Share

Meluruskan Masalah

Siapa yang tidak kepikiran bila melampiaskan amarahnya pada orang lain. Sementara orang itu tidak tahu apa-apa. Kondisi itu dialami oleh Aldo saat dia sudah sampai ke rumah.

Bagaimana dengan Balqis? Apakah dia baik-baik saja dengan sikap dirinya yang tidak dewasa sama sekali.

Aldo memperhatikan gawai berkali-kali setelah selesai mandi. Apakah dia harus menelpon Balqis atau tidak? Tapi kali ini dia memang harus minta maaf.

Bergegas Aldo mencari baju terbaiknya dan memakaikan parfum yang menjadi andalannya untuk beraktivitas seharian.

Jam dinding di kamarnya masih menunjukkan kalau waktu belum terlalu malam. Jadi, tidak apa-apa kalau dirinya pergi bertemu dengan Balqis.

Benak Aldo mulai memikirkan strategi bagaimana dia bisa bertemu dengan Balqis. Kalau dia menelpon perempuan itu sekarang pastinya tidak akan diangkat sama sekali. Seketika ia memikirkan asisten Balqis yaitu Shanum.

Aldo mengambil kartu kontak Wedding Projects  yang ada di laci nakas. Dia segera menelpon perempuan itu. 

Beberapa detik tidak diangkat hampir 5 menit ia bolak-balik, tetapi belum ada jawaban dan akhirnya perempuan itu mengangkat dengan nada yang tidak mengenakkan. “Halo Siapa sih ini? Ganggu saja!”

Aldo lupa kalau dia memang menggunakan nomor yang diprivasi. “Maaf mengganggu waktu istirahat kamu, tapi saya hanya ingin tahu apakah kamu tahu keberadaanmu Balqis?”

Mata Shanum langsung terbuka lebar. Ternyata itu adalah Aldo pria yang membuat temannya menangis seharian. Pada satu sisi dia tentu saja ingin memarahi pria itu. Namun, di sisi yang lain Kenapa ada seperti satu kebanggaan baginya ditelepon oleh pria tampan seperti Aldo.

Shanum sudah bosan melihat suaminya yang tidak mengenal dunia perawatan dan suka sendawa sembarangan. tapi dia langsung membuang jauh-jauh pikiran itu. Tidak mungkin juga Aldo akan memilih dirinya.

“Maaf aku tidak tahu ke mana Balqis pergi! Mungkin dia sudah pulang ke rumahnya!” jawab Shanum asal.

“Apa kau bisa memberikan aku alamat rumah Balqis?”

Shanum  mengerjapkan matanya. Apakah dia harus memberitahukan hal yang sebenarnya. Dia pun menggigit bibir bawahnya. Mungkin ini pilihan terbaik. Mereka harus meluruskan masalah yang ada Siapa tahu itu adalah salah paham saja.

“Aku akan memberitahukan keberadaan Balqis, kau harus janji merahasiakan aku yang memberitahukan ini. Kalau tidak Balqis pasti tidak akan mau menegurku lagi. Bahkan dia akan memecatku besok pagi.”

Mendengar ancaman Shanum tentu saja Aldo agak terkekeh. “Tenang saja aku termasuk orang yang bisa menyimpan rahasia jadi di mana dia sekarang?”

“Aku rasa Dia tidak pulang ke rumah orang tuanya atau ke apartemen yang baru ia sewa. Setahuku kalau dia sedang ada masalah, dia pasti ada di coffee shop dekat kantor kami.  Kau bisa langsung ke sana saja. Dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam sampai tempat itu tutup hanya untuk merenungkan diri.”

Renungan yang dilakukan oleh Balqis tentu saja dilatarbelakangi oleh banyaknya masalah. Selama ini Shanum sebagai orang terdekat Balqis tentu saja tahu kebiasaan perempuan itu. Dia pernah menemani Balqis yang duduk terdiam di depan kaca transparan sambil memperhatikan lalu lintas yang banyak kendaraan berjam-jam.

“Terima kasih aku sangat berhutang budi padamu!” Aldo langsung memasang kemeja warna navy dan juga celana untuk memberikan kesan formal.

Sepanjang perjalanan Aldo tentu saja berpikir keras Apakah Balqis akan memaafkannya atau tidak? Ia menghela nafas. Aldo dapat melihat Balqis yang sedang termenung dari kaca transparan itu sungguh memprihatinkan melamun dan menopang aku.

Berjalan perlahan-lahan dan Aldo berdiri di hadapan Balqis. “Hai boleh aku duduk?” sapa Aldo dengan agak segan karena dia tahu dirinya sangat bersalah.

Kalau bukan karena ada hubungan kerjasama, Balqis tentu saja sudah menampar pria itu dan mencabik-cabik muka tampan Aldo detik itu juga. Tapi dia tetap berusaha keras menahan diri.

“Mau apa kamu ke sini lagi?  langsung saja pada inti dari pertemuan ini. Aku tidak ingin kita ada pertemuan apapun selain pekerjaan dan sekarang sudah bukan waktunya jam kerja. Jadi, aku mohon kamu mempersingkat tujuan kamu menemui aku.”

Balqis  tentu saja merutuki orang yang sudah memberitahu keberadaannya. Ia tahu betul tersangka utamanya antara shanum atau Omar. Mereka berdua sama-sama tergila-gila dengan wajah tampan Aldo. Meskipun shanum sudah punya suami tapi dia masih memiliki fanatisme dengan pria tampan begitu pula dengan Omar.

“Terima kasih. Aku datang ke sini ingin minta maaf dan tidak bermaksud seperti itu tadi. Aku terlalu tersulut emosi karena….”

“Seharusnya kamu tidak mencampuradukkan antara urusan percintaan kamu dengan pekerjaan. Itu akan sangat tidak profesional.” Wajah Balqis tentu saja sangat murka dan mata tajamnya terus saja menusuk hati Aldo.

“Aku minta maaf. Aku janji tidak akan pernah mengulangi hal itu lagi dan Hari ini aku benar-benar sangat kesal dengan dia….”

“Tolong berhenti! Aku tidak ingin kau terlalu menjelekkan pasanganmu dan Aku adalah orang asing. Jadi, kau tidak perlu untuk membicarakan masalah pribadimu.” Gadis beranjak dari tempat duduknya. Lagi pula coffee dan juga kue yang ia pesan sudah habis sejak beberapa jam yang lalu.

“Kau mau ke mana?” Aldo merasa kalau Balqis belum sepenuhnya memaafkan dirinya. “Apa kau masih marah padaku?”

Balqis tersenyum sinis. “Kau tidak lihat sekarang sudah jam 10.00 malam. Coffee shop ini akan tutup. Jadi, sebaiknya kau pulang ke rumah dan beristirahat besok akan ada banyak pasien yang menunggumu untuk disembuhkan!”

Balqis menyambar tas dengan kasar. Dia pergi begitu saja. Tidak peduli kalau memang Aldo akan membatalkan kerjasama mereka. Sebab, semua itu sudah berjalan walaupun masih awal persiapan untuk acara pernikahannya. Dia bisa saja rugi dua kali lipat.

“Balqis tunggu dulu!  Aldo mencegat Balqis yang hendak masuk ke dalam mini Cooper. “Kali ini aku benar-benar minta maaf padamu! Aku sungguh tidak bermaksud untuk menyinggung atau menanggapi hati kamu. Aku harap kerjasama Kita akan bisa lebih baik kedepannya dengan aku minta maaf seperti ini.”

Sungguh berat bagi Balqis untuk menoleh ke belakang. Tapi dia berusaha keras untuk memasang wajah termanis untuk menyembunyikan rasa amarah yang sudah menggebu-gebu di dalam hatinya. Ia pun membalik badan.

“Aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa dengan klien yang kurang begitu baik sikapnya. Tapi kau tenang saja karena kau bukan termasuk diantara orang itu!” Balqis mencoba untuk mencairkan suasana dan memuji Aldo.

Syukurlah pikir Aldo dia tidak akan lagi berpikir terlalu keras Bagaimana meminta maaf dengan Balqis.

“Terima kasih Aku harap kerjasama kita kedepannya akan semakin baik!” ujar Aldo.

Lagi tersenyum kita tidak akan pernah tahu ke depannya seperti apa.

Balqis tolong bantu aku untuk mensukseskan acara pernikahanku ini karena kamu adalah satu-satunya harapan untuk aku bisa mewujudkan impian mama

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status