Share

Terpaksa Membuka Hati

Kegundahan yang dialami Balqis kemarin langsung ditanggapi oleh Shanum. Secepat kilat ia memiliki kandidat pria yang cocok untuk temannya itu.

"Halo, Qis hari ini kamu harus berpenampilan cantik!" Suara sengau bangun tidur dari sebarang sana cukup menganggu.

Apa-apaan sih Shanum, Balqis jadi setengah hati menggunakan blouse kesukaannya. "Memangnya ada apa?" Ia bergegas lagi ke lemari untuk mencari baju yang cocok.

"Ya ampun, kok kamu lupa sih. Kamu sendiri yang minta dicarikan pria untuk dijadikan suami. Aku sudah punya banyak stok selusin bahkan!"

Dasar Shanum, dia menanggapi ucapanku yang waktu itu dengan serius. Ah tidak. Nasi sudah jadi bubur. Bagi Balqis dijodohkan itu sangat tidak elegan. 

Balqis menginginkan bertemu pangerannya secara tidak sengaja di tempat yang biasa ia kunjungi. Bukan pertemuan dengan perencanaan seperti ini.

"Aku belum siap Sha! Kamu batalkan saja pertemuan itu!" Sulit bagi Balqis untuk membuka kunci pintu hatinya. Ia terlalu resah dan takut disakiti. "Aku ingin fokus dengan pekerjaan dulu!"

Shanum yang ada di seberang sana menggaruk kepalanya dan memandang gawai dengan wajah kecutnya. "Sampai kapan kamu akan seperti ini? Aku tidak bisa membatalkannya. Dia sudah ada di coffee shop dekat kantor kita."

"What?" Mata Balqis terbelalak. Deru emosi sungguh tak tertahankan lagi. 

Kalau dipikir-pikir juga tidak ada salahnya mencoba. Balqis mematut diri dengan blazer abu dipadukan dengan rok hitam. Kali ini rambut panjangnya dikuncir.

Beberapa berkas dan Sling bag Balqis ambil. Hari ini dia harus mengadakan meeting karena ada banyak klien yang harus mereka tangani pernikahannya.

Bergetar hatinya. Pria seperti apa yang akan berkencan dadakan dengan dirinya di pagi buta seperti ini? Apa dia tidak bekerja. Awas saja bila pria itu jelek atau pengangguran. Balqis akan menguliti Shanum hidup-hidup.

Shanum mengirim pesan

Shanum: Namanya Alamsyah, mirip sama Mr. Al, tapi tenang dia juga jauh lebih tampan dari pak dokter itu. Nanti akan kukirimkan nomornya. 

Tidak lama setelah itu Shanum mengirimkan nomor ponsel pria yang akan berkenalan dengan dirinya. 

Pagi-pagi sudah bikin rusuh. Balqis tentu tidak ingin diingatkan dengan Aldo. Bertemu dengannya tadi malam saja sudah menyengsarakan

Balqis menghela nafas panjang. Dia mencoba mengendalikan keadaan. Ia mencoba menelpon pria itu. Matanya mengarah ke coffee shop yang ada di sebelah kantornya. Hanya ada satu orang pria di sana.

Pria itu jika dilihat dari arah samping lumayan ramping. Tentu dia sangat menjaga bentuk tubuhnya. Cara berpakaian juga tidak ada masalah, kasual dengan kemeja navy dimasukkan ke dalam celana potong hitam. Meski formal tapi lumayan menarik.

Balqis berjalan dengan anggun. Ia melirik ke arah arloji yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Satu jam lagi dia akan masuk kantor.

"Permisi, Anda yang namanya Alam?" Balqis hanya ingin memastikan bahwa pria yang ditujunya adalah benar.

"Iya, silahkan duduk!" Tutur kata pria bernama Alam memang sangat sopan dan lembut.

"Apa Shanum sudah memberitahu kamu…," tanya Balqis dengan hati-hati.

"Kau sangat menarik, kenapa kau belum menikah? Padahal kamu seumuran Shanum?" Tiba-tiba pertanyaan itu menggegerkan jagat dunia nyata.

Kenapa dia bertanya seperti itu. "Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Jadi, suka lupa waktu!"

"Kalau nanti kita sudah menikah apa kamu akan berhenti dari pekerjaan?" Alam menatap dua pupil mata Balqis yang indah.

Baru saja kenal beberapa menit, kenapa dia bertanya perihal itu tanpa basa-basi. "Apa kamu tidak akan mengizinkan seorang istri untuk  bekerja?" Balqis serang balik dengan pertanyaan serupa.

Alam seketika terdiam dan mengetuk meja. "Aku adalah orang yang sibuk dan hampir jarang di rumah karena aku sering berlayar jauh. Jadi…."

"Tunggu dulu! Apa kamu Nakhoda?" potong Balqis lagi.

"Tepat sekali. Jadi aku membutuhkan sosok istri yang mengurus rumah tangga. Tapi sepertinya kamu tidak bisa. Berarti pertemuan ini cukup sampai di sini saja!"

Kesimpulan dadakan dari Alam sungguh mengindikasikan bahwa pria itu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa kroscek dulu.

Balqis juga tidak terlalu tertarik dengan pria yang pulang sekali sekala. Lebih baik hidup sederhana asal cukup, tapi bertemu setiap hari. Dia juga bersedia bila harus jadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

Alam pergi berlalu begitu saja. Mungkin pembicaraan itu hanya memakan waktu sepuluh menit. Memang sulit mencari orang yang saling klik, butuh waktu dan juga ketelitian. Balqis akhirnya memesan Americano panas dan kue cake layer coklat.

Notifikasi pesan masuk siapa lagi kalau bukan Shanum. 

Shanum: bagaimana tampan dan mapan bukan? Itu teman SMA Arman.

Oh ternyata Shanum sudah menyebarkan jika Balqis sedang mencari sosok suami ke orang terdekatnya. Bikin malu saja.

Balqis tidak menjawab pernyataan dari Shanum. Ia bersumpah akan membalas perbuatan itu dengan hal yang lebih buruk lagi.

Cup coffee panas warna coklat dibawa Balqis menuju kantor. Para staff yang ada di kubikel bersiap-siap ke ruang rapat.

"Pagi bos," sapa beberapa staff yang berpapasan di ambang pintu.

Balqis menciptakan ruang kerja yang sangat kekeluargaan di antara mereka. Namun, para bawahannya tetap memanggil dia bos. Kecuali Shanum yang merupakan asisten pribadinya.

Ada puluhan orang yang bernaung di Wedding Projects. Namun, Balqis juga membagi para staf yang sudah diketahui klasifikasinya sesuai dengan portofolio yang diinginkan klien. Namun, kali ini jasa mereka kian maju. Ia butuh suatu terobosan baru.

"Baik, semua orang sudah berkumpul di sini. Kali ini banyak klien yang mengadakan acara di waktu berdekatan. Saya harap semuanya harus bekerja sama dengan baik. Kita pecah tim lagi…." Balqis duduk di depan meja kayu yang memanjang.

Balqis sudah terlanjur basah menangani pernikahan Aldo. Memang untuk SOP pernikahan Artis atau para selebriti Balqis yang menanganinya sendiri. Sementara untuk para stafnya menangani pernikahan klien kalangan orang biasa. 

Memang ada sempat terbesit jika Balqis akan mendelegasikan pekerjaan itu pada staff lainnya. Tapi pernikahan Aldo dan Karinina yang juga cukup rumit karena banyak ketidaksinambungan.

"Pastikan semua vendor aman dan cek rekomendasi bagian konsumsi pada klien secara rutin. Ingat misi perusahaan ini berdiri menomorsatukan kenyamanan dan kecepatan pelanggan!"

Afirmasi positif yang selalu ditanamkan Balqis pada staff tentu memberikan nuansa yang menyenangkan. 

Saat rapat selesai tatapan Balqis pada Shanum murka. "Kenapa? Apa perkenalan kalian berjalan tidak lancar?" Ia mendekati Balqis.

"Sudah aku tidak mau lagi dijodohkan… kamu merekomendasikan orang yang aneh," sesal Balqis.

"Qis, memang untuk menemukan orang yang tepat untuk kita tidaklah mudah. Kamu harus tetap membuka hati untuk menemukan orang yang tepat. Memang umur tidak menjadi patokan kita untuk menikah, tapi umur juga bisa menjadi pengingat kita untuk segera menikah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status