap dalam tidurnya.

Dengan lekat Dave memperhatikan wajah Arini yang cantik dan imut itu. Benar saja, dia menikahi gadis yang masih berumur sembilan belas tahun. Sedangkan usianya kini sudah dua puluh delapan tahun.

"Ah! Marvin. Kau sungguh bodoh meninggalkan gadis secantik ini demi Dailyn yang belum tentu bisa mencintaimu dengan tulus. Aku akan membantumu menjaganya." Dave menghela napas. "Sejak awal dia adalah milikmu. Aku menikahinya demi menutupi rasa malu kelurga kita. Kuharap kau segera sadar dan cepat kembali, Marvin," kata Dave yang bergumam dengan dirinya sendiri sambil menatap wajah istrinya. Istri yang baru saja dinikahinya. Istri yang seharusnya tidak dia nikahi.

Setelah cukup puas menatap dan menikmati wajah cantik Arini, laki-laki itu beranjak meninggalkan tempat tidur. Dia kemudian merebahkan tubuhnya di sofa lalu menyalakan televisi. Terlihat di layar seorang perempuan cantik yang sedang berakting dalam sebuah drama. Beberapa saat berlalu. Dave mematikan televisi dan menutup matanya.

Dia meletakkan lengannya di atas kepala. “Marisa, kenapa kau begitu kejam? Kau meninggalkan cinta kita demi mengejar mimpimu menjadi seorang artis. Apa tidak bisa kau tetap di sisiku saja, Marisa?” kata Dave Nero setelah menonton drama mantan pacarnya, Marisa Hasio yang tega meninggalkan Dave demi karirnya sebagai seorang artis.

Saat itu, Marisa bahkan rela tidur dengan seorang pengusaha entertain demi lulus seleksi yang membuat Dave marah besar. Bagaimana tidak, dia mendapati Marisa sedang tidur di pelukan lelaki lain di sebuah hotel demi karirnya. Dave meninggalkan tempat itu dengan penuh emosi dan amarah yang berkobar.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status