แชร์

Konfrontasi dengan Alex

ผู้เขียน: Ummu Amay
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-02 10:28:35

"Kenapa kamu begitu takut, Alex?" tanya Shania dengan ekspresi tak percaya.

"Aku katakan sekali lagi, tidak ada yang aku takutkan. Aku cuma mau kamu mundur." Alex berkata dengan tatapan tajam menatap Shania.

"Tapi, aku tidak bisa mundur. Aku sudah terlibat dalam proyek ini," balas Shania yang mencoba mempertahankan martabatnya.

Alex tampakmeneguk air mineral yang ada di dalam gelas, lalu membalas ucapan sang istri sambil tersenyum sinis.

"Kalau begitu kamu harus menerima konsekuensinya. Aku tidak akan meloloskan desain dari perusahaanmu."

Shania memandang Alex dengan ekspresi tidak percaya. "Kamu tidak bisa melakukan itu. Kamu tidak bisa memutuskan nasib perusahaanku hanya karena kamu tidak ingin aku terlibat dalam proyek ini!"

Alex memandang Shania dengan ekspresi yang tidak bergeming. "Aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Aku adalah klien yang akan memutuskan apakah desain dari perusahaanmu akan diterima atau tidak."

Shania merasa frustrasi dan marah. "Kamu tidak adil,
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Curhat Sahabat

    Shania duduk di depan meja, memandang Ethan dengan ekspresi yang sedih. "Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan proyek ini, Pak," katanya dengan nada yang lembut.Ethan memandang Shania dengan ekspresi terkejut. "Apa? Mengapa?"Shania menghela napas dan memandang ke bawah. "Aku tahu bahwa Alex tidak suka kalau aku masih ada di dalam proyek ini. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi kesuksesan tim."Ethan memandang Shania dengan ekspresi tidak setuju. "Tidak, Shania. Kamu tidak bisa mundur sekarang. Kamu adalah bagian penting dari tim ini. Kita tidak bisa melanjutkan proyek ini tanpa kamu."Shania menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa, Pak Ethan. Aku tidak ingin membuat tim ini gagal karena aku."Ethan memandang Shania tegas. "Shania, aku tidak akan membiarkan kamu mundur. Kamu adalah anggota tim yang berharga dan kita membutuhkan kamu. Kita akan menghadapi Alex bersama-sama dan membuktikan bahwa kita bisa melakukannya."Shania memandang Ethan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ethan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Shania Mencari Solusi

    Shania berdiri di pelataran gedung perusahaan milik keluarga Sebastian, merasa sedikit gugup. Ia telah memutuskan untuk mendatangi kantor Alex dan meminta suaminya itu untuk meloloskan proyek Ethan.Seorang petugas keamanan menyambut Shania dengan sikapnya yang ramah. Setelahnya ia mengantar Shania sampai ke meja resepsionis. "Selamat pagi, Ibu. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang petugas front office menyapa Shania sama ramahnya dengan si petugas keamanan. "Saya mau bertemu suami saya." Shania memberi tahu petugas meja depan tersebut, tanpa basa basi. "Baik, mohon tunggu sebentar. Kami akan hubungi sekretaris bapak dulu mengenai kedatangan Ibu."Shania mengangguk dan tersenyum. Ia lalu memilih untuk duduk di lobi menunggu kabar dari si petugas. Shania berencana untuk membicarakan masalah lelang proyek yang sudah Alex putuskan kemarin. Awalnya Shania ingin membahas masalah ini di rumah, tapi Alex tidak pulang ke rumah semalam, entah kemana. Semalaman Shania merasa frustrasi hingga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kemunculan Maura

    Shania dibuat terkejut dengan kemunculan Maura di kantor suaminya. Namun, sikap terkejutnya belum seberapa dibanding ucapan Alex ketika memberi tahu sang mantan kekasih bahwa Shania adalah tamunya."Siapa tamu yang kamu maksud?" tanya Maura tak mengerti maksud Alex."Shania sudah mau pulang. Jadi, aku rasa kehadiranmu tidak mengganggu," ucap lelaki itu lembut. Terlebih tatapannya sangat melukai hati Shania, yang selama mereka menikah tidak pernah mendapat perhatian yang serupa seperti apa yang Alex lakukan sekarang kepada Maura.Shania kaget dengan sikap Alex yang begitu perhatian dan lembut, hal yang sangat ia inginkan dari lelaki itu, tapi tak pernah ia dapatkan.Pada akhirnya Shania memutuskan untuk pergi. Namun, ia masih meminta kepada Alex untuk memikirkan permintaannya."Ya, urusanku sudah selesai, Maura. Aku sudah mau pergi karena masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.""Ah, sayang sekali. Padahal aku masih ingin berbincang denganmu setelah kita tidak bertemu lama, Shan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-04
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi

    Shania memasuki rumah dengan perasaan yang tidak enak. Ia masih teringat dengan kemunculan Maura di kantor Alex tadi siang. Ia merasa bahwa Alex masih memiliki perasaan untuk Maura, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman.'Apakah selama ini Alex kerap bertemu dengannya?' batin Shania tiba-tiba sesak. Saat ia memasuki ruang tamu, Shania melihat Alex yang sedang duduk di sofa, menonton TV. Ia berjalan mendekati Alex dengan langkah yang pelan."Alex, aku ingin berbicara denganmu," kata Shania dengan nada yang serius.Alex memandang Shania dengan rasa penasaran, tapi tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan. "Apa yang kamu ingin bicarakan?" tanya Alex yang sebenarnya tidak terlalu serius menonton layar terang di depannya. Lelaki itu lebih fokus pada gadget di tangannya yang masih menyala. Shania duduk di sebelah Alex dengan postur yang tegak. "Aku ingin tahu tentang Maura.""Kenapa dengannya?""Sejak kapan ia kembali?" Shania bertanya penuh kehati-hatian. Alex menengok pelan, tapi tida

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-05
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sebuah Keputusan

    Shania duduk di meja makannya sendirian. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus menangis dan memikirkan nasib rumah tangganya. Tak terlihat keberadaan Alex, yang mungkin saja sudah pergi sebelum Shania bangun. Atau, mungkin saja lelaki itu yang justru belum bangun karena tidak memiliki jam kerja. Kedudukannya sebagai seorang CEO, membuat waktu kerjanya fleksibel —alias seenaknya. Teringat akan perdebatan antara dirinya dan Alex semalam yang berujung sikap tak peduli lelaki itu kepada nasib rumah tangga mereka, Shania akhirnya memutuskan akan kembali pulang ke rumah orang tuanya. "Aku akan pulang. Tapi, setelah proyek di perusahaannya selesai aku kerjakan," kata Shania pada dirinya sendiri. Suaranya terdenger pilu, juga menyedihkan. Tapi, ia berusaha sekali kuat di tengah sikap Alex yang sudah tak suka akan keberadaannya.Di dalam perjalanan —setelah Shania kenyang menikmati sarapan roti dan sosis panggang beserta scramble egg buatannya, Rachel tiba-tiba menghubunginya."Aku su

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Situasi tak Menyenangkan

    Maura?' batin Shania. Shania merasa seperti ditampar oleh kenyataan yang tidak terduga. Ia tidak bisa percaya bahwa Alex memintanya kembali presentasi hanya untuk menyenangkan Maura. Perasaan sakit dan terluka yang sudah ada di hatinya sejak kemarin semakin menjadi-jadi."Apa maksudnya ini?" tanya Shania kepada Alex dengan nada yang dingin dan marah.Alex tersenyum dan mengangkat bahu. "Maura ingin melihat presentasi kamu, dan aku pikir itu ide yang baik."Shania merasa seperti ingin meledak. "Ide yang baik? Kamu pikir itu ide yang baik? Setelah semua yang telah terjadi, kamu masih bisa meminta aku untuk melakukan ini?"Maura tersenyum dan memandang Shania dengan mata yang dingin. "Aku ingin melihat apa yang membuat Alex begitu yakin dengan kamu," katanya dengan nada manis, yang sengaja dibuat-buat. Shania merasa seperti ingin muntah. Ia tidak bisa percaya bahwa Maura bisa begitu tidak sensitif dan tidak menghargai statusnya. Ia juga tidak bisa percaya bahwa Alex bisa begitu tidak p

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Izin Merebut

    "Jadi, dia belum tahu tentang hubungan pernikahan kalian yang sejak awal tidak harmonis?"Setelah perbincangan dengan Maura berakhir, sesuai janji Shania bertemu dengan Rachel di kantor Bayu —papanya Rachel. Saat ini keduanya tengah duduk di kantin sembari istirahat makan siang. "Aku tidak tahu pasti. Tapi, apa maksud ucapannya ketika ia bilang cemburu? Padahal sudah jelas-jelas Alex jarang ada di rumah sejak kami menikah dan aku yakin keduanya selalu bersama." Shania berkata lesu. "Aku baru sadar sekarang, bau parfum yang menempel di kemeja kerja Alex ternyata adalah milik Maura. Aku tahu ketika tadi berbicara dengannya," kata Shania menambahkan. Rachel tampak berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutnya ketika melihat wajah Shania yang lesu dan tak semangat. Ia hanya mengunyah makanan yang sudah kepalang masuk. "Apa kamu juga berpikir bahwa selama ini orang yang selalu menghubungi Alex adalah Maura?" tanya Rachel hati-hati. "Pasti.""Apa kamu berpikir juga kalau selama ini Ale

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Menjalankan Misi

    Shania yang melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Alex menyatakan cintanya kepada Maura di depan mahasiswa lain, langsung berlari sembari menangis setelah melihat Maura menerima cincin yang Alex sodorkan. "Aku terlambat, Rachel. Aku menyesal sekarang.""Tidak, Shania. Kamu bukan terlambat. Tapi, karena memang Alex tidak pernah mencintaimu."Pernyataan Rachel membuat Shania tersadar jika selama ini ia telah membuang banyak waktu atas lelaki yang ternyata tidak pernah memiliki perasaan cinta kepadanya. Shania menghela napas dalam-dalam, mengingat kembali kenangan masa lalunya dengan Alex. Ia merasa bahwa ia telah terlalu lama memendam perasaannya terhadap Alex, dan sekarang ia harus membayar harga untuk itu."Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Rachel," kata Shania dengan suara yang lemah. "Aku merasa seperti terjebak dalam situasi ini dan tidak tahu bagaimana cara keluarnya."Rachel mengangguk mengerti. "Aku tahu, Shania. Tapi, kamu harus ingat bahwa kamu tidak sendirian.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07

บทล่าสุด

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Cara Alex

    Alex kaget mendengar ucapan Maura. Dilihatnya ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu setelah mengatakan sesuatu yang merujuk pada sosok Shania. "Aku pergi dulu. Nanti kamu bisa hubungi aku lagi kalau sudah selesai istirahat." Pada akhirnya Alex memilih untuk meninggalkan apartemen. Berusaha sekali mengabaikan kalimat sindiran yang tadi Maura lontarkan. "Apa yang sudah perempuan itu lakukan padamu?" Maura hampir berteriak saat Alex sudah akan membuka pintu mobil. Beberapa orang yang hilir mudik di sekitar mereka, menengok karena penasaran. Termasuk petugas security yang tadi diminta Alex untuk membantu mengangkat koper dan barang milik Maura ke unit apartemen, diam di tempat sambil memperhatikan keributan yang selama ini tak pernah terjadi pada pasangan tersebut. "Aku sedang tidak mau berdebat, Maura. Jadi, lebih baik kamu istirahat sekarang. Jangan lupa makan dulu. Aku sudah pesankan makanan melalui pesanan online. Sekitar sepuluh menit lagi sampai."Alex benar-benar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengantar Pulang

    Suasana bandara tampak ramai dengan banyaknya orang di area kedatangan atau pun keberangkatan. Alex adalah salah satu dari banyaknya orang tersebut, menunggu kedatangan Maura dari luar negeri. Sebulan penuh wanita itu berada di benua biru untuk menyelesaikan sebuah proyek desain. Sebuah desain yang ia menangkan dalam sebuah lelang di adakan oleh salah satu perusahaan terkenal yang ada di sana. Alex sudah menunggu sekitar tiga puluh menit, namun tanda-tanda kemunculan wanita itu masih belum juga terlihat hingga sosok Brian muncul membawa makanan yang ia pesan. "Kenapa kamu tidak makan di restoran saja? Kenapa harus dibungkus seperti ini?""Tidak apa-apa. Aku lagi mau makan santai saja," ucap Alex seraya duduk di area tunggu. "Kamu tidak mau?" Alex mengangkat satu bungkusan satunya. Brian menggeleng. "Untukmu saja."Alex mengangkat bahunya cuek. Ia lanjut menikmati makanan yang sedang dikunyahnya. Suasana hatinya terasa lain. Sesuatu yang membahagiakan ia rasakan sebab perhatian Sha

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Berbaikan

    Pertemuan pagi itu telah menghasilkan satu keputusan di mana akhirnya Alex meminta tim pengacaranya untuk segera mendaftarkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama. "Kamu serius mau melakukan ini?" tanya Brian, yang tak percaya atas permintaan Alex tersebut. "Apakah sekarang kamu melihat aku sedang becanda?" Alex bertanya balik sembari menghubungi Shania perihal surat nikah yang ia pegang. "Y-ya, aku tahu kamu terlihat serius. Tapi, apa yang sudah membuatmu mau menyetujui permintaan Shania?"Alex tidak menjawab. Ia hanya tersenyum menatap asistennya itu. Di lain tempat, Shania merasa ada perasaan tak nyaman di hatinya. Setelah membaca pesan yang Alex kirimkan sejujurnya ia merasa lega. Akhirnya Alex mau mendaftarkan gugatan cerai atas pernikahan mereka. Tapi, hatinya mendadak nyeri. Nyeri karena akhirnya mereka benar-benar akan berpisah. "Kamu sudah mendapat kabar dari Alex?" Sebuah pesan dari Rachel masuk ke ponsel Shania setelah ia membalas pesan dari Alex. "Bagaimana feeli

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pertemuan Pagi Hari

    Malam itu Alex melewati malam tanpa sedikit pun memejamkan mata. Kata-kata Shania terakhir, membuatnya tak bisa tertidur. Di atas sofa, ia menatap langit-langit kamar. Di atas ranjang sana, sang istri sudah tertidur pulas. Bayinya juga tidak rewel setelah satu jam yang lalu sang istri memberinya ASI. "Aku mungkin masih mencintaimu, tapi aku tak memiliki keinginan untuk kembali hidup bersamamu seperti dulu."Kalimat itu mungkin sebuah pengharapan bagi Alex. Tapi, ia tahu bagaimana sifat Shania. Perempuan itu akan tetap mempertahankan harga dirinya dan kemauannya. Hingga waktu melewati dini hari, Alex pun iseng membuka ponsel. Dan saat itu dirinya kepikiran untuk mengubungi Rachel, sahabat Shania. "Maaf malam-malam mengirimu pesan. Kalau tidak keberatan, aku mau mengajakmu ketemuan besok sebelum masuk kantor."Bingo! Pesan yang Alex kirimkan mendapatkan balasan. "Oke. Aku tunggu di kafe milikku. Tempat yang waktu itu kamu menjemput Shania."Alex ingat. Waktu itu ia sedang gila-gilan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Teguh Pendirian

    "Maura?" tanya Shania saat Alex sudah selesai dengan panggilannya. Alex sempat kaget dengan tebakan Shania yang tepat sasaran. Tapi, sesaat kemudian ia bisa mengontrol dirinya dengan tidak menunjukkan sikap guguk atau panik. "Ya," jawab Alex singkat. Tak ada keterangan atau kabar apapun yang ia berikan kepada Shania. Shania sendiri tidak menanyakan lebih jauh, apa yang keduanya obrolkan. Beruntung bagi Alex karena saat ini Shania sudah berada di dalam kamarnya. Bukan di ruang keluarga seperti saat terakhir dirinya meninggalkan mertua dan istrinya itu. Bahkan, kedua mertuanya pun tak ada yang bertanya mengenai panggilan yang tiba-tiba tadi. "Tidurlah di sana seperti semalam," ucap Shania ketika Alex sudah akan menghampirinya di ranjang. Alex menghentikan langkah. Tapi, sedetik kemudian ia tetap berjalan mendekati sang istri. "Aku senang kalau harus menggendongmu ke sini," kata Alex yang direspon cuek oleh Shania. Tapi, lelaki itu sepertinya sudah bisa menebak sebab keisengannya t

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Makan Malam

    Alex kembali ke kediaman keluarga Harrison saat masuk jam makan malam. Lian dan Nina sedang berbincang di ruang keluarga ketika Alex datang. Ayah dan ibu mertuanya terlihat santai saat Alex menyapa mereka. Tidak cuek seperti kekhawatirannya selama ini, sikap dua orang paruh baya itu justru membuat hati Alex terasa lebih tenang. Meski tidak menunjukkan perhatian berlebih, tapi Alex tahu bila keduanya tidak terlalu membencinya. "Aku izin menemui Shania dulu, Yah, Bu," pamit Alex setelah cukup menyapa kedua mertuanya itu. "Ya."Alex pun pergi menuju kamar tamu yang kini menjadi kamar Shania. Tak peduli ketika namanya sempat disebut oleh sang mertua saat ia beranjak pergi. 'Itu bukan hal aneh ketika seharusnya mereka membenciku, tapi masih mau menerima kehadiranku di kediaman mereka,' batin Alex bersyukur karena memiliki mertua yang sangat baik. Teringat pukulan Lian di perutnya tempo hari, Alex nilai itu bukan sesuatu yang menyakitkan. Justru, seharusnya Lian melakukan hal lebih dar

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sesuatu yang Mengubah Hati

    Shania sudah selesai mandi ketika melihat Alex masih tertidur di sofa. Mentari sudah terlihat naik, membuatnya yakin jika hari sudah semakin siang. 'Apakah ia tidak pergi ke kantor?' batin Shania yang kemudian memeriksa bayinya di dalam boks. Bayi mungil itu tampak tenang setelah subuh tadi menangis karena haus dan juga mengompol. 'Nyenyak sekali kamu, Nak,' gumam Shania tersenyum sembari mencubit gemas pipi bayinya itu. Tak ada pergerakan, membuat Shania memilih untuk meninggalkan dan berencana memandikan bayinya itu setengah jam mendatang. Ia lalu menghampiri Alex untuk membangunkannya. Dengkuran masih terdengar halus. Meski awalnya tak mau peduli, pada akhirnya Shania membangunkan juga lelaki di depannya itu. "Alex! Bangun, Lex!" seru Shania memanggil nama suaminya. Tak ada respon, membuat Shania kembali memanggil. "Lex! Udah siang."Masih tak ada respon, akhirnya Shania menggoyang pundak Alex sambil memanggil namanya sedikit kencang. "Alex! Bangun!"Usahanya berhasil. Alex

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tiba-tiba Masuk

    Alex diam, begitu juga Shania. Beberapa detik kemudian, Alex memalingkan wajah dan menatap martabak yang sepertinya menggugah seleranya. "Kamu mau kita bercerai, meski hatiku yang paling dalam enggan melakukannya," ucap Alex. "Sudahlah, Lex. Jangan bersikap seperti anak kecil. Kita sadari, kita sudah sama-sama dewasa. Sudah ada anak di kehidupan kita. Jadi, tolong bersikap bijak." Shania masih bisa santai menjawab. Meski berbicara dengan Alex dan membahas tentang masalah rumah tangga mereka membuat tekanan darahnya naik perlahan. "Sikapku yang mana memangnya yang menurutmu tidak bijak?" Alex tampak tersinggung. "Ya, itu ... berniat bernegosiasi. Apalagi kalau bukan mau mengulur waktu?"Alex tak percaya jika Shania akan menuduhnya mengulur waktu. Padahal yang sebenarnya, ia bahkan tak mau menceraikan wanita itu. "Kamu mau kita bercerai, aku akan coba turuti itu." Alex berkata sembari menatap wajah Shania yang terlihat cuek. "Aku memang punya pengacara pribadi, tapi menghadapi satu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencoba Berbicara

    Waktu menjelang malam Alex kembali. Ia menemui Shania yang tengah menyusui putranya di kamar tamu yang sekarang menjadi kamarnya. "Eh, maaf. Maaf aku tidak mengetuk pintu sebelumnya." Kecanggungan keduanya rasakan saat Alex melihat reaksi Shania yang kaget dan langsung menutup area pribadinya begitu dirinya muncul. "Enggak apa-apa." Shania gugup dan malu. Meski mereka pernah melakukan hubungan suami istri, tapi menunjukkan area pribadinya di depan Alex sangat tidak pernah sekali pun ia lakukan. Alex berjalan mendekat setelah Shania mengkondisikan dirinya. Meski canggung, Alex tetap melangkah dan berdiri di depan sang istri. "Apakah kamu sudah makan?" tanya Alex. "Belum." Shania menggeleng. "Kenapa? Ini sudah malam," sahut Alex sembari melihat jam di pergelangan tangannya. "Waktu makan malam tadi dia bangun," ucap Shania menatap bayinya. "Apakah bayi yang belum seminggu sudah banyak minum?"Shania menggeleng. "Aku pikir tidak, tapi kenyataannya dia masih senang aku gendong.""S

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status